Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Puluhan Warga Kesurupan Dalam Ritual Keboan di Desa Aliyan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

salah-satu-keboan-yang-sedang-kesurupan-mandi-di-kubangan-lumpur-kemarin

ROGOJAMPI-Upacara adat Keboan yang digelar warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, berlangsung meriah kemarin pagi (9/10). Ribuan warga yang datang dari berbagai daerah, tumplek blek di dua dusun yang dibuat untuk acara tradisi tersebut.

Ritual Keboan yang digelar warga di Desa Aliyan  setiap Suro (Muharram) itu cukup unik. Meski dalam  upacara itu dipusatkan di kantor desa setempat, tapi  dalam pelaksanaan dilaksanakan di Dusun Sukodono  dan Dusun Krajan. “Mulai dulu memang di dua tempat,”  terang Sugiono, 57, salah satu sesepuh adat Desa Aliyan.

Keboan yang digelar warga ini, di mulai sekitar pukul 06.60. Sebelum upacara itu dimulai, dilaksanakan  selamatan kampung. Hampir semua warga yang ada di Dusun Sukodono, keluar rumah dengan membawa makanan dan ingkung. Mereka, makan bersama dengan  menggelar tikar di pinggir jalan kampung.

Sebelum makan bersama dilakukan, dibacakan ayat-ayat Alquran melalui pengeras suara dari musala. Disusul dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh salah satu kiai kampung. “Monggo dinikmati semua,” kata kiai kampung usai membacakan doa. Belum selesai makan, sejumlah warga terlihat sudah mulai kesurupan.

Dengan didampingi beberapa warga lainnya, orang yang kesurupan itu terus berjalan mengitari kampung. Semakin lama, warga yang kesurupan bertambah banyak. Suasana yang mulanya tenang, langsung berubah menjadi ramai. Ada beberapa tahapan dalam ritual Keboan yang   digelar warga Desa Aliyan.

Selain selamatan dengan makan bersama, warga yang kesurupan dengan menjadi keboan itu berebut masuk ke kubangan yang telah disiapkan. “Awas minggir,” teriak salah satu warga saat salah satu Keboan berlari menuju ke kubangan.

Bersamaan dengan itu, sejumlah ibu dan gadis desa yang  membawa timba berisi air, langsung membersihkan wajah Keboan yang berlumuran lumpur. Sedang warga yang lain, berusaha menahan agar kepala Keboan tidak masuk dalam kubangan lumpur.

“Keboan itu ingginnya nyilem di dalam lumpur,” terang Munawar, salah satu pendamping Keboan. Dalam ritual Keboan ini, ada beberapa titik kubangan  yang disiapkan. Di setiap kubangan itu, dibuat mandi oleh warga yang menjadi Keboan.

“Keboan ini tidak akan mengganggu penonton, jadi jangan takut, mereka itu benar-bener kesurupan,” terang Wijaya, salah satu  panitia melalui pengeras suara. Apa yang dikatakan Wijaya itu memang benar, puluhan  warga yang menjadi Keboan  dan kesurupan, tidak ada yang  mengganggu. Bahkan, dari puluhan Keboan itu tidak ada satu pun yang menyentuh penonton.

“Yang menjadi Keboan itu tidak sadar karena kesurupan, jadi tidak akan menganggu warga,” terang Sugiono, sesepuh adat Desa Aliyan. Setelah bermandi di kubangan, puluhan Keboan berjalan mengitari kampung. Mereka itu menuju kantor Desa Aliyan. Untuk masuk ke kantor desa  ini, harus bergantian dengan  Keboan yang digelar warga di  Dusun Krajan.

“Tidak boleh ketemu, bisa tarung,” terangnya. Keboan dari Dusun Krajan masuk ke kantor desa sekitar pukul 08.00. Setelah melaksanakan ritual di kantor desa, mereka kembali ke kampungnya. Baru pada  pukul 08.30, giliran Keboan dari Dusun Sukodono masuk ke kantor desa. Hanya sekitar 15 menit  berada di kantor desa, mereka  kembali ke kampungnya.

Puncak ritual Keboan itu, dilaksanakan dengan nyingkal  (bajak) sawah. Selanjutnya, penaburan benih di sawah yang sudah dibajak oleh Keboan itu. Benih yang disebar oleh Dewi Sri, menjadi rebutan warga. “Benih itu bila ditanam  dipercaya akan berkah,” sebut  Sugiono.(radar)