Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Puluhan Warga dan Mahasiswa Gelar Aksi Long March Tolak Tambang Emas

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Aksi warga dengan teatrikal berdarah-darah dalam long march di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, kemarin (6/5).

PESANGGARAN – Puluhan warga dan aktivis mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Banyuwangi, menggelar aksi unjuk rasa menolak tambang emas di Gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Minggu (6/5/2018) kemarin.

Dalam aksinya itu, sedikitnya 50 warga melakukan long march dari lapangan Pancer, Desa Sumberagung hingga Desa/Kecamatan Pesanggaran sejauh 10 kilometer. Selama dalam perjalanan, mereka bergantian orasi dan membagikan brosur yang berisikan peta wilayah konsensi pertambangan emas yang dilakukan PT Bumi Suksesindo (BSI) kepada para pengguna jalan dan masyarakat sekitar.

Aksi long march dengan memakai baju putih bertuliskan tolak tambang emas, itu terus dilakukan warga sambil bernyanyi dan meneriakan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh pelaksana tambang emas. Dalam aksi itu, salah satu aktivis PMII melakukan aksi unik dengan memikul bambu sepanjang dua meter dengan kedua kaki dirantai.

Tanpa mengenakan baju, badan mahasiswa itu dilumuri cat warna merah. “Saya melakukan aksi ini untuk kesejahteraan warga, BSI segera memenuhi apa yang kami minta dan tidak merusak lingkungan lagi,” ujar Adi, 22, salah satu aktivis PMII.

Dalam aksi itu warga menuntut BSI berhenti melakukan aktivitas penambangan, dan menutup area pertambangan di Gunung Tumpang Pitu. Selain itu, warga dan PMII menuntut aktivis lingkungan hidup Budi Pego segera dibebasan.

Mereka menilai aktivitas pertambangan semakin lama bukan malah membuat warga sejahtera, tapi membuat lingkungan, khususnya di Desa Sumberagtmg semakin tercemar. “Kami minta tambang emas ditutup,” cetus Sutoyo, 53, warga Dusun Pancer, Desa Sumberagung.

Sutoyo menyampaikan dalam aksi dengan jalan kaki sepanjang 10 kilometer itu, berhenti di depan Pos 1 PT BSI. Tapi, tidak ada tanggapan atau perwakilan dari BSI. “Aksi kami sempat dihadang oleh polisi, tapi kami jalan terus,” ungkapnya.

Warga menuding, lanjut dia, BSI telah merusak sebagian besar ekosistem yang ada di Desa Sumberagung. Saat musim penghujan, warga khawatir akan terdampak longsor dan banjir. Jika musim kemarau, mereka tidak tahan dengan bedu yang setiap hari mengotori udara di lingkungan permukiman penduduk.

“Kami tidak mau anak cucu kami hanya menikmati dampak lingkungan yang sudah rusak dan tercemar. Kami mau agar BSI segera menghentikan aktivitasnya,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bagian Operasi (Kabagops) Polres Banyuwngi, Kompol Syamsudin menjelaskan, aksi unjuk rasa yang dilakukan warga itu berjalan damai dan tidak anarki. Warga hanya melakukan aksi long march berjalan sejauh sepuluh kilometer sambil bernyanyi dan membagikan brosur. Untuk pengamanan aksi unjuk rasa itu, Polres Banyuwangi mengerahkan 100 personeli.

“Untuk pengamanan tidak ada kendala. Kami mengawal aksi long march tersebut. Anggota kami kerahkan dari lima polsek dan dari polres,” katanya.