Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

SSB Arsuma, ”Produsen” Pemain Berbakat

SSB Arsuma Srono saat menjuarai Radar Bali Cup.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
SSB Arsuma Srono saat menjuarai Radar Bali Cup.

Kerap Dilirik Klub Lain, Jarang Dipakai Daerah Sendiri

Sepak bola Banyuwangi tahun ini belum beruntung. Tak satu pun tim Liga 2 dan Liga 3 yang lolos naik kasta. Namun, untuk urusan pemasok bibit pemain bola, masih banyak sekolah sepak bola (SSB) bagus di Bumi Blambangan.

FREDY RIZKI, Banyuwangi

GELIAT olahraga sepak bola di sebuah wilayah biasanya hanya diukur dari keberhasilan klub besar kota itu di kompetisi nasional. Padahal, ada satu lagi kasta yang cukup menopang bagaimana berkembangnya olahraga populer ini di suatu wilayah, yaitu sekolah sepak bola (SSB).

Meski dua klub Persewangi yang mewakili kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini masih belum mampu menunjukkan prestasi maksimal, namun geliat SSB rupanya tak bisa dipandang sebelah mata.

Jawa Pos Radar Banyuwangi pun menelisik salah satu SSB yaitu Arsuma (Arek Sukomaju) yang berada di Kecamatan Srono untuk melihat perkembangan pembinaan sepak bola. Rupanya, SSB ini memiliki cukup banyak prestasi yang tidak bisa dibilang sepele untuk ukuran pembinaan. Baik kejuaraan tingkat regional maupun nasional, kerap kali diikuti klub ini. Bahkan, di antaranya mereka mampu menjadi juara.

Seperti kompetisi nasional yang digelar salah satu produk susu di Sidoarjo, kemudian piala-piala regional seperti Bupati Cup Jember, Juara 4 Piala Walikota Malang, dan juara 3 di Radar Bali Cup.

Pelatih SSB Arsuma Budi Harianto menceritakan, SSB ini baru dibentuk tujuh tahun lalu. Saat itu, dirinya mencoba memberikan nuansa baru untuk persepakbolaan di wilayah Banyuwangi Selatan. Dan tak disangka, dalam waktu kurang dari enam bulan, ada sekitar 150 anak yang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota SSB.

”Saat itu, kita tidak terpatok harus warga Sukomaju, jadi bebas dari wilayah mana pun. Setelah dibuka, langsung banyak yang mendaftar. Dari wilayah Kecamatan Muncar sampai Kecamatan Rogojampi juga banyak,” kata Budi.

Melihat animo pendaftar yang begitu besar, Budi semakin bersemangat untuk mengelola SSB tersebut. Pria yang pernah menangani tim Popda Banyuwangi 2016 itu menerapkan sepak bola dari dasar untuk menempa siswa SSB. Jadi, siapa pun yang datang mendaftar, akan dimatangkan dulu untuk teknik dasar sebelum dipasrahi bermain sebagai tim bola.

Jadi, meskipun pemain yang mendaftar sudah memiliki teknik bagus dari awal, Budi tetap memberikan materi tersebut untuk mematangkan si pemain.

”Ini yang kadang sulit diterapkan klub, jadi kita tidak asal main. Harus dimatangkan dulu teknik dasarnya sampai mumpuni. Cara ini banyak diterapkan SSB yang sudah professional. Di Banyuwangi, selain kita dulu sempat diterapkan klub PSGS Genting,” jelas mantan pelatih Persewangi Yunior itu.

Barulah setelah pemain dinyatakan siap, Budi mulai memasukkan mereka ke dalam tim. Lalu, mereka yang benar-benar siap di tim akan disiapkan untuk mengikuti kompetisi baik tingkat kabupaten maupun provinsi.

Hasil dari latihan dasar yang matang itu, kata Budi, tidak main-main. Karena para pemainnya rata-rata terus mengalami eskalasi peningkatan skill yang bagus. Hal itu terlihat dari tim-timnya yang bisa menjuarai beberapa kejuaraan sepak bola.

”Kita pernah menang ketika ada kejuaraan di Stadion Manahan Solo. Juara 3 saat itu, selanjutnya kita ke Jakarta dapat juara 2 nasional. Semangat anak-anak baik, jadi tim juga bisa berprestasi maksimal,” imbuhnya.

Budi juga menambahkan, sudah ada beberapa pemainnya yang dilirik SSB yang lebih besar dan klub Liga 2 nasional. Budi mencontohkan salah satunya Akbar Sakira yang diambil SSB Internasional Asifa di Malang dan Syaiful Bahri yang pernah direkrut klub PSCS Cilacap.

”Kita yakin dengan pembinaan maksimal anak-anak bisa bermain terus baik. Kita juga beri kesempatan ke mereka untuk bisa mengembangkan kemampuannya. Untuk biaya, kita juga tidak pernah membebankan, yang penting mereka niat main bola. Iuran kita bebaskan seikhlas mereka. Nanti kalau mau berangkat saja kita terapkan subsidi silang,” tegas lelaki yang juga menjadi Koordinator Pasar Blambangan itu.

Sebelum menutup obrolan, Budi sempat menyampaikan keinginannya agar klub sepak bola inti di Banyuwangi bisa bersatu. Menurutnya dengan bersatunya Persewangi, Banyuwangi Putra, Persewangi Muda, dan klub-klub lainnya, hal itu akan mempermudah arah pembinaan dari SSB di Banyuwangi.

”Kami tahu, kalau sudah bermain di level profesional atau kompetisi nasional, klub bisa memilih pemain dari mana saja. Tapi kita juga punya bibit yang butuh wadah. Karena itu, harapan kita ada di klub-klub itu supaya mereka bersatu menjadi satu klub besar untuk Banyuwangi. Kita juga berharap ke Askab untuk bisa menjembatani itu, banyak bakat bagus dari kita, jangan sampai kebiasaan lebih memprioritaskan pemain jadi terus terjadi. Kasihan pemain muda,” tuturnya.

Sementara itu, Manajer Arsuma Hibul Hadi mengatakan, bahwa SSB ini sebenarnya siap untuk menjadi penopang klub-klub besar Banyuwangi. SSB mampu menyediakan bakat muda dan murah. Hanya saja, semua tergantung para insan sepak bola yang menjadi pemegang kendali persepakbolaan di Banyuwangi.

”Bulan Desember ini, kita ikut coaching clinic dan mini turnamen yang digelar Gobolabali. Kita mewakili delapan klub dari Jatim. Jadi, sebenarnya kemampuan kita ini mumpuni dan bakat kita bagus, tinggal mau dimanfaatkan atau tidak,” pungkas pengusaha material itu.(radar)