Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Seluruh Pantai di Banyuwangi Rawan Tsunami

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Dengan garis pantai sepanjang 175,8 KM, Banyuwangi masuk dalam urutan ke 11 dari 500 an Kabupetan/kota se Indonesia yang rawan terjadi bencana Tsunami.

Dan daerah rawan tsunami ini terbentang mulai dari kawasan Pantai Sukomade, pantai Rajegwesi, Pantai Pancer dan Pantai Lampon di wilayah Kecamatan Pesanggaran. Juga Pantai Grajagan Kecamatan Purwoharjo hingga ke Pantai Muncar, Pantai Blimbingsari, Pantai Boom dan area Pantai Bimorejo Kecamatan Wongsorejo.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Eka Muharam mengatakan, dengan garis pantai sepanjang 175,8 KM tersebut, Banyuwangi di nilai rawan terjadi bencana tsunami di banding Kabupaten dan Kota lainnya di Indonesia.

“Karena, posisi Banyuwangi berada di Lempeng Indo Australia yang pergerakannya cukup dinamis. Hal itu terbukti pada 1994 lalu, terjadi tsunami di wilayah pantai selatan Banyuwangi,” ujar Eka.

Sementara, berdasarkan kajian indeks resiko bencana dari BNPB dan Bapenas, Banyuwangi masuk urutan ke 11 Kabupaten di Indonesia rawan bencana tsunami.

Eka menjelaskan, potensi tsunami ini terklasifikasi beberapa tingkatan mulai tinggi, menengah dan rendah. Untuk wilayah yang masuk klasifikasi tinggi adalah di sejumlah pantai yang ada di Kecamatan Pesanggaran tersebut juga Pantai Grajagan. Sedangkan Pantai Muncar dan Pantai Blimbingsari masuk daerah tsunami menengah.

“Sementara Pantai Boom serta di kawasan perairan selat bali hingga pantai Bimorejo, termasuk dalam daerah tsunami rendah,” ungkapnya.

Indeks resiko bencana tsunami ini menurut eka, di hitung dari kerentanan masyarakat yang tinggal di sepanjang bibir pantai. Dan dari data yang ada, jumlah penduduk yang bertempat tinggal di sekitar pantai di Banyuwangi tercatat mencapai 200 ribuan jiwa.

Eka mengakui bahwa, pemerintah belum mempunyai klasifikasi lokasi untuk evakuasi. Misalnya di Pantai Sukomade dan Pantai Grajagan yang di sekitarnya terdapat tebing cukup tinggi, dan bisa di gunakan untuk evakuasi masyarakat jika terjadi bencana tsunami.

“Untuk di kawasan Pantai Pancer ataupun Pantai Pulau Merah, lokasinya datar dan tidak ada tebing yang bisa di gunakan untuk evakuasi warga,” kata Eka.

Sehingga jika ketinggian Tsunami mencapai 10 meter, maka masyarakat yang bermukim di sepanjang pinggir pantai bisa menjadi korban.

Eka mengaku, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan tempat berlindung (Shelter) di berbagai kawasan pantai yang wilayahnya datar, untuk tempat evakuasi apabila terjadi tsunami.

“Tapi hingga saat ini masih belum ada realisasi, meskipun sudah di perhatikan Kementrian PU maupun BNPB,” tutur Eka.

Banyuwangi juga belum memiliki Earley Warning System (EWS) yaitu alat peringatan dini tsunami. Eka mengakui bahwa Banyuwangi sudah mempunyai 9 alat EWS tersebut, namun 7 unit di antaranya rusak dan 2 alat lainnya masih aktif terpasang di kawasan Pantai Muncar dan Pantai Pancer.

“Setiap 24 hari sekali selalui di lakukan uji coba,” imbuhnya.

Sementara untuk perbaikan ke 7 alat itu membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan BPBD Banyuwangi dinilai masih belum mempunyai anggaran dana untuk perbaikan.

“7 unit alat EWS yang rusak tersebut di antaranya terpasang di kawasan Pantai Rajegwesi, Lampon, Grajagan, Blimbingsari dan Pantai Boom,” pungkas Eka.

Kata kunci yang digunakan :