Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Plengsengan Rontok, Tanaman Jagung Rusak

Tanaman pohon Jagung yang ditanam di pinggir sungai ambruk disapu air yang tinggi, kemarin (9/10).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Tanaman pohon Jagung yang ditanam di pinggir sungai ambruk disapu air yang tinggi, kemarin (9/10).

Akibat Air Meluap di Bendungan

TEGALSARI – Debit air di bendungan Karangdoro, Kecamatan Tegalsari yang tinggi pada Minggu malam (8/10), ternyata merusak plengsengan yang ada di bendungan itu. Tanaman jagung milik warga yang ditanam di sekitar bendungan, juga ludes terkena air yang besar tersebut.

Selain merusak tanaman jagung dan plengsengan yang rontok, banjir itu juga menghanyutkan sejumlah pohon ukuran besar hingga tersangkut di dam tersebut. Warga sekitar bendungan, sempat panik karena takut air masuk ke rumahnya. Mereka ramai-ramal mengungsikan ternaknya.

“Air di bendungan sangat tinggi, seperti akan meluap ke perkampungan,” cetus Nur Kholid, 30, warga Dusun Sumberurip, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung.

Kholid yang rumahnya berdekatan dengan bendungan Kamngdoro itu mengungkapkan pada Minggu malam (8/10) itu terpaksa mengevakuasi sapi-sapi miliknya dari kandang yang berlokasi di sisi selatan jembatan, atau barat Pondok Pesantren Darusalam, Dusun Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari.

“Sapi saya ada 10 ekor, malam itu kok air naik-naik terus, lalu saya pindahkan ke tempat yang aman,” katanya. Sambil menunggu kondisi aman, Kholid menyebut hingga kemarin siang (8/10) 10 ekor sapinya belum diambil lagi dari lokasi pengungsian. “Untuk sementara biar di kandang milik kakak saya saja,” ujarnya.

Sementara itu, Korsda Pengairan Bangorejo, Budiyono, menjelaskan meningkamya debit air sungai di bendungan Karangdoro itu sebenarnya belum bisa dikatakan sebagai banjir. Meningginya volume air itu, sebenarnya hujan masih diambang normal.

Sementara, jika warga menggunakan ukuran tanaman miliknya yang rusak, itu tidak bisa dijadikan patokan. Sebab, tanaman itu memang ditanam di daerah aliran sungai. “Itu kan tanaman daerah aliran sungai, ditanami saat musim kemarau,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, jika warga menyatakan banjir ini merupakan banjir paling besar dalam lima tahun terakhir, hal itu sebenarnya juga tidak benar, karena pihak pengairan memiliki ukuran tersendiri untuk menentukan kondisi air di sungai. “ltu sekitar 300 ribu kubik, ini belum sampai banjir,” jelasnya.

Budiyono menyebut luapan air di bendungan itu mengakibatkan beberapa titik di bendungan mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, luapan air juga membawa beberapa pohon. Untuk penanganan kerusakan pada bangunan bendungan, dia telah mendata dan melaporkan ke Dinas Pengairan. “Kita hanya melaporkan,” jelasnya.

Sementara untuk batang pohon yang tersangkut di penyangga jembatan bendungan, itu akan segera dibersihkan bila air sudah agak surut dan tidak membahayakan keselamatan petugas. “Akan kita bersihkan menunggu airnya kecil,” jelasnya. (radar)