Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Perjuangan Rempeg Jogopati

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Rempeg Jogopati, pemimpin perjuangan Rakyat Blambangan Dalam Perang Bayu 1771-1772. (Foto: timesbanyuwangi.com)

BANYUWANGI – Jaka Pakis/Mas Rempeg/Jagapati/Wong Agung Kalinggan/Pseudo Wilis adalah agul-agul atau panglima perang Kerajaan Blambangan dalam perang semesta Blambangan kedua di Bayu (lazim dikenal dengan sebutan Perang Bayu). Ayahnya bernama Mas Bagus Puri Dalem Wiraguna, sedangkan ibunya bernama Mas Ayu Prada.

Akibat kerugian finansial dalam Perang Wilis, pada tahun 1768 kompeni menggadaikan daerah Besuki pada Kapten China, Han Boe Sing dan mengumumkan amnesti masal bagi rakyat Blambangan. Pada Juli 1771, Gubernur Johanes Vos mengangkat Raden Kartonegoro menjadi Bupati dengan Jaksanegara sebagai Patihnya. Namun pada Agustus 1771, pergolakan muncul karena rakyat tidak terima atas pengangkatan dua pemimpin bentukan VOC tersebut.

Residen Blambangan Mayor Colmond yang kejam menghadapi protes dan menyita semua bahan pangan. Setiap lurah wajib menyerahkan dua ekor kerbau dan tiap kepala keluarga dikenai pajak 3,5 gulden per tahun.

Dia juga memperbudak penduduk untuk membangun dan memperkuat Benteng Teluk Pampang dan Kota Lateng, membuat jalan, membabat hutan, membuat penangkis air, dan membangun pos pengintaian di  Sembulungan (dekat dengan Teluk Pampang, Muncar). Penduduk diperbudak tanpa mendapatkan makanan sehingga mereka kelaparan dan sakit-sakitan.

Saat itulah Mas Rempeg Jogopati hadir di tengah para pengungsi di Bayu. Oleh Mas Surawijaya, dia dilantik menjadi Panglima Perang membawahi 7.000 orang pejuang Bayu. Mas Surawijaya sendiri memimpin 4.000 orang prajurit yang bersiaga di Puger.

2 Agustus 1771, Bupati Kartonegoro dan Patih Jaksanegara datang ke Bayu. Mereka dihadang oleh 300 orang pejuang Blambangan dan saat itu Kompeni kalah.

Pada 5 Agustus 1771, Letnan Biesheuvel menyerang Bayu, mereka dihadang pejuang Blambangan sehingga dalam perang kedua ini pun pihak kompeni kalah.

Penyerangan ke Bayu berlanjut pada 22 September 1771. Letnan Imhoff memerintahkan Sersan Rood untuk menghancurkan pertahanan pejuang Bayu. Namun, pasukan ini lari kocar-kacir, 13 orang tewas (5 komandan dan 8 tamtama), 94 orang luka tembak dan 87 orang luka akibat jebakan.

Tiga kali mengalami kekalahan, Kompeni mengubah strategi dengan merebut basis-basis logistik Blambangan. Dalam penyerangan besar-besaran itu Vaandrig Kregel menculik 10 wanita, merusak lahan pertanian, dan menyita bahan pangan di wilayah Kabat.

Selain itu, Letnan Heinrich juga menculik 20 wanita, merusak gudang persediaan garam, dan lumbung di Cungking. Vaandrig Jenigen menculik 4 wanita dan merusak lahan pertanian di Tomogoro (saat ini disebut Temuguruh).

Ditempat lain, Vaandrig Guttenberger menculik 18 wanita, merusak lahan pertanian dan lumbung di Gambiran. Namun saat pasukan kompeni berada di desa itu, mereka diserang oleh sekitar 200 pasukan Sayuwiwit dan Mas Gumuk Jati.

Biesheuvel memohon bantuan pasukan dan 10 peti peluru. Pada November 1771, Kapten Reygers tiba bersama 5.000 orang bantuan prajurit kompeni, diantaranya adalah 150 serdadu Belanda, dan 40 prajurit Eropa, sisanya adalah laskar pribumi. Kapten Reygers dan Heinrich berhasil merebut kembali Kota Lateng.

Kemudian kapten Reygers menghancurkan gudang persediaan makan pejuang Blambangan di Banjar (Glagah), dan Heinrich menghancurkan sebuah desa di Parangireng Purwo dan menjarah 50 ekor kuda, tombak milik para pejuang, juga 55,5 ton beras. Kemudian dia menguasai pelabuhan Grajagan. Lebih dari 200 rumah dibakar, kemudian Heinrich segera menyusul ke Bayu.

Penasaran dengan keadaan, Gubernur Johannes Robert van der Burgh datang sendiri ke Blambangan membawa 12.000 laskar pribumi. Di Panarukan kekuatan ditambah 3.000 orang pasukan pribumi asal Bangkalan. Esok harinya mereka berangkat melalui jalur darat.

13 Desember 1771, Kapten Reygers berangkat ke Songgon. Sehari berikutnya, tepatnya pada 14 Desember 1771 Reygers memerintahkan penyerangan dengan kekuatan 2.000 laskar pribumi dipimpin Senopati Alapalap dan dikawal serdadu Eropa bersenjata meriam.

Diwaktu bersamaan, Gubernur Johannes Robert van der Burgh mengirim lagi bantuan 150 prajurit Eropa dan 5.000 prajurit pribumi.

15 Desember 1771, Mas Rempeg memimpin sendiri penyerangan ke Songgon bersama 1.000 prajurit. Kali ini senjata kedua belah pihak seimbang. Letnan Heinrich dan Kapten Reygers terluka. Sehingga Vaandrig Van Schaar mengambil alih komando.

18 Desember 1771, Mas Rempeg berduel dengan Senopati Alapalap dan berhasil menewaskan pimpinan pasukan pribumi antek kompeni itu. Dalam pertarungan dahsyat itu, Mas Rempeg terluka parah namun masih dapat mengatur siasat pertempuran.

Keesokan harinya, perlawanan prajurit Blambangan terus berlanjut hingga mengakibatkan Sersan Mayor Van Schaar dan Letnan Cornet Tinne tewas. 82 prajurit Infanteri, 30 prajurit Dragonders, 11 prajurit arteleri, 2.000 orang prajurit pribumi terbunuh.

Vaandrig Osatrousky ketakutan dan melarikan diri dengan luka parah. Pada 19 Desember 1771, Mas Rempeg Jogopati gugur dan dimakamkan secara rahasia. (timesbanyuwangi.com)

Penulis: Mas Aji Wirabhumi, Komunitas Banjoewangie Tempoe Doeloe dan Blambangan Kingdom X-Plorer.

Bukunya yang terbaru berjudul ‘Suluh Blambangan’.