Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Setelah Italia, Beras Organik Made in Banyuwangi Diharap Tembus AS dan Jerman

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Setelah resmi di ekspor ke Italia, Pemkab Banyuwangi berharap ekspor produk beras organik Banyuwangi semakin meluas. Utamanya ke Amerika Serikat (AS) dan Jerman sebagai pasar pertanian organik terbesar di dunia.

“Produk beras organik Banyuwangi semakin diminati, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengunjungi pusat produksi beras organik, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Jumat (22/3/2019),

“Diharapkan dengan pengenalan yang luas, tahun depan bisa ekspor ke negara lain, seperti Jerman atau AS. Selain itu, tentu menggarap pasar dalam negeri yang juga besar,” imbuhnya.

Kelompok tani yang berhasil ekspor di daerah tersebut mendapat pendampingan dari Pemkab Banyuwangi dan Bank Indonesia (BI). Beras yang diekspor berasal dari tiga varietas padi asli Banyuwangi yang telah didaftarkan di Kementerian Pertanian. Seperti, Beras Merah Varietas Segobang A3, Beras Hitam Melik A3, dan Beras Sunrise of Java.

“Mengutip data Federasi Internasional Gerakan Pertanian Organik (IFOAM) dan Lembaga Riset Pertanian Organik, pasar produk organik tumbuh cepat,” ujar Anas.

AS adalah pasar organik terbesar di dunia dengan nilai USD 27,04 miliar, diikuti Jerman USD 8,45 miliar, Perancis USD 4,8 miliar, dan Tiongkok USD 2,67 miliar. Sehingga kata Bupati Anas, pasarnya harus terus diperluas.

“Saya juga berterima kasih ke Bank Indonesia (BI) yang bersama sama membantu kelompok tani di wilayah setempat. Ini sebagai wujud kolaborasi yang baik,” tutur Anas.

Dengan keberhasilan ini, Bupati Anas juga mengajak BUMN-BUMN untuk ikut membantu petani Banyuwangi.

“Saat ini pengembangan beras organik dilakukan di 9 kecamatan seluas 81,49 hektar dengan produksi 515,5 ton per tahun,” imbuhnya.

Sebanyak tujuh kecamatan telah mendapatkan sertifikat pertanian organik Standar Nasional Indonesia (SNI). Tahun ini dua kecamatan dalam proses SNI.

“Kami targetkan, tahun depan bisa dikembangkan hingga 200 hektar padi organic bersama petani dengan menggunakan APBD. Kelompok-kelompok tani terus dilatih masuk ke pertanian organik, karena keuntungan lebih besar dengan permintaan ekspor yang tinggi,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Mendo Sampurno (produsen beras organik) Samanhudi menjelaskan, penjualannya terus meningkat. Per bulan, mereka mengirim hingga 200 kilogram beras organik ke Australia dan 20 kilogram ke Taiwan.

“Juga ada pesanan berkala dari China dan Amerika Serikat,” ungkap Samanhudi.

Kelompok tani itu bermitra dengan PT Sirtanio, perusahaan agribisnis yang digerakkan anak-anak muda Banyuwangi. Bahkan kata Samanhudi, dalam dua hari ini saja, ada tambahan pesanan dalam negeri mencapai 1 ton. Dari Surabaya 400 kg, Tangerang dan Lumajang 100 kg, Malang 60 kg, Jember 400 kg, Bekasi 75 kg, serta Balikpapan 100 kg.

Di luar pesanan itu, setiap bulan mereka mengirim hingga 30 ton per bulan ke produsen makanan nasional.

“Saya ucapkan terima kasih pada Pemkab Banyuwangi dan BI, karena tanpa pendampingan itu tidak bisa sejauh ini perkembangannya,” pungkasnya.