Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Ritual Adat Kebo-keboan Alasmalang Dibanjiri Penonton

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Tradisi adat Kebo-keboan di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi berlangsung meriah, Minggu (23/9/2018) kemarin.

Kegiatan yang digelar setiap bulan Suro penanggalan Jawa ini selalu dinanti masyarakat sebagai tontonan wajib bagaimana masyarakat Alasmalang mengucapkan syukur kepada Tuhan. Tradisi ini juga merupakan doa, agar proses tanam di tahun depan dapat menghasilkan panen yang melimpah.

Ratusan masyarakat berdesakan di persimpangan jalan Desa Alasmalang, untuk melihat arak-arakan puluhan manusia kerbau, yang berkeliling di empat penjuru mata angin. Ada pula Dewi Sri, yang merupakan simbol kesuburan masyarakat agraris, yang ditandu mengikuti manusia kerbau diarak.

Hadir dalam acara tersebut, Dirjen Kebudayaan pada Kemendikbud RI Hilmar Farid, Guntur Sakti, Kepala Biro Komunikasi Publik pada Kemenpar RI dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

“Ini tradisi selamatan desa merupakan ucapan syukur masyarakat tani atas hasil limpahan panen dan doa buat musim tanam di tahun depan, ini merupakan ritual turun temurun yang sekaligus dikemas menjadi kegiatan budaya,” ujar Ketua Panitia Indra Gunawan, Minggu (23/9/2018).

Dulu, kata Indra Gunawan, acara ini hanya sebatas kegiatan ritual biasa di Desa di sekitar sawah dan perkampungan. Namun dengan sentuhan pemerintah Kabupaten, acara ini dikemas kolosal yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

“Ada campur tangan dari pemerintah. Pemerintah tidak merubah ritual. Tapi memberikan kemasan kolosal yang menarik wisatawan datang ke desa kami,” pungkasnya.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, event ini sudah masuk di agenda Banyuwangi Festival. Pemkab Banyuwangi terus berdampingan kepada masyarakat untuk mengemas kegiatan budaya menjadi tontonan yang apik.

“Banyuwangi terus menjaga kegiatan seperti ini, bahkan event seperti ini sangat mengantre namun kita melihat kesiapan masyarakat menjadi hal utama. Ini dalam rangka mendorong kebudayaan mendapat impact dari kegiatan Banyuwangi Festival sehingga bisa membawa impact besar buat pariwisata di Indonesia khususnya Banyuwangi,” ujar Anas.

Ada dua desa yang memiliki tradisi yang hampir sama. Namun di dua desa itu, Pemkab hanya mengemas tanpa mengubah dan menganggur ritual adat aslinya.

“Semua kita lihat tradisi yang berjalan setiap tahunnya, dulu sebatas sawah biasa dan kita dekati namun ritual tidak diganggu. Ada 15 menit ritual dan ritual serta budaya menjadi satu kesatuan yang takdipisahkan sehingga semua bisa menikmati, Banyuwangi memiliki cara memberi penghargaan kepada masyarakat melalui tradisi budaya, dengan dihormati maka masyarakat akan berkembang dengan sendirinya,” pungkasnya.

Langkah Pemkab dan masyarakat Banyuwangi yang melindungi dan melestarikan adat tradisi kebo-keboan mendapatkan apresiasi dari Dirjen Kebudayaan pada Kemendikbud RI Hilmar Farid. Menurutnya, Banyuwangi telah berhasil membuat event sederhana menjadi sangat luar biasa.

“Nilai dari budaya ini mempunyai makna, festival kebo-keboan ini dalam rangka menyambut kehidupan mengenal alam, dan menjadi tradisi yang memiliki nilai besar bagi masyarakat,” ujarnya.

“Pendapatan masyarakat juga bertumbuh ditambah semangat yang terus tinggi demi menjaga kebudayaan di kampung-kampung Banyuwangi. Terima kasih kepada masyarakat, tokoh masyarakat di desa Alasmalang,” tambahnya.