Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Suhu Udara Tinggi, Jamaah Banyak yang Mimisan dan Diare

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ilustrasi

Enggan Pakai Masker

MADlNAH – Suhu udara Madinah yang panas dan kelembapan udara yang tinggi menyebabkan masalah kesehatan bagi calon jamaah haji (CJH). Tak sedikit para CJH mengalami mimisan, bibir pecah-pecah, dan kulit kering.

Mereka yang menderitan mimisan dan bibir pecah-pecah kebanyakan yang kurang menaati aturan dan saran dari petugas kloter untuk rajin memakai masker yang telah disemprotkan air. Padahal, fasilitas masker dan semprotan telah diberikan secara gratis ke masing masing  jamaah ketika berada di asrama haji Sukolilo.

“Masih sebagian CJH yang memanfaatkan fasilitas masker dan semprotan air dengan baik. Mereka yang tidak menggunakan beralasan tidak terbiasa menggunakan masker dan se mprotan,” ujar Sugeng Fadjar Hardjanto, CJH kloter 35.

Tidak hanya mimisan dan bibir pecah-pecah, sebagian CJH juga dilanda di diare. Penyebabnya adalah menu makan malam disantap pagi hari. Padahal sudah ada ketentuan dan imbaun agar makanan harus sudah dikunsumsi maksimal pukul 22.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

“Sebaiknya tahun depan, jatah makan tidak diberikan pada siang dan malam, melainkan pagi dan siang. Karena sebagian besar jamaah sangat perlu sarapan sebagai energi seharian melaksanakan Arbain yang menguras energi lantaran harus bolak-balik jalan dan berdesak desakan mencari tempat salat di masjid nabawi,” terang Fadjar.

Sementara itu, Mashud Ibrahim, 83, CJH asal Desa Buluagung, Kacamatan Siliragung yang tertunda keberangkatannya dan sempat dirawat di RSU Haji Surabaya sudah diberangkatkan bergabung dengan kloter 43 embarkasi Surabaya yang sebagian besar jaminannya dari Kabupaten Malang.

Ida Sunety, 70, istri Mashud Ibrahim yang bergabung dengan kloter 37 Surabaya dapat dipertemukan dengan suaminya di kamar 105 Hotel Al-Majedi tempat Mashud Ibrahim menginap. Nety yang tidak dapat berjalan tersebut harus didorong dengan jarak hampir satu kilometer dengan kursi roda pukul 23.00 WAS oleh ketua regu dan ketua rombongan KH. Hasyim Syafaat.

Suasana haru dan tetesan air mata menyelimuti pertemuan pasangan suami-istri yang sudah tidak muda lagi itu. Meskipun belum sembuh total, Mashud Ibrahim tetap diberangkatkan dan ditempatkan satu kamar dengan petugas kesehatan sehingga lebih mudah untuk mengontrol kondisi kesehatannya.

Untuk melaksanakan Arbain, Mashucl ikut jamaah Imam Besar Masjid Nabawi di kamarnya yang berada tepat di depan pintu masuk Masjid Nabawi. “Jamaah sampai meluber ke halaman hotel, jadi Mashud tetap bisa melaksanakan Arbain,” cetus Syafa`at ketua kloter 37.

Sementara itu, tersedianya perlindungan jamaah (Linjam) atau biasa disebut sektor khusus di pintu 21 Masjid Nabawi sangat membantu CJH yang bingung, tersesat dan terpisah dengan rombongannya.

Para petugas Linjam di gate 21 tersebut bertugas dengan melokalisir para CJH yang tersesat, bingung dan terpisah dari rombongannya. Petugas Linjam langsung akan mengantar kembali ke hotel karena petugas mengetahui letak hotel CJH tempat menginap,” imbuh Sunarto, ketua kloter 35.

Kesigapan tim kesehatan telah ditunjukkan pada setiap ada CJH yang mengalami sakit. Koordinasi dengan ketua kloter dan karu/karom terjalin kuat sehingga CJH mendapat informasi dan layanan umum secara cepat. (radar)