Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pokdarwis Rancang Kapal Sendiri untuk Wahana Laut

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Manjakan Pengunjung, Pantai Cacalan Terus Bersolek.

BERKUNJUNG ke Pantai Cacalan memang tidak sulit. Jaraknya yang hanya lima kilometer dari pusat kota Banyuwnagi membuat lokasi ini bisa dicapai dengan berbagai moda transportasi. Sesampai di sana, pengunjung akan disambut pemandangan yang lumayan indahnya.

Bila datang pagi, bila cuaca sedang bersahabat pengunjung akan disuguhi pemandangan matahari terbit. Lebih  luas lagi, pemandangan Pantai Boom, dermaga Bosowa hingga lalu lalang kapal ferry di Selat Bali menjadi  “bonus” untuk pengunjung.

Tidak kalah penting, di sini juga tersedia wahana permainan air. Bentuk dan jenisnya memang masih cukup sederhana. Sebuah pos dari kayu yang berada tidak jauh dari bibir pantai menjadi  sentralnya.

Sebuah banner mini bertuliskan wahana laut menjadi penunjuk bagi pengunjung yang berminat menggunakannya. “Sejauh ini baru ada kapal wisata, kano, dan permainan ban air,”  ujar Waluyo, 45, salah satu anggota Pokdarwis Cacalan.

Tidak hanya memperhatikan aspek bisnis belaka, sisi keamanan dan keselamatan juga diperhatikan. Di titik sentral pemantauan ini juga telah disediakan petugas penjaga pantai. Tugasnya mengawasi kapal yang ditumpangi wisatawan.

Beberapa perlengkapan penyelamat seperti pelampung dan ban penyelamat disediakan. Selain wahana yang sudah ada, pengembangan permainan di Pantai Cacalan terus dikembangkan.

Salah satunya dengan mempersiapkan obyek wisata rumah apung yang kini masih dalam pematangan konsep pembanguannya. Seluruh pengerjaan wahana yang ada di pantai ini seluruhnya dikerjakan oleh anggota Pokdarwis Cacalan sendiri.

Tengok saja bagaimana dua kapal wisata dan kano yang kini sudah hilir mudik mengangkut wisatawan. Kapal itu dibuat oleh  tangan tangan terampil pemuda asli Sukowidi. Bahkan kapal yang dibuat ini  pun memiliki bentuk yang lain dari kapal wisata yang bersandar di obyek wisata lainnya.

Material kapal dibuat dengan menggu nakan fiberglass. Ini membuat kapal lebih mudah melaju di air dan lebih tahan lama. “Konsepnya kapal ini  indah, lincah, tetapi juga aman saat digunakan,” beber Waluyo.

Pembuatan kapal itu sendiri dila kukan di rumah Waluyo. Ide pembuatan kapal wisata ini pun berawal dari keinginannya untuk meramaikan wisata yang ada di Pantai Cacalan. Tidak seperti kebanyakan obyek wisata lainnya  yang memesan kapal dari luar kota, Waluyo dan Pordakwis Cacalan berinisiatif untuk membuatnya sendiri.

Kebetulan anggota Pokdarwis banyak yang memiliki keahlian dan bergelut dengan dunia perkapalan dan fiberglass. Berkat tangan terampil inilah melahirkan dua kapal wisata di Pantai Cacalan saat ini.

Bermesin 10 dan 40 PK, kapal berkapasitas 4 hingga 10 orang ini biasa digunakan untuk meluncur di atas air dari Cacalan hingga Pulau Santen pulang-pergi. Tidak puas dengan satu kapal, Pokdarwis kini tengah merancang kapal wisata dengan kapasitas lebih besar.

Kapal yang rencananya akan ditempeli mesin  minimal 85 pk ini akan menjadi speed boat wisata pertama di Pantai Cacalan. Jangkauannya pun ditarget lebih jauh yakni hingga mencapai Pulau Menjangan dan Tabuhan.

Kapal yang diberi nama lambung 625 ini kini dalam tahap pengerjaan. Nomor tersebut tidak tidak memiliki arti khusus. Nama itu diambil dari salah satu spek kapal yang memiliki panjang 6,25 meter.

Direncanakan kapal ini sudah bisa melaut pada bulan Mei mendatang. Kapal wisata ini semuanya berbahan fiber. Kapal buatan Pordakwis Cacalan ini sendiri bentuknya pun cukup unik. Sepintas berbeda dengan kapal kebanyakan.

“Selama ini kapal wisata di Banyuwangi banyak ambil dari Cilacap. Kami ingin bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri dengan model  yang dibuat sendiri,” serunya.  Soal modal memang menjadi kendala. Namun hal itu rupanya  bukan menjadi hambatan utama.

Dengan pemberian persekot kapal sendiri, produksi sedianya sudah bisa dilakukan. Keinginan menjadi tuan rumah di rumah  sendiri itulah yang kini mulai spirit bagi pokdarwis Cacalan. Setidaknya konsep kapal yang  dibuatnya mulai diterima tidak   hanya pelaku usaha wisata.

Lebih dari itu nelayan di Banyuwangi mulai melirik produk kapalnya. Beberapa nelayan di Banyuwangi selatan mulai melirik dan  memesan kapal buatan Waluyo dkk. Di samping lebih murah  dari kapal yang sama di luar  daerah, kapal ini juga menjadi ciri khas karena memiliki model  yang lain dari biasanya.

“Banyuwangi punya banyak ahli kapal dan fiberglass. Ini aset dan harus dikembangkan, “ tegasnya. Pantai Cacalan pernah ngetop pada awal tahun 1990. Selain terkenal dengan pantai pemandangan yang berhadapan langsung dengan Pulau Bali, pantai ini menawarkan eksotisme khas tropik bagi wisatawan.

Rimbunnya pohon kelapa yang berjejer rapi hingga nyaris menyentuh bibir pantai menjadi alasannya. Dibandingkan pantai lainnya, Pantai Cacalan ini juga dialiri sungai yang bersumber dari   sejumlah mata air yang berada tidak jauh dari sana.

Ciri khas  pantai juga dikenal dengan  keberadaan kapal semen yang persis berada di dekat pantai.  Lokasinya yang hijau membuat aneka satwa melata seperti  biawak, kadal, hingga ular masih  bisa ditemui sana.

Tempat ini dulunya juga menjadi fenomenal dengan perayaan Rebo Wekasan. Ritual perayaan hari Rabu terakhir di bulan Safar ini menjadi daya tarik bagi pengunjung. Perayaan semakin  meriah dengan hadirnya ragam kesenian daerah ditampilkan  untuk menghibur pengunjung.

Tari Gandrung hingga Kuntulan menjadi sajian yang paling familiar. Keberadaannya menjadikan pantai ini sebagai ikon wisata Banyuwangi yang cukup  popular kala itu. Ikon wisata di Banyuwangi yang hanya bisa ditandingi oleh ketenaran Watudodol dan Pantai Grajakan. (radar)