Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pengalaman Mustain Hakim, Pertama Kali Berhaji Sekaligus Jadi Ketua Kloter

Mustain Hakim (kiri) saat dikunjungi kerabat di rumahnya, kemarin (20/9
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Mustain Hakim (kiri) saat dikunjungi kerabat di rumahnya, kemarin (20/9

Layani 450 Jamaah dengan Penginapan Terpisah-pisah

Pergi menunaikan ibadah haji bagi Jumrah bagi setiap muslim. Namun, jika pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan amanah menjadi petugas haji, tentu bukan hal biasa. Tentu banyak kisah dan pengalaman yang tidak bisa dilupakan.

DEDY JUMHARDIYANTO, Banyuwangi

MUSIM haji tahun 2017 merupakan momen yang tak bisa dilupakan oleh Mustain Hakim, 42. Warga Perum Citra Pesona Indah 1, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi itu, untuk  kali pertama pergi ke Tanah Suci.

Sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di Kantor Kementerian  (Kemenag) Banyuwangi, dia diberi amanah oleh instansinya menjadi salah satu petugas yang mendampingi  para jamaah selama menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

Suasana rumah di Perum Citra Pesona Indah 1 siang itu tampak lengang. Sebuah tenda berukuran enam kali tiga meter memenuhi jalan depan rumah di perumahan.  Hanya dua mobil dan lima motor  yang parkir di bawah tenda.

Gerbang pagar rumah itu tampak terbuka lebar. Dari ujung pintu  gerbang itu, berhadapan langsung dengan ruangan cukup lebar berukuran empat kali enam meter. Mustain Hakim tampak duduk santai dengan sejumlah tamu dan  kerabat.

Lelaki yang bertugas sebagai Ketua Kloter 36 itu, langsung beranjak dari tempat duduknya menyambut  wartawan Jawa Pos Radar  Banyuwangi. Dia mempersilakan masuk tamu untuk menyantap  hidangan yang telah disediakan.

Pengalaman kali pertama naik haji sekaligus menjadi petugas haji bukan hal mudah. Karena baginya, ibadah itu dilakukannya untuk bertugas. “Kalau jamaah memang bertugas untuk beribadah, tapi kalau petugas beribadah  untuk bertugas,” ujar suami Luluk Magnuna itu.

Sejak diberikan amanah dan terpilih menjadi petugas kloter, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banyuwangi  ini langsung mempersiapkan diri. Harus siap mental, fisik, dan seluruhnya.

Mustain mengaku sangat bersyukur bisa terpilih menjadi petugas kloter. Karena untuk lolos menjadi petugas harus melalui beberapa tahap yang telah ditentukan. Termasuk harus lulus tes tulis dan tes lainnya.

Sebelum berangkat menjadi petugas haji di Tanah Suci, seluruh petugas kloter mengikuti pembekalan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jawa Timur. Selama mengikuti pembekalan di asrama haji Sukolilo Surabaya itu, Mustain mengetahui gambaran apa yang akan dihadapi ketika menjadi petugas kloter yang mendampingi jamaah haji.

Dia harus mengawal jamaah mulai dari titik pemberangkatan hingga pemulangan kembali ke Tanah Air.  Selama mengikuti pembekalan,  dia mengikuti dengan serius. Bahkan, saat itu, dia juga diminta membuat rancangan jadwal mulai  dari titik pemberangkatan, kegiatan jamaah haji selama di bandara  hingga tiba di Madinah, termasuk  saat berada di Makkah dan hingga  kembali pulang ke Tanah Air.

“Jadi saat itu saya membuat jadwal  dengan tulisan tangan, kemudian  baru setelah dari pembekalan disalin dalam ketikan komputer,” ungkap alumnus santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah  Sukorejo, Asembagus, Situbondo  itu.

Usai menerima materi pembekalan tersebut, Mustain juga diberikan sejumlah contoh studi kasus dan dia diminta untuk menyelesaikan persoalan yang di berikan penguji. Akhirnya, studi kasus yang diberikan selama pembekalan tersebut ternyata juga terjadi.

Bahkan, juga lebih kompleks dan rumit yang belum pernah dialami sebelumnya. Pengalaman yang paling rumit dan harus diselesaikan yakni  saat berada di Madinah. Saat itu, jamaah haji kloter 36 yang jumlahnya berjumlah 450 orang harus berpisah dari rombongan  dan berpencar.

Bahkan, penginapan tempat jamaah juga dipisah. Padahal, dalam satu regu  dan rombongan tersebut sudah diatur sedemikian rupa. Namun, karena hal tersebut merupakan ketentuan dari Daerah Kerja  (Daker) Madinah, maka dia semampunya memberikan pemahaman kepada jamaah.

Ujian yang dirasa cukup berat juga terjadi saat jamaah akan bergeser dari Madinah menuju Makkah. Ketika itu menjelang  pelaksanaan Pra Armina. Seorang jamaah, Yusuf, hilang saat melakukan ibadah di Masjid Nabawi.

Setelah berupaya dicari, Yusuf belum ditemukan hingga waktu pemberangkatan menuju Makkah. Beruntung, Yusuf akhirnya  berhasil ditemukan oleh petugas perlindungan jamaah (Linjam)  yang berada di Madinah.

Jamaah atas nama Yusuf itu pun harus diberangkatkan dengan rombongan jamaah yang saat itu berangkat menuju Makkah. “Alhamdulillah, dari informasi yang sudah pernah berangkat haji, manajemen jamaah haji dari Indonesia tahun ini sudah sangat  baik dibanding tahun sebelumnya,” jelas bapak lima anak ini.

Sebagai petugas, Mustain juga  banyak mendapat pengalaman spiritual dari para jamaah. Tidak sedikit, di sela-sela waktu saat mengunjungi jamaah, dia justru banyak mendapatkan pengalaman spiritual dari para jamaah  yang baru kali pertama naik haji.

Pengalaman spiritual itu sangat beragam. Ada jamaah yang menangis saat melihat Kakbah, ada juga yang menangis terharu saat berada di Arafah, dan masih banyak pengalaman spiritual  lain yang diceritakan para jamaah kepadanya.

“Kalau pengalaman  spiritual saya ada juga, tapi tidak bisa saya ungkapkan karena  terlalu panjang jika diceritakan,”  terangnya sembari tersenyum.

Baginya, pengalaman berhaji kali pertama dan menjadi petugas memberikan banyak hal positif terutama mengenai melatih diri  untuk lebih bersabar. Pengalaman itu membuatnya bisa mengendalikan emosi, serta mempunyai  jiwa seorang pemimpin.

Karena  menjadi petugas haji tidak hanya  melayani jamaah haji asal Banyuwangi, tetapi harus melayani seluruh jamaah asal Indonesia. Apalagi sebagai seorang petugas juga harus mengenakan  atribut atau identitas berupa  seragam dan rompi.

“Alhamdulillah, jamaah haji dari Banyuwangi bisa berangkat dan pulang  kembali dengan selamat,” tandas  alumnus IAIN Sunan Ampel  Surabaya ini.(radar)