Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Rudi Hartono, Anak Buruh Perkebunan Raih IPK Tertinggi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Rudi Hartono memegang piagam wisudawan terbaik di Aula Serba Guna Uniba kemarin (28/10).

Kuliah Nyambi Kerja Guru Privat dan Jadi Guide

Wisudawan terbaik Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba), Rudi Hartono, 26, ini tergolong sosok multitasking. Bayangkan saja, dia menjalani kuliah sambil ngajar jadi guru privat dan juga bekerja jadi pemandu wisata.

KRIDA HERBAYU, Banyuwangi

NILAI Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Rudi Hartono adalah yang tertinggi dalam wisuda Uniba kemarin. Dia lulus sebagai sarjana pendidikan program studi Bahasa Inggris pada Fakultas Bahasa dan Seni Uniba.

Sehari-hari, orang tua Rudi bekerja sebagai buruh perkebunan kopi di Lingkungan Suko, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro. Penghasilan buruh kebun yang pas-pasan, membuat orang tuanya kesulitan membiayai kuliah Rudi.

Namun dengan kegigihannya, Rudi terus berjuang untuk membiayai kuliahnya sendiri. Kedua orang tuanya, pasangan Suharsono, 50, dan Sutiani, 45, menjadi motivasi dan penyemangat di kala Rudi merasa lelah.

Setiap hari, Rudi bekerja mengajari les privat dari rumah ke rumah. Sesekali, dia juga menjadi guide (pemandu wisata). Hasil jerih payahnya bekerja, sedikit demi sedikit bisa menutupi biaya kuliahnya. Dia tercatat sebagai mahasiswa Prodi Bahasa Inggris sejak tahun 2014.

Selama menuntut ilmu, Rudi terus menunjukkan prestasinya. Hasil Indeks Prestasi (IP) yang diperolehnya tergolong tinggi. Saat menginjak semester 1 hingga semester 5, Rudi mampu meraih IP 4,00. Karena murid les privatnya terlalu banyak pada semester 6, nilai Rudi akhirnya turun menjadi 3.80 pada semester itu.

“Pernah merosot karena tidak bisa membagi waktu antara belajar dan mengajar,” ucap pria kelahiran 20 Maret 1991 itu. Namun, dia kembali berhasil meraih IP 4.00 pada semester 7. Dan saat akhir semester 8, Rudi berhasil mendapatkan IPK 3.91.

”Alhamdulillah pas di semester 7, IP saya naik bisa jadi 4,00. Tapi di akhir semester turun lagi. Tapi tidak apa-apa yang penting saya sudah belajar dengan maksimal,” ujar Rudi. Meski memiliki prestasi mentereng saat ini, Rudi belum mau berpuas diri.

Masih panjang perjalanannya untuk bisa meraih cita-citanya menjadi seorang dosen. Mengingat, persyaratan menjadi dosen minimal harus kuliah lagi pascasarjana alias strata dua (S2).

Berkat keinginan yang keras itu, jalan menuju cita-citanya tersebut mulai terbuka. Saat ini, Rudi direkomendasikan untuk mendapatkan beasiswa S2 di semua universitas yang diinginkan. “Jika diberi kesempatan melanjutkan S2 saya akan tetap melanjutkan di bidang pendidikan,” ungkap Rudi.

Motivasi Rudi untuk berpendidikan tinggi tak lain karena orang tuanya. Berangkat dari keluarga kurang mampu dan berlatar belakang pendidikan rendah, membuatnya ingin mengubah garis kehidupan keluarganya.

“Saya tidak ingin karena orang tua saya tidak pernah kuliah, saya juga begitu. Saya ingin mengubah itu dengan kuliah dan berprestasi,” ungkap putra bungsu dua bersaudara itu.

Rudi sangat ingin menjadi seorang dosen, tapi dirinya merasa minder karena berada di keluarga yang kurang mampu. “Ya, saya ingin jadi dosen. Tapi saya realistis. Saya bukan orang kaya. Jadi saya ingin bekerja biar bisa membahagiakan orang tua,” pungkas Rudi.

Di mata teman-temannya, Rudi merupakan sosok yang penyabar, pintar, dan humoris. Rekan kuliah merasa bangga terhadap Rudi dan selalu mendapatkan IPK tertinggi mulai awal masuk kuliah. Rudi selalu mendapatkan nilai bagus di semua mata kuliah.

“Cerdas, soalnya dia memang suka Bahasa Inggris dari dulu nilainya selalu bagus. Mulai dari semester 1. Dan dia rajin kerjakan tugas juga,” papar Dwi Kasandra, 23, mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.

Secara terpisah, Rektor Universitas PGRI Banyuwangi Drs H. Teguh Sumarno MM mengatakan alumni mahasiswa yang berprestasi nanti akan diberi beasiswa untuk melanjutkan menuju jenjang S2. “Terserah mau pilih universitas dan fakultas apa saja. Setelah lulus mereka juga bisa kembali untuk mengajar di Uniba,” jelas Rektor Teguh.

Teguh menambahkan, pihaknya juga memberikan peluang bagi mereka yang mendapatkan IPK tertinggi. Mereka adalah putra didik terbaik yang oleh Uniba. lni yang merupakan kebanggaan bagi Uniba. (radar)

Kata kunci yang digunakan :