Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Rela Tertular Gatal-gatal saat Memandikan

TAK RISI: Suhaili (kiri) dan Junaedi sibuk mencukur orgil di halaman belakang Kantor Dinsosnakertrans Banyuwangi.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TAK RISI: Suhaili (kiri) dan Junaedi sibuk mencukur orgil di halaman belakang Kantor Dinsosnakertrans Banyuwangi.

Membersihkan tubuh orang gila (orgil) memang tidak mudah. Selain menjijikkan, orgil juga bisa menularkan penyakit kepada siapa saja yang mendekatinya.

Namun, bagi Suhairi, membersihkan tubuh orgil malah memberikan kepuasan tersendiri.

PERAWAKANNYA kurus. Rambutnya disisir klimis. Mengenakan kemeja batik warna cokelat yang dipadupadankan dengan celana hitam membuat Suhairi, 43, tampak sangat rapi pagi itu.

Meski tengah sibuk dengan seabrek aktivitas di instansi tempatnya bekerja, yakni Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), pria yang satu ini masih sanggup melempar senyum kepada warga yang berpapasan dengannya.

Ayah dua anak asal Lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, ini sudah bekerja di kantor yang berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto, Kecamatan Giri, tersebut sejak 2003 silam.

Awalnya, Suhairi bertugas sebagai penjaga malam. Bekerja sebagai penjaga malam dia lakoni selama enam tahun lebih. Baru di tahun 2010, Suhairi diangkat sebagai staf bidang sosial.

Sejak saat itu, suami Hartati, 35, itu mulai sering “bersentuhan” dengan orang gila. Namun, jangan salah, Suhairi bukan hendak berbuat macam-macam  Suhairi memang menjadi salah satu andalan Dinsosnakertrans untuk merapikan orgil yang terjaring razia petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Ya, setiap kali mendapat pelimpahan orgil hasil razia Satpol PP, Dinsosnakertrans selalu merapikan dan membersihkan tubuh para orgil tersebut. Setelah dibersihkan, barulah orgil-orgil itu dibawa ke beberapa pusat rehabilitasi kejiwaan.

Nah, Suhairilah yang selalu membersihkan dan merapikan orgil-orgil tersebut. Dia seolah tidak segan mencukur, memandikan, dan merapikan pakaian para orgil itu. Padahal, bagi sebagian orang, berdekatan dengan orgil saja sudah sangat “menakutkan”.

Ada yang jijik, ada juga yang takut sewaktu-waktu diserang dan dilempar benda keras jika sewaktu-waktu orgil tersebut kumat. Anehnya, selama bertugas membersihkan orgil, Suhairi nyaris tidak pernah mendapat perlakuan kasar dari orang-orang kurang waras tersebut.

Karena itu, oleh rekan-rekannya sesama pegawai Dinsosnakertrans, Suhairi kerap dijuluki “Penjinak Orgil”. Saya punya trik khusus agar tidak ‘diserang’ orgil. Jika pandangan orgil kosong, jangan ditangani dulu.

Bisa-bisa kita diserang,” ujar Suhairi. Suhairi mengungkapkan, membersihkan orgil berisiko tinggi tertular penyakit, misalnya penyakit gatal. Pengalaman kurang menyenangkan sudah pernah dia rasakan beberapa waktu lalu.

“Saya pernah tertular penyakit gatal-gatal karena memandikan orgil. Bekasnya masih tampak kan,” uangkap dia seraya menunjukkan pergelangan tangan kanannya. Saat menjalankan tugas membersihkan tubuh orgil, Suhairi biasanya berduet dengan rekannya, yakni Junaedi.

“Setelah kita cukur, orgil langsung kita mandikan. Setelah itu kita beri pakaian layak pakai,” tutur Suhairi. Uniknya, saat memandikan orgil, Suhairi tidak langsung menggunakan sabun mandi. Langkah awal setelah menyiram tubuh orgil yang sangat kotor adalah menggosoknya dengan sabun krim yang biasa digunakan warga mencuci piring.

Setelah bersih, barulah dia meluluri tubuh orgil tersebut dengan sabun wangi. Sebab, saking kotornya, tubuh orgil kalis alias tetap kotor kalau langsung dibersihkan menggunakan sabun mandi.

Menurut Suhairi, membersihkan orgil dia lakukan tidak semata-mata menjalankan tugas. Lebih dari itu, dia mengaku senang saat menyaksikan orgil yang semula tampak sangat kotor menjadi bersih setelah dirapikan dan dimandikan.

Apalagi, jika sudah fresh, kadang orgil nyambung saat diajak berkomunikasi. “Orgil juga manusia. Hanya jiwanya saja yang sakit. Jadi, sudah layaknya kita memperlakukan mereka dengan baik,” pungkasnya.

Sementara itu, setelah dibersihkan, orgil-orgil yang terjaring razia itu dievakuasi ke beberapa pusat rehabilitasi kejiwaan, di antaranya Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat dan Klinik Ketergantungan Obat (PKJM-KKO), Licin, Kecamatan Glagah.

Ada juga yang dikirim ke Rumah Sakit Jiwa, Lawang, Malang. Agar tidak reaktif, biasanya pengiriman orgil dilakukan pada malam hari. (radar)