Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ribuan GTT-PTT Minta Jadi PNS

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ribuanBANYUWANGI – Para guru tidak te tap (GTT) dan pegawai tidak te tap (PTT) yang tergabung dalam Fo rum Tenaga Honorer Sekolah Ne geri Indonesia (FTHSNI) Ka bupaten Banyuwangi mendesak pe merintah lebih memperhatikan nasib mereka. Saat mengikuti dengar pendapat de ngan eksekutif dan legislatif di ruang khusus DPRD Banyuwangi kemarin (8/2), FTHSNI meminta anggotanya yang berjumlah 2.585 orang segera diangkat menjadi pe ga wai negeri sipil (PNS). “Ribuan GTT dan PTT ini sudah mengabdi selama puluhan tahun,” ujar Ketua FTHSNI Banyuwangi, Muhamad Cholid, 47.

Kepada para wakil rakyat, Cholid menyebut anggota FTHSNI ikhlas mendidik dan men cerdaskan anak bangsa. Padahal, mereka hanya menda pat bayaran Rp 200 ribu per bu lan. Jumlah anggota GTT di Ba nyuwangi, sebut dia, saat ini 1.906 orang. Anggota PTT sekitar 679 orang. “Usia GTT dan PTT sebagian besar di atas 40 tahun,” cetusnya. Dengan usia itu, jelas dia, bila mengacu pada aturan perekrutan PNS, maka ke sem patan mereka menjadi PNS sangat tipis. Bahkan, GTT dan PTT tidak jarang yang sudah be rusia 46 tahun. “Yang sudah be rumur 46 tahun berarti ke sem patannya tinggal satu kali lagi, maka kami minta mereka segera diangkat menjadi PNS,” tuturnya.

Selain minta segera diangkat menjadi PNS, Cholid juga berharap Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi melakukan uji publik database, dan segera dicairkan tunjangan fung sional untuk tahun 2012. “Kami juga minta perlindungan secara politik dan hukum,” ha rap nya. Sementara itu, Ketua PGRI Ba nyuwangi, Husin Matamin, yang hadir dalam hearing itu mengatakan, saat ini Kabupaten Banyuwangi kekurangan tenaga guru mata pelajaran pokok. “Te naga guru itu sekarang diisi para guru honorer,” katanya. Kekurangan guru mata pelajaran pokok itu bukan hanya terjadi di sekolah negeri di pe desaan, sekolah negeri di pu sat kota Banyuwangi juga ba nyak yang kekurangan guru.

Karena itu, tidak salah bila pemerintah segera mengangkat para guru honorer itu menjadi PNS. “Ada sekolah negeri di  kota ini yang kekurangan guru sampai belasan hingga puluhan orang,” sebutnya. Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Pemkab, Suhartoyo menyebut, pemkab sudah cukup baik dalam memperhatikan dunia pend idikan. Bahkan, anggaran pendidikan dalam APBD 2013 sebesar 43,20 persen. “Padahal, amanah undang-undang hanya 20 persen,” terangnya.  Mengenai harapan para GTT dan PTT itu, Suhartoyo berjanji akan memperhatikan hal tersebut. Yang pasti, Pem kab Banyuwangi sangat menghargai jasa para GTT dan PTT.

“Penganggaran 43,20 per sen untuk pendidikan itu bukti pemerintah daerah sa ngat peduli dengan dunia pendidikan,” kata Suhartoyo. Sekretaris Dispendik Banyuwangi, Dwiyanto, kepada para GTT dan PTT yang hadir dalam hearing itu menyebut,  di Kabupaten Banyuwangi sudah tidak ada lagi honorer ka tegori 1 (K1). Honorer K1 dari guru kontrak dan guru bantu sebagian besar sudah di angkat menjadi PNS. “Karena ada persyaratan yang kurang, memang ada yang belum diangkat, tapi kita masukkan K2,” cetusnya. Untuk anggota FTHSNI yang sudah masuk K2, Dwiyanto menyebut pendataan databasenya dilakukan secara terbuka. Sebagai buktinya, pendataan yang dilakukan diserahkan kepada forum. “Dispendik dalam menentukan kebijakan selalu melibatkan semua elemen,” ungkapnya. (radar)