Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Perupa dan Fotografer Gelar Pameran

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

seorang-pengunjung-melihat-lukisan-di-gedung-wanita-paramita-kencana

BANYUWANGI – Ratusan perupa dan fotografer unjuk kebolehan di Gedung Wanita Paramita Kencana, tadi malam. Mereka menggelar pameran lukisan, patung, dan fotografi. Pameran yang berlangsung di Gedung Paramita Kencana itu  dibuka oleh Asisten Administrasi Umum Fajar Suasana.

Turut hadir dalam pembukaan tadi malam, Ketua Dewan Kesenian Blambangan Samsudin Adlawi, pematung senior asal  Banyuwangi yang bermukim di   Jakarta, Suhartono. Huang Fong,  perupa Banyuwangi yang tinggal di Bali juga ikut hadir sekaligus  ikut pameran.

Usai membuka  pameran, rombongan pejabat pemkab dan jajaran pengurus  DKB menyempatkan melihat lukisan yang dipamerkan di dalam gedung wanita. Aula gedung wanita berubah menjadi pajangan lukisan berkelas. Peserta pameran bukan  hanya berasal dari Banyuwangi. Perupa dari Bali, Jakarta, Jember  dan sebagainya juga ikut memeriahkan pameran dalam  rangka menyambut Hari Jadi  Banyuwangi tersebut.

Selain pameran foto juga digelar furniture khas Oseng. Pameran akan berlangsung sampai Sabtu (9/12) mendatang. Khusus hari terakhir diisi dengan kegiatan lelang lukisan dan fotografi hasil karya para seniman.  Ketua panitia pemaran Ilyasin mengatakan, tema pameran kali  ini adalah “Ampag-Ampag Perupa Banyuwangi”.

Kata ampag-ampag  memiliki makna harfiah suasana mendung gelap, di mana awan- awan bergerak menuju satu titik dan siap untuk meluahkan hujan. “Sesuai dengan tema kali ini, kami mengundang para seniman asli Banyuwangi  yang tersebar   di berbagai daerah untuk pulang kembali ke Banyuwangi. Dan memamerkan hasil karya mereka  di sini. Karena itulah kami menggunakan kata ampag-ampag. Para seniman diibaratkan seperti awan yang bercerai berai itu,’’   jelas pria yang biasa dipanggil  Yasin ini.

Kegiatan pameran lulisan dan fotografi ini merupakan agenda rutin tiap tahun sejak tahun 90-an. “Tema pameran ini bervariasi tiap tahunnya, namun tetap kami mengutamakan budaya lokal  Banyuwangi. Hampir 90 persen lukisan mengangkat ciri khas Banyuwangi, seperti gandrung, seblang, dan adat Oseng,’’ ujarnya.

Satu perupa (pelukis) menampilkan satu karya terbaiknya. Total seniman yang turut serta berjumlah 126 orang. Yasin menambahkan, selain peserta asli Banyuwangi yang berdomisili di luar kota, ada juga peserta yang memang benar-benar bukan orang Banyuwangi.

“Sebanyak 12 orang perupa dari Bali, satu  orang dari Gresik, dua orang dari  Surabaya, satu orang dari Semarang, dan lima orang dari Jember. Mereka antusias sekali dengan kegiatan ini,“ bebernya.

Selain seni lukis dan seni patung, para pengunjung juga bisa menikmati keunikan furniture Oseng. Mulai dari baju adat, batik khas, perkakas rumah tangga, dan segala  kerajinan tangan khas Banyuwangi. “Bagian utara sendiri, nanti ada  segala macam pernak-pernik Oseng, kemudian sebelahnya ada gubuk pamer fotografi, baru kemudian pengunjung masuk ke  dalam gedung inti yang berisi 126  lukisan itu,’’ jelasnya.

Ajang pameran ini selain untuk  memperkenalkan dan memamerkan nilai lokal,juga sebagai ajang reuni seniman Banyuwangi yang berdomisili luar kota. “Pameran ini juga sebagai jalan untuk membangun silaturahmi antar seniman, baik yang   berdomisili Banyuwangi maupun  bukan, agar terjalin komunikasi  yang baik. Di akhir pameran (tanggal 10 Desember) kita gelar lelang lukisan,’’ tandas Ilyasin. (radar)