Semakin Terpacu Menghafal Alquran saat Sang Adik Lahir
SOSOK Rifqoh El Hanifah memang luar biasa. Di usianya yang masih belia, bocah yang karib disapa Ifah tersebut telah mampu menghafal 14 juz kitab suci Alquran. Kemampuan istimewa itu tentu saja tidak dia miliki secara instan. Ada banyak faktor yang berperan di sana.
Mulai ketelatenan orang tua, faktor pendidik, serta kemauan dan kerja keras Ifah sendiri. Faktor didikan orang tua menjadi kunci utama kesuksesan Ifah menghafal 14 juz Alquran. Kedua orang tuanya, yakni Abdul Basith dan Baiqoh Indayani mulai mengajari buah hatinya mengaji sejak usia dini, tepatnya sejak Ifah berusia 2,5 tahun.
Mengajari anak usia 2,5 tahun membaca Alquran bukan perkara mudah. Butuh kesabaran, ketelatenan, dan kesungguhan niat. Ya, namanya saja balita, kala itu Ifah sangat malas diajak belajar mengaji, dia lebih suka main. Tak kalah akal, Basith maupun Baiqoh menyisipkan kegiatan belajar mengaji saat menemani putri kesayangannya itu bermain.
“Kadang kami mengajari mengaji sembari menemani Ifah bermain ayunan di Taman Sritanjung. Kadang pula mengajari Ifah belajar mengaji sambil bermain pasir di Pantai Boom,” kenang Basith diiyakan Baiqoh saat keduanya menjemput putrinya sekolah di SDN 2 Tukangkayu, Banyuwangi, Minggu siang (1/4).
Saat Ifah berusia tiga tahun, Basith dan Baiqoh “menitipkan” gadis kecil itu di Rumah Tahfidz, semacam pondok pesantren yang berlokasi di jalan Mendut, Banyuwangi. Meski telah mondok, Ifah kecil kerap pulang ke rumahnya lantaran tidak kerasan.
“Jadi, setelah selesai mengaji, Ifah pulang ke rumah. Esoknya kem bali ke pondok untuk belajar ngaji lagi. Begitu seterusnya. Baru beberapa tahun terakhir Ifah menginap di Rumah Tahfidz,” kata Basith. Singkat cerita, semangat Ifah belajar mengaji terlecut sejak adiknya lahir. Kala itu, usia Ifah tiga tahun lebih.
“Saya bilang. Kalau Mbak Ifah malas belajar. Nanti kalah pintar sama adik bayi,” cerita Baiqoh. Kalimat itu rupanya sangat ampuh melecut semangat Ifah untuk belajar mengaji. Bahkan bukan hanya ngaji, Ifah yang sebelumnya juga malas belajar pelajaran sekolah, juga berubah menjadi sangat giat.
“Bahkan saat sudah mengantuk pun, Ifah tidak mau saya suruh tidur. Dia minta izin menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) sari gurunya di sekolah,” imbuh Baiqoh. Baiqoh menambahkan, awal Ifah belajar mengaji di Rumah Tahfidz, putrinya itu belajar menghafal Quran dengan metode tutor. Namun setelah itu, tepatnya ketika kemampuan Ifah membaca Alquran sudah dinilai mumpuni, metode pelajaran diganti dengan sistem setor.
“Jadi, Ifah belajarsendiri. Setelah itu, hasilnya menghafal ditunjukkan pada sang ustadzah,” jelasnya. Sementara itu, Ifah mengaku tahap awal dia menghafal Alquran juz 30 atau juz terakhir alias Juz Amma. Setelah berhasil menghafal juz terakhir Alquran tersebut, dia lantas menghafal mulai juz pertama hingga juz 13.
Artinya, saat ini dirinya telah hafal 14 juz Alquran. Ifah mengaku setiap hari dirinya menghafal satu halaman Alquran. Dia belajar menghafal kitab suci umat Islam tersebut mulai bakda Asar sampai menjelang Isyak. Ifah menambahkan, saat terberat dalam menghafal Quran tersebut terjadi saat dirinya sedang tidak mood. Jika moodnya sedang “rusak”, Ifa sangat kesulitan hingga tidak berhasil menghafal sat halaman Alquran.
“Misalnya saat merasa capai. Saya tidak mood menghafal Alquran. Caranya agar mood saya kembali, ya istirahat,” akunya polos. Di sisi lain, meski sedang mondok di Rumah Tahfidz, Ifah tetap melanjutkan pendidikan formal di SDN 2 Tukangkayu. Dia kini duduk di bangku kelas lima sekolah yang berlokasi di jalan MT Haryono, Banyuwangi tersebut.
“Setiap hari saya dijemput oleh ayah atau ibu di Rumah Tahfidz. Setelah selesai sekolah, saya diantar kembali ke pondok,” kata dia. Kemampuan Ifah menghafal Alquran telah mengantarkan bocah yang satu ini menjuarai beberapa lomba. Dia menjadi juara III lomba tahfidz tingkat kabupaten pada Festival Anak Saleh Indonesia (FASI) ke 9 tahun 2015 lalu.
Sebelumnya, Ifah juga menyabet juara pertama lomba tartil tingkat kecamatan Banyu- wangi pada 2012. Padahal, usia para peserta dua perlombaan itu rata-rata jauh di atas Ifah. Hebatnya lagi, kemampuan Ifah membaca dan menghafal Alquran mampu diimbangi dengan prestasi akademik di sekolah.
Dia merupakan langganan ranking satu di kelasnya. Termasuk ranking satu pada semester pertama kelas 5 beberapa waktu lalu. Kemampuan super istimewa yang dimiliki Ifah menuai apre siasi pihak sekolah dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Banyuwangi.
Kepala SDN 2 Tukangkayu, Suci Nuryanti, mengaku siap mendukung Ifah meraih prestasi lebih tinggi lagi. Dia mengaku sekolah siap memfasilitasi jika Ifah kesulitan dana untuk mengikuti perlombaan. Suci menambahkan, prestasi Ifah tersebut diharapkan mampu memacu rekan-rekannya sesama siswa SDN 2 Tukangkayu untuk meraih prestasi.
Baik prestasi akademik maupun non akademik. “Diakui atau tidak, prestasi Ifah pasti akan memotivasi teman- temannya untuk meraih prestasi pula,” kata dia. Senada dengan Suci, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Banyuwangi, Purwanto, mengaku siap mendukung Ifah meningkatkan prestasinya.
Menurut dia, itu sejalan dengan program Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat. “Maka, kami siap mendukung penuh anak- anak untuk meraih prestasi setinggi mungkin,” cetusnya. (radar)