Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pulau Merah Darurat Sampah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Baunya Menyengat, Wisatawan Mengeluh

PESANGGARAN – Objek wisataw andalan Banyuwangi, Pulau Merah, ternyata masih menyimpan persoalan besar berupa sampah. Keberadaan tumpukan sampah di sisi barat objek wisata itu tidak diketahui semua pengunjung.

Namun, jumlahnya kini semakin mengkhawatirkan. Tumpukan sampah yang berada di barat gerbang masuk Pulau Merah  tersebut terdiri atas macam-macam kotoran. Mulai popok bayi, bungkus makanan, sterofoam, hingga sampah organik lain.

Serabut kelapa (degan) paling banyak. Sebarannya hampir seluas lapangan bola. Keberadaan tempat pembuangan sampah itu menjadi perbincangan publik setelah sehari lalu ada wisatawan yang mengunggah gambar tersebut di jejaring sosial.

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, lokasi tersebut tak ubahnya tempat pembuangan sampah akhir (TPSA). Tidak hanya wisatawan yang menyayangkan keberadaan sampah tersebut. Warga sekitar lokasi juga mengaku dirugikan dengan tumpukan sampah tersebut.

Salah satu yang mengeluh adalah Yazak, 60, warga RT 04/RW 01 Dusun Pancer, Desa Sumberagung, itu mengatakan warga yang tinggal di sekitar rumahnya mengaku dirugikan dengan tumpukan sampah tersebut. Terutama saat musim angin barat daya.

“Pokoknya waktu angin barat daya baunya tidak enak.” ucapnya. Dia berharap pihak terkait segera mengambil langkah nyata untuk mengawasi persoalan tersebut. Yazak juga menghendaki kehadiran mobil pengangkut sampah.

“Kalau dibiarkan terus akan jadi apa tempat ini. Harus segera ada penanganan,” harapnya. Hal senada disampaikan salah satu pengelola home stay, Bagus Prihandoyo. Menurutnya “wisatawan mancanegara yang menginap di tempatnya selalu mengeluhkan tumpukan sampah itu.

“Wisatawan selalu mengeluh Pak,” ucapnya.  Dia berharap lokasi pembuangan sampah dipindah di lokasi di luar kawasan pantai. Menurut Bagus, selain merusak keindahan, jika dibiarkan maka sampah itu akan menjadi tumbuhan plastik yang muncul di pasir laut.

“Kalau environment harus kita jaga, itu bisa merusak keindahan pasir,” ucapnya. Bagus membandingkan dengan tempat tinggalnya dulu dikawasan Senggigi, Lombok. Di sana TPSA terdekat dengan lokasi utama wisata berjarak 15 Km.

Menurutnya, solusi paling memungkinkan adalah membuka lahan di areal hutan. “Kalau kita mau bersih paling bisa ya di hutan,” imbuhnya. Sementara itu, Eko Suhendra dari Pokmas Wisata Pulau Merah mengatakan pihaknya membenarkan adanya persoalan sampah itu.

Dia menegaskan, sampah tersebut berada di lokasi pembuangan sementara. “Yang jelas masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap sampah,” ucapnya. Lebih lanjut Hendro menerangkan, sampah dari warung dan sisa aktivitas wisata saat ini terpaksa dibuang di lokasi tersebut karena lokasi pembuangan akhir belum tersedia.

”Pihak Perhutani belum menyediakan tempat,” katanya. Terkait penanganan sampah, pihak pokmas mengaku sudah mengupayakan sejak setahun lalu. Saat itu pihaknya mengajukan beberapa sarana untuk menangani sampah.

Selain belum dipenuhi, lokasi yang disiapkan juga belum ada. “Sejak setahun lalu sampah kami anggap urgen,” terangnya. Menanggapi keluhan wisatawan, Perhutani melalui KBM Wijasling 2 Jawa Timur, Edi Prasetyo Utomo, mengatakan penanganan sampah ini telah menjadi bahan pembicaraan pihaknya bersama pemerintah kabupaten.

“itu sudah kita tindak lanjuti dalam forum bersama,” ujarnya. Pihaknya tak mau dibilang membiarkan permasalahan itu. Sebab, semua memang harus melalui mekanisme tertentu. “Bukan tidak ada gerakan.” jelasnya.

Dalam pertemuan itu telah muncul gagasan membuang sampah di kawasan Banyuwangi Selatan. “Keduanya sudah merencanakan. Pak Sekda sudah meminta di Banyuwangi Selatan ada tindak lanjut,” terangnya.

Plt. Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M. Yanuarto Bramuda mengatakan, persoalan itu memang sudah menjadi bahan diskusi. Dia mengungkapkan, pihak terkait tidak mungkin mengangkut sampah dari PM ke TPSA Bulusan.

Selain faktor jarak yang terlalu jauh, di Bulusan juga sudah penuh. “Sudah Overload di  ucapnya. Bram menegaskan seluruh keputusan terkait Wisata Pulau Merah saat ini harus berdasar keputusan bersama. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah menganggarkan kendaraan angkutan ukuran kecil.

“Motor roda tiga sudah kita anggarkan.” ungkapnya.  Meski sebentar lagi Pulau Merah menjadi lokasi even surfing skala internasional, Bram belum memiliki kejelasan terkait persoalan sampah. Meski begitu, pihaknya telah memiliki persiapan mengatasi hal tersebut. ‘Tenang, pemda ini bisa sulapan.” cetusnya. (radar)