Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pilih Main Tarkam asal Dapur Tetap Ngebul

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Trubus Gunawan dan Nanda Pradana

Langkah Persewangi FC yang masih menanti kejelasan kompetisi tahun depan membuat beberapa pemain klub berjuluk Laskar Blambangan ini mulai mencari aktivitas sendiri-sendiri. Yang paling banyak, para pemain memilih untuk bermain di liga antar kampung (tarkam). Tak hanya di dalam kota, mereka pun mulai merambah beberapa kabupaten bahkan hingga luar Jawa.

FREDY RIZKY, Banyuwangi

SUASANA tenang terdengar di balik telepon genggam Jawa Pos Radar Banyuwangi ketika menghubungi Kapten Persewangi FC (PFC) Nanda Pradana. Tampaknya, kiper yang kerap kali tampil nyentrik dengan warna rambutnya itu tengah bersantai di luar aktivitasnya bermain sepak bola.

Nanda mengatakan, setelah pertandingan terakhir melawan PSBK Blitar di laga play-off khusus, tidak ada aktivitas pertandingan lagi dari PFC. Sembari menanti kompetisi bergulir kembali, banyak pemain yang mencari aktivitas sendiri-sendiri.

Nanda sendiri memilih bertani dan berternak angsa untuk mengisi waktu luangnya selama libur kompetisi. Tak hanya itu, untuk mencari pengbasilan pasti Nanda juga kerap memperkuat tim-tim kampung di Liga Tarkam di dalam Kabupaten Banyuwangi maupun di luar kabupaten.

“Kalau tani sama beternak angsa ini untuk mengisi waktu luang saja. Untuk pekerjaan saya tetap memilih bermain bola. Alhamdulillah, ada banyak tawaran dari klub-klub kampung untuk bermain di turnament,” ujar Nanda.

Bapak satu anak itu mengaku selama beberapa bulan ini sudah beberapa kali berpindah tim. Yang terbaru dia berangkat ke Desa Sukowono di Bondowoso untuk memperkuat salah satu tim yang sedang mengikui turnament.

“Lumayan untuk menambah pemasukan. Kalau libur seperti ini tidak ada pemasukan. Tim di lndonesia apalagi yang di tingkat seperti Banyuwangi ini berbeda dengan dengan tim di luar negeri, jadi kalau tidak ada kompetisi ya tidak ada bayaran,” imbuhnya.

Untuk setiap pertandingan, Nanda mengaku memperoleh honor yang cukup lumayan untuk tim lokal Banyuwangi, biasanya Nanda diberi honor antara Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu untuk setiap pertandingan. Jika di luar kota seperti Jember dan Bendowoso, maka honornya lebih tinggi lagi.

“Banyak pemain yang memilih untuk main tarkam. Apalagi yang seperti saya, sudah berumah tangga. Ada tuntutan supaya dapur terus ngebul, kalau tidak ya gali lubang tutup lubang,” ujar pria yang tinggal di Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng itu.

Meski terpaksa harus turun kelas dari pemain profesional menjadi pemain kelas kampung, Nanda mengaku tidak risau dengan apa yang dijalaninya. Dia juga mengaku enggan jika harus protes dengan nasibnya sebagai pemain profesional.

Selama ini kontribusinya masih belum maksimal untuk Banyuwangi sehingga tidak pantas baginya jika harus menuntut lebih jauh kepada pemerintah. “Nanti kalau saya sudah bisa membawa Perswwangi juara baru saya bisa minta. Kalau sekarang, masih belum apa-apa. Jadi nasib seperti ini sudah cukup bagus bagi kami, yang penting bisa terus main bola,” ucapnya.

Nasib yang sama rupanya juga dialami defender PFC, Deeky Rolias. Kepada JP-RaBa, pria 28 tahun itu menceritakan jika aktivitasnya lebih banyak di rumah ketika Persewangi FC tidak bermain di kompetisi seperti saat ini. Selain itu, dia pergi ke luar kota untuk mengikuti Liga Tarkam.

“Kalau d Banyuwangi kita mulai kesulitan, karena Askab mulai memutar kompetisi. Dan pemain profesional tidak bisa sembarangan main. Apalagi ada kelompok usia. Jadi kita main ke luar kota, ya tetap ikut liga tarkam,” terang wakil kapten Persewangi itu.

Yang paling baru, Decky mengaku pernah mengikuti Liga Tarkam di Kepulauan Sepudi, Madura. Saat itu ada perwakilan dari tim di Sepudi yang meminta tiga pemain untuk di bon oleh mereka.

Lalu berangkatlah Decky bersama gelandang Persewangi FC Dadang Apridianto dan strikernya Trubus Gunawan. Bersama dua orang temanya, Decky naik kapal feri menuju Pulau Sepudi. Di sana mereka langsung diterima oleh kepada desa setempat sekaligus menginap selama kompetisi berlangsung.

Tak butuh waktu lama, dia pun langsung diminta nyetel dengan para pemain setempat. Untungnya, Decky memiliki darah Madura sehingga tidak kesulitan untuk menyesuaikan diri. “Kalau di sepakbola itu tidak ribet sebenarnya. Kalau sudah terbiasa bermain bisa memahami bahasa tubuh. Dari situ saja kita menyesuaikannya,” ujarnya.

Besarnya honor main tarkam di Madura cukup lumayan. Per pertandingan dibayar Rp 1,5 juta. Bayaran tersebut cukup membantu keuangan di saat kompetisi libur. “Tapi kita tetap harus berhati-hati, karena yang namanya liga tarkam pengamanannya berbeda,” imbuhnya.

Meski begitu, Decky mengakui cukup menikmati aktivitasnya bermain di liga antar kampung. Sebab, dengan cara itulah pekerjaan yang dilakoni menjadi terasa ringan. Apalagi Decky juga merasa dirinya berasal dari pemain kampung. Sehingga, bermain di liga tarkam seolah menjadi ajang nostalgia baginya.

“Kadang saya menganggap ini seperti rekreasi saja sekaligus menjaga kebugaran. Pokoknya kita terus berlatih. Anggap saja ini latihan, yang penting hati-hati. Risikonya paling ya dikeroyok,” ujar mantan pemain Persebaya Yunior itu sambil tertawa.

Ketika ditanya tentang targetnya di musim depan, Decky mengaku masih ingin terus membela Persewangi. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika bisa membela tim dari tempat kelahirannya meski kerap muncul tawaran yang cukup menggiurkan dari tim-tim lain diluar sana.

“Semoga Persewangi masih bertahan di Liga 2 musim depan. Itu harapan kami, saya dan teman-teman masih ingin bisa membela Banyuwangi. Meskipun saya juga punya keinginan untuk naik kelas, tapi kami tetap berharap yang terbaik untuk Persewangi,” ujar ayah dari Deryl Azzahra Safira itu.

Striker andalan Persewangi Trubus Gunawan juga kerap diminta jasanya untuk bermain di liga tarkam. Trubus mengatakan, sepak bola sudah menjadi hobi sekaligus hidup baginya. Karena itu, tak peduli bermain di level manapun ketika bisa memegang bola sudah menjadi kepuasan tersendiri baginya.

“Sudah dua tim yang sementara ini saya bela. Ada Persipura Purwo Agung di Tegaldlimo dan klub Beneta dari Sepudi Madura. Kalau saya yang penting bisa memegang bola sudah senang. Tidak melihat honornya berapa,” ujar mantan penggawa Timnas U-15 itu. (radar)