Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Raung Keluarkan Asap Tebal

SIAP PASANG: Empat pemuda karang taruna menunjukkan plang evakuasi di Dusun Bejong, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Minggu lalu.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
SIAP PASANG: Empat pemuda karang taruna menunjukkan plang evakuasi di Dusun Bejong, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Minggu lalu.

Terdengar Suara Gemuruh hingga Radius 5 Kilometer

SONGGON – Aktivitas Gunung Raung terus mengalami peningkatan signifikan. Sejak Minggu malam (29/10), gunung terbesar se-Pulau Jawa itu mengeluarkan asap tebal. Asap tersebut berembus di ketinggian 200 meter dan mengarah ke barat.

Asap tebal tersebut keluar dari kawah gunung setinggi 3.332 meter dari permukaan laut (dpl) itu sekitar pukul 22.40 Minggu lalu. Selain itu, suara gemuruh terdengar hingga radius lima kilometer.

Lantaran intensitas gunung raung kian meningkat, pos pengamatan gunung tersebut mendapatkan bantuan personel Petugas tambahan itu berasal dari Pos Pengamatan Gunung Agung, Bali, Gunung Dieng, Jateng, Gunung Semeru, dan petugas dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana, Geologi (PVMBG) Bandung.

Kepala Pos Pengamatan Gu nung Raung, Balok Suryadi mengatakan, selain bantuan pe tugas, pihaknya juga mendapatkan bantuan alat seismometer. Alat-alat tersebut bakal dipasang tak jauh dari alat sebelumnya yang hanya berjarak tujuh kilometer. ‘’Alat-alatnya dipasang di ketinggian 1.800 meter,’’ jelasnya. Dia menjelaskan, alat tersebut dipasang dengan cara dipendam dalam tanah. ‘’Nanti alat-alat ini sebagai penunjang. Sekarang, sudah ada bantuan sepuluh personel seperti saya,’’ jelas warga Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, itu.

Sementara itu, pengamatan ko ran ini siang kemarin (29/10), puncak Gunung Raung tidak tam pak secara visual. Sebab, sepanjang hari kemarin puncak gunung tertutup awan. Sementara itu, rambu-rambu jalur evakuasi di Dusun Bejong, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, mendadak dicopot. Padahal, rambu jalur evakuasi itu merupakan hasil keputusan bersama Muspika Kecamatan Songgon dan perangkat desa setempat Kamis lalu.

Sesuai rencana, tiga pilar kecamatan (kapolsek, danramil, dan camat) bakal memasang rambu-rambu rute di Desa Sum berarum Minggu pagi. Atas pemberitahuan sebelumnya, perangkat desa sudah banyak yang membuat rambu tersebut untuk dipasang. Bahkan, warga setempat juga sudah memasang rambu jalur eva kuasi di perkampungan Dani, Dusun Bejong. Tetapi, apa boleh buat, tiba-tiba pejabat kecamatan melarang rambu tersebut dipasang. Atas pe rintah itu, warga langsung mencopot rambu yang baru dipasang tersebut.

Kepala Dusun Bejong, Sudarmanto mengaku, pihaknya sudah sering mendapatkan instruksi dari pejabat di lingkungan kecamatan. Termasuk, mengenai pembuatan rambu rute evakuasi. ‘’Karena dapat perintah, ya saya siap jalankan. Ka lau gak dapat perintah, saya gak mungkin ambil keputusan sendiri,’’ jelasnya. Sudarmanto menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan be lasan rambu jalur evakuasi hingga titik berkumpul. Bahkan, sebagian warga sudah memasang dulu. ‘’Karena dapat perintah larangan, sekarang lang sung dipreteli lagi.

Ini sekarang anak-anak karang taruna sedang mencopoti dua rambu rute yang sudah kadung (te lanjur) terpasang,’’ katanya. Sampai saat ini, imbuh dia, sebagian warga mengaku resah atas status gunung yang tak menentu itu. Yang paling takut adalah warga Desa Sum berarum yang paling dekat gunung. ‘’Yang sangat resah itu warga saya yang ada di Kampung Dani. Di sana itu dusun yang paling dekat dengan gunung,’’ ujarnya kemarin.

Laporan yang masuk, lanjut Sudarmanto, warga yang tinggal di Dusun Dani sering mendengar suara gemuruh. Tentu saja, hal itu menimbulkan keresahan. ‘’Warga sana banyak yang takut,’’ jelasnya. Jika sewaktu-waktu mendadak di haruskan mengungsi, kata dia, pihaknya sudah menyiapkan se jumlah kendaraan. Sampai saat ini, ada lima kendaraan yang stan by. ‘’Kendaraan itu ada yang ditaruh di sini, sebagian ada yang di Kampung Dani,’’ terangnya.

Bahkan, kata Sudarmanto, sebagian warga sudah ada yang mengemas barang-barangnya dan menitipkan ke saudara di desa yang dianggap lebih aman. ‘’Warga sini, ada yang pakaiannya sudah dititipkan. Takut kalau tiba-tiba gunung meletus,’’ jelasnya. Rudi, warga Dusun Dani, mengaku istrinya terpaksa bermalam di rumah orang tuanya. Sebab, kediaman orang tuanya dinilai lebih aman dibanding rumahnya di perkebunan. ‘’Istri saya takut.

Kalau malam nginep di rumah bapak saya,’’ terangnya. Ahmad Saikhu, warga Dusun Pasar, Desa Sumberarum, mengatakan bahwa mayoritas warga sudah memiliki rencana cukup matang jika sewaktu-waktu terpaksa harus mengungsi. Salah satunya, mengumpulkan dokumen penting. ‘’Surat-surat penting, seperti sertifikat, sudah dibungkus dalam satu tas. Kalau tiba-tiba gunung meletus, tas tersebut dibawa,’’ jelasnya. Camat Songgon, Hardiono menjelaskan, ada beberapa langkah di saat gunung berstatus siaga. Pemasangan rambu rute jalan evakuasi itu dilarang. ‘’Gak boleh dipasang dulu, itu dilarang,’’ katanya. (radar)