Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Semangka Harga Terjun Bebas, Utang Terbang Tinggi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

semangkaPetani semangka di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, kini sedang dirundung sedih. Panen raya yang diharapkan bisa mendongkrak penghasilan gagal terwujud. Anjloknya harga saat ini merupakan yang terburuk selama lima tahun terakhir.

MENDUNG yang menutup langit Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, siang itu tidak menghalangi aktivitas petani semangka. Mengenakan topi dan baju lengan panjang, mereka asyik memanen buah semangka di sawah. Tidak hanya satu-dua, sore itu ra tusan orang memanen buah berwarna hijau itu. Sesuai prediksi, awal bulan Desember ini merupakan mu sim panen raya bagi petani se mangka di Kecamatan Muncar.

Tidak heran, momen itu diharapkan menjadi kesempatan bagi petani untuk mendapat penghasilan lebih. Tetapi, harapan itu meleset. Sebab, harga semangka kini tidak sesuai rasanya yang manis. Di wilayah Muncar banyak petani yang menggantungkan harapan terhadap lahan seluas 360 hektare (ha). Tetapi, mereka harus menghadapi kenyataan pahit bahwa harga semangka terjun bebas hingga Rp 500 per Kg.

Itulah yang dirasakan dua petani asal Desa Tembokrejo, Muncar, Agus Sugiharto dan Agus Rediyanto. Duo Agus tersebut ha nya bisa mengelus dada dan menghela napas panjang saat memanen semangka miliknya. Seakan tidak percaya dengan kondisi yang ada, dua petani itu sulit berkata panjang-lebar tentang panen raya semangka saat ini. Kini dia dibayangi tumpukan utang yang menggunung. Sebab, biaya yang digunakan meng garap lahan semangka itu, mereka pinjam ke koperasi. “Jelas utang bakal bertambah.

Selain membayar cicilan, kita juga harus pinjam lagi agar bisa bangkit,” keluh Agus Sugiharto. Modal menanam semangka memang cukup besar. Modal tanam semangka di lahan se perempat ha membutuhkan biaya Rp 2,5 juta. Itu sudah termasuk bibit, pupuk, dan obat. Tetapi, itu belum biaya sewa lahan. Biaya sewa lahan seperempat ha adalah Rp 1 juta. Pasca panen, petani masih harus mengeluarkan ongkos buruh pikul dan makan mereka sebesar Rp 500 ribu per seperempat ha. Bila seperempat ha rata-rata menghasilkan lima ton, tentu petani masih mengalami defisit alias rugi besar.

“Tentu saja rugi. Itu belum menghitung tenaga kerja buruh dari tenaga sendiri,” beber Agus Rediyanto. Anjloknya harga semangka memang sa ngat memukul petani. Anjloknya harga komoditas hortikultura kali ini bukan tanpa sebab. Agus Rediyanto dan Agus Sugiharto me miliki pandangan yang sama terkait anjloknya harga semangka. Faktor yang cukup ber pengaruh adalah hujan.

Selain itu, panen semangka kali ini bareng dengan panen buah lain, yaitu mangga. Daerah kompetitor, seperti Lampung, kini juga sedang panen raya semangka. “Lampung memang menjadi kompetitor. Kalau di sana panen raya, semangka di sini bisa kena imbas,” jelas Agus Rediyanto. Keduanya juga menyebut biang anjloknya harga semangka karena ada virus yang menyerang. Virus tersebut menyerang jaringan tanaman.

Itu menyebabkan daun menguning, calon bunga tidak mekar, dan buah sulit membesar atau buntet.  Beberapa cara pernah dilakukan petani agar harga semangka hasil panen mereka sedikit terdongkrak, di antaranya memasarkan semangka ke luar daerah. Sayang, usaha itu tidak bisa berjalan mulus karena biaya angkut ke luar daerah cukup besar. Jika dijual di pasaran Jakarta, misalnya, ongkos angkut 10 ton semangka butuh biaya Rp 5 juta.

Itu belum termasuk biaya sewa lapak di kota tujuan. “Coba pemerintah daerah memfasilitasi dengan mendirikan atau membeli lapak di Jakarta.Tentu tidak hanya petani semangka, petani komoditas lain juga bakal terbantu,” harap Agus Sugiharto. Membeli lapak di Jakarta oleh pemerintah daerah dianggap strategi yang cocok untuk menolong petani, khususnya petani se mangka.

Apalagi, anjloknya harga semangka tidak melulu faktor alam, bisa juga karena dimainkan peluncur (pedagang) demi mengeruk keuntungan. “Selain itu petani juga ingin ada kredit yang lebih murah untuk biaya tanam lagi,” imbuhnya. Keduanya sepakat, dibandingkan semangka daerah lain, semangka Banyuwangi memiliki nilai lebih. Selain rasanya lebih manis, semangka Banyuwangi lebih awet dan tahan lama di suhu kamar. (radar)