GLAGAH – Ada yang berbeda di jalan-jalan Kelurahan Bakungan menjelang senja Minggu kemarin (18/9). Barisan obor berjajar rapi di tepi jalanan tak jauh dari stasiun Kereta Api Karangasem tersebut. Tak jauh dari lokasi itu, masyarakat Bakungan mengarak seblang Supani, 63, yang akan menari dengan iringan obor di tengah desa yang gelap gulita.
Hari itu tepat satu minggu setelah Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah. Masyarakat Bakungan setiap tahun memperingati hari tersebut dengan ritual seblang yang dipercaya dapat menolak bala. Seblang malam itu masih ditarikan Supani yang merupakan keturunan seblang Misna yang telah pensiun 13 tahun lalu.
Usai keliling sambil membawa oncor, masyarakat berhenti di depan rumahnya dan makan bersama anggota keluarga. Menu yang dihidangkan adalah pecel petek yang sudah disiapkan dalam bungkusan daun pisang dengan lalapan seadanya. Begitu selesai didoakan, masyarakat langsung memolok nasi pecel petek di hadapan mereka.
“Saat-saat seperti ini warga bisa saling berkumpul dengan keluarganya. Yang dari jauh juga datang ke sini,” ujar Suci, warga Kelurahan Bakungan. Setelah selamatan warga usai, seblang Supani yang sudah memasuki masa menopause memasuki Sanggar Seni Bunga Bakung.
Nuansa mistis terasa saat wangi dupa merebak. Setelah itu, alunan mantra dan doa mulai di bacakan. Tidak menunggu lama, wanita tua tersebut langsung tidak sadarkan diri sembari dalam kondisi kesurupan. Ada 13 gending yang mengiringi penari selama semalam suntuk, di antaranya gending “Seblang Lukinto, Podo Nonton, Ugo-ugo, Kembang Gading, dan Seblang Subuh.
Di tengah lagu-lagu dan tarian, ada pertunjukan sabung ayam. Sabung ayam itu meng- gam barkan perlawanan masyarakat Blambangan melawan penjajah. Tak ketinggalan juga ada prosesi adol kembyang atau menjual bunga yang dilakukan di tengah-tengah tarian ritual tari seblang.
“Kita ingin seni dan budaya Banyuwangi terus eksis dan mendapatkan panggung di hadapan khalayak luas. Apalagi, tujuan tradisi tersebut cukup baik, yaitu bersyukur atas nikmat Allah dan memohon agar seluruh warga desa diberi ketenangan, kedamaian, keamanan, dan kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang halal,” kata Wakil Bupati Yusuf Widaytmoko yang hadir dalam pergelaran Seblang Bakungan.
Sementara itu, sebelumnya Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY. Bra muda mengatakan, selain objek wisata alam, Banyuwangi cukup diminati dari segi wisata kebudayaan dan religi. Sejak tahun 2015 pemerintah serius menggarap wisata budaya dan religi.
“Salah satunya memasukkan ritual kebudayaan dalam Banyuwangi Festival,’’ tandas Bramuda. (radar)