Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sewa Pemondokan hingga Datangkan Juru Masak

BERGIZI: Pesilat mengonsumsi telur di teras GOR Tawang Alun, Banyuwangi.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BERGIZI: Pesilat mengonsumsi telur di teras GOR Tawang Alun, Banyuwangi.
BERGIZI: Pesilat mengonsumsi telur di teras GOR Tawang Alun, Banyuwangi.

Kejuaraan pencak silat antar pelajar tingkat kabupaten (kejurkab) menghadirkan cerita sendiri bagi pesertanya. Sejumlah perguruan silat turut mendukung penampilan atlet tak hanya di gelanggang, tapi juga di luar gelanggang. GEDUNG Olah Raga (GOR) Tawang Alun di Jalan Wijaya Kusuma, Kecamatan Giri, Banyuwangi, itu tampak ramai tiga hari belakangan. Kawasan olahraga terpadu di Kota Gandrung itu tengah menjadi arena kejurkab pencak silat antar pelajar bulan ini.

Agenda tahunan IPSI Banyuwangi ter sebut dijadwalkan berlangsung hingga 12 Januari mendatang. Seperti even sebelumnya, even itu kini juga mampu menarik animo peserta. Tercatat lebih-kurang 864 pen dekar dari penjuru sekolah di Banyuwangi ambil bagian dalam even tersebut. Mereka ada lah pelajar tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) sederajat. Membeludaknya peserta itu membuat kawasan GOR Tawang Alun menjadi lautan pendekar. Ciri khas pendekar memang sangat jelas; menggunakan pakaian serba hitam dan sabuk putih melingkar di pinggang.

Namun, ada beberapa perguruan yang mencoba menggunakan pakaian tersendiri sebagai simbol kebanggaan saat bertanding. Memasuki arena GOR Tawang Alun, suasana pertandingan sangat terasa. Penonton yang memadati tribun tak henti-henti meneriakkan yel-yel Sementara itu, di lantai dasar dua matras berukuran besar lengkap dengan meja komisi pertandingan tersusun rapi. Silih berganti pertandingan digelar. Suasana pun terasa sangat sibuk. Hal yang sama tampak di salah satu sudut GOR Tawang Alun.

Di luar arena pertandingan ter sebut sejumlah pesilat tampak bergerombol. Ada yang tiduran, makan, dan se bagian lagi ada yang menggelar latihan ringan. Di bangunan berukuran lebih-kurang enam meter x tiga meter itu tercatat ada 40 pendekar asal perguruan Kujang Pajajaran. Sejak kejurkab digelar 5 Januari lalu, mereka memilih salah satu sudut kompleks GOR tersebut sebagai mes atau rumah singgah. Mereka bermalam dan tinggal di sana sambil menunggu jadwal tampil di arena. “Ya tempat itu kita gunakan sebagai tempat tinggal anak-anak selama mengikuti kejurkab. Lumayanlah sembari nunggu jadwal tampil, kita istirahat,” beber Bambang Wahyuono, ketua Perguruan Kujang Pajajaran Banyuwangi.

Hal yang sama rupanya juga dilakukan perguruan silat Persinas Asad. Menghadapi kejurkab kali ini, perguruan tersebut sengaja menyewa rumah tidak jauh dari lokasi pertandingan. Di rumah sewaan di Kecamatan Glagah tersebut ada lebih-kurang 80 pendekar yang bermukim selama kejurkab berlangsung. Beralas matras, rumah berukuran sedang tersebut menjadi rumah singgah para pesilat Asad. Bagi perguruan Asad dan Kujang Pajajaran, memondokkan pesilat bukanlah tanpa alasan. Banyaknya peserta yang rumahnya jauh dari GOR adalah alasannya. Jadi, untuk menekan biaya akomodasi dan menyiasati jarak, menyewa rumah singgah ada lah solusi terbaik.

Persinas Asad berharap performa para pesilatnya terjaga saat lomba. Sehingga, faktor makanan harus benar-benar diperhatikan. Untuk menyediakan makanan bergizi, mereka pun patungan. Namun demikian, ada donatur dan dermawan yang turut membantu. Tidak berhenti di sana, untuk urusan gizi itu, Persinas Asad sampai membawa koki sendiri. Tujuannya, agar gizi dan nutrisi para pendekar tetap terjaga. “Semua yang masuk dicatat dan dilaporkan. Alokasi anggaran makanan juga harus transparan,” ujar Nurhadi, salah satu pengurus Persinas Asad.

Manfaat lain pemondokan tersebut juga bisa dirasakan. Salah satunya, bisa menjadi basis para suporter. Bagi Kujang Pajajaran, seluruh elemen perguruan bisa menjadi pen dukung. Pesilat yang gagal melanjutkan se buah pertandingan bisa menjadi mesin pendukung. Dukungan mereka terhadap rekan-rekan nya sangat dibutuhkan. Kedekatan emosional dan spirit bisa menjadi pelecut saat pertandingan. “Kalau yang jauh ya silakan pulang. Tetapi, biasanya mereka tetap kumpul sampai pertandingan usai,” beber Bambang Wahyuono.  (radar)