BANYUWANGI – Warga RT 3/RW 3 Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, kemarin (12/10) tampak geram usai menerima beras miskin (raskin) yang dibagikan ketua RT mereka. Bagaimana tidak, beras yang mereka dapatkan tidak layak dikonsumsi.
Banyak bagian yang sudah hancur menjadi kecil-kecil dan banyak ditemukan binatang di dalamnya. Melihat buruknya kualitas beras Bulog tersebut, warga langsung mengembalikan ke pihak kelurahan. Mereka menganggap kualitas beras tersebut tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
“Memang kualitas beras raskin ini tidak semua bagus. Tapi yang ini jelek semua, bagaimana mau dimakan. Ini cocoknya untuk makanan ayam,” ujar Sunarsih, salah satu warga. Ketua RT 3/RW3 Kelurahan Klatak, Supopo AR, saat ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi mengatakan, buruknya kualitas beras baru diketahui setelah beras dikeluarkan dari karung.
Dia sempat memeriksa seluruh beras yang ada, siapa tahu ada salah satu dari 15 karung raskin yang dibelinya dari Bulog itu berkualitas baik. Setelah diperiksa, ternyata seluruh beras memiliki kondisi yang sama. Beras yang ada memiliki bintik hitam di ujungnya. Sebagian beras bahkan sudah remuk.
“Saya juga kaget kenapa jelek seperti ini. Ada banyak kepang di dalam beras. Padahal, dua bulan ini kualitasnya sudah lumayan. Tadi warga sempat banyak yang tidak mau,” ujar Supopo. Supopo mengungkapkan, ada 33 orang yang memperoleh raskin di tempatnya. Dengan 19 orang di antaranya adalah janda.
Setiap orang rata-rata memperoleh beras dengan berat 5,5 kilogram dengan harga Rp 12 ribu dan Rp 7,5 kilogram dengan harga Rp 17 ribu. “Temuan ini mengagetkan saya. Bolehlah kita ini memang membeli dengan harga rakyat miskin, dengan harga murah. Tetapi, bukan jadi alasan kita diberi beras jelek,” geramnya.
Meski beras kualitas beras itu cukup buruk, tapi Supopo terpaksa tetap membagikan kepada warganya. Dia pun mengakali dengan cara mencampurkan raskin dengan beras yang kualitasnya lebih baik baru kemudian dibagikan ke warganya.
“Kita minta Bulog jangan seperti ini. Kasihan warga saya. Tadi saya juga sudah ke kelurahan, dan 90 persen kondisinya sama“ imbuhnya. Joko, salah seorang pekerja selep yang dari pagi sudah menanti warga yang memperoleh raskin di lingkungan RT 3 mengatakan, jika beras yang diperoleh warga adalah kualitas broken atau menir. Dia pun sempat enggan menyelep beras warga karena pasti hasil selepnya juga buruk.
“Beras ini diselep supaya nanti yang tersisa tinggal bagian bagusnya. Kalau yang ini buruk semua, diselep juga susah. Mungkin harus dioplos sama yang bagus baru bisa dimakan,” terangnya. Pria yang sudah belasan tahun berprofesi sebagai tukang selep di wilayah Banyuwangi itu mengungkapkan, di lapangan ditemui beras dengan kualitas berbeda.
Dia mencontohkan di kecamatan kota kondisi raskin cukup baik karena selalu diperiksa sebelum diterjunkan ke masyarakat. “Biasanya kalau sudah turun ke RT seperti ini Bulog tidak mau menerima,” tambahnya. Sementara itu, begitu mendengar ada raskin kualitas buruk tersebar, Kepala Bulog Subdivre IX Banyuwangi, Dadang Kosasi, langsung bereaksi.
Kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, Dadang, berjanji akan segera mengganti beras kualitas buruk yang diterima warga itu. Dia tidak menampik dalam penyimpanan beras terdapat satu dua bagian yang berkualitas buruk. Karena itu, dirinya segera mengontak gudang 1 Ketapang untuk segera mengganti beras buruk yang ada di Kelurahan Klatak.
“Biasanya kita menanti kabar dari Desa/Kelurahan jika ada keluhan. Tapi karena ini langsung dari masyarakat, besok (hari ini) akan langsung kita ganti,” ujarnya. Dia menambahkan, biasanya saat proses distribusi pihak penerima beras melakukan pengoblosan karung untuk memeriksa kualitas beras.
Namun, hal tersebut, menurutnya, sudah tidak diperbolehkan lagi. Kompensasinya, bagi warga yang memperoleh beras dengan kualitas buruk dapat melapor ke desa/kelurahan dan nanti akan diganti dengan beras yang kualitasnya baik.
Untuk kasus RT 3 Kelurahan Klatak, Dadang, berjanji akan mengganti beras dengan jumlah yang sama, yaitu 15 karung beras. “Tanggung jawab kita untuk raskin ini dari gudang hingga titik distribusi. Dari titik distribusi sampai penerima manfaat menjadi tanggung jawab desa dan kelurahan. Bagi warga yang menemukan hal yang sama bisa melapor ke kita melalui desa. Akan kita ganti,” pungkasnya. (radar)