Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Semalam tak Tidur, 25 Menit Sekali Ganti Kertas

SUPER SIBUK: Balok Suryadi mengamati seismograf di pos pengamatan Gunung Raung, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
SUPER SIBUK: Balok Suryadi mengamati seismograf di pos pengamatan Gunung Raung, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, kemarin.

Sudah sepekan ini status Gunung Raung naik menjadi siaga (level II). Dengan status itu, warga diimbau berhati-hati. Naiknya status ke level II itu, tentu juga menyibukkan petugas pos pantau Gunung Raung.

DESIRAN angin pegunungan begitu kencang siang itu. Daun kering berjatuhan seolah menutup jalan beraspal menuju pos pengamatan Gunung Raung di Dusun Mangaran, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon.

Siang itu sejumlah petugas pos pantau terlihat sibuk bekerja menyusul naiknya status Gunung Raung menjadi siaga. Pos pantau itu berjarak 14 kilometer dari puncak gunung setinggi 3.332 meter tersebut.

Tidak mudah menjangkau pos di bawah naungan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia itu. Sebab, akses jalan menuju kaki gunung tersebut cukup terjal. Kendaraan roda empat harus berpikir ulang jika ingin menjangkau lokasi tersebut. Bila tidak, bukan tindak mungkin bisa berakibat fatal.

Sebenarnya, jalan yang rusak di kawasan itu hanya sekitar dua kilometer. Jalan sepanjang itu mayoritas berada di Desa Sumber Arum. Beberapa hari terakhir, wartawan koran ini pun harus bersusah payah menuju pos tersebut. Untuk kali kesekian, sejumlah petugas di pos pengamatan tersebut tampak full team.

Ada empat personel yang berjaga di pos tersebut Mereka adalah Balok Suryadi, Mukijo, Bambang Santoso, dan Susanto. Keempat petugas tersebut terlihat serius di dalam ruangan. Raut wajahnya tampak kusut. Dua orang mencermati seismograf. Ketika wartawan koran ini datang, mereka langsung mempersilakan masuk.

Kertas di alat perekam gempa tremor itu bolak-balik harus diganti mengingat amplitude yang terekam mencapai 32 mm. ‘’Selama status siaga, tiap 25 menit kertas struk di seismograf kita ganti,’’ ungkap kepala Pos Pengamatan Gunung Raung, Balok Suryadi, saat ditemui koran ini kemarin. Pergantian itu terbilang lebih cepat dibanding hari biasa. Bayangkan, pada hari biasa alias status normal, pergantian kertas hanya dua kali dalam sehari.

Kalau pas status waspada, pergantiannya tiap 45 menit sekali,’’ imbuh warga Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, itu. Dengan fenomena itu, mau tidak mau dirinya dan jajarannya harus sibuk. Sampai-sampai tengah malam tidak boleh tidur. ‘’Malam kita berlakukan sistem giliran. Ini saya masih belum tidur,’’ kata Balok yang terlihat masih tampak lelah.

Dia menjelaskan, untuk mengetahui aktivitas gunung terbesar di Jawa itu sudah terpasang beberapa seismometer di kaki gunung. Tiga di antaranya dipasang di jarak 7 kilometer dari puncak gunung. ‘’Dua di daerah sini, dan satu alat dipasang di kaki gunung di kawasan Kalibaru,’’ jelas bapak beranak dua itu.

Dia menyebut, alat-alat tersebut dipasang dengan ketinggian 1.800 meter dari permukaan laut. ‘’Satu dipasang di sekitar pos sini,’’ jelas suami Nuhayati, 44, itu. Sejak mengabdi tahun 1985, baru kali ini dirinya mengalami kesibukan yang cukup luar biasa. Sampai-sampai dirinya tidak punya kesempatan pulang ke rumah. ‘’Saya nggak pulang sama sekali,’’ ujar PNS yang diangkat sejak tahun 1983 itu.

Saking sibuknya, dalam beberapa hari terakhir ponselnya terus berbunyi. Penelepon kebanyakan adalah wartawan dan petugas kepolisian Polres Banyuwangi. Saat ini dirinya pun rajin memberi kabar ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung. ‘’Tiap hari kita lapor,’’ jelasnya setelah menerima telepon dari salah seorang jurnalis kemarin pagi. (radar)