Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Sosial  

Sungai Ambrol, Rumah Jebol

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Peristiwa yang terjadi di Lingkungan Gesari I, RT 1 /RW1, Kelurahan Pengantigan, Kecamatan Banyuwangi, ini patut dijadikan pembelajaran bagi warga agar tidak membangun rumah di sempadan sungai.

Betapa tidak, satu rumah yang berdiri tepat di atas plengsengan Sungai Kalilo yang mengalir di lingkungan tersebut ambrol karena longsor. Tidak tanggung-tanggung, kerugian materi yang dialami korban, yakni Joni 41, dan Lina 40, kurang-lebih Rp 75 juta.

Beruntung, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 22.45 Kamis (19/3) itu tidak sampai menelan korban jiwa. Informasi yang berhasil dikumpulkan jawa Pos Radar Banyuwangi, kejadian itu sebenarnya sudah diprediksi akan terjadi sejak beberapa waktu lalu.

Sebab, selain bagian bawah plengsengan peninggalan Belanda itu telah berlubang lantaran tergerus air, kondisi tanah di sekitarnya juga sudah retak sejak tiga hari lalu. Hal itu diperparah dengan hujan deras yang melanda Banyuwangi dan sekitamya Kamis malam.

Hujan lebat yang terjadi mulai pukul 22.00 sampai pukul 22.30 itu mengakibatkan air Sungai Kalilo mengalir sangat deras. Ahirnya sekitar pukul 22.45 dapur dan gudang rumah tersebut ambruk ke sungai. Ironisnya lagi, dua motor milik warga yang kala itu tengah diparkir di belakang rumah tersebut ikut nyemplung ke sungai.

Motor itu adalah Honda Supra 125 warna hitam bernopol P 6364 NA dan Suzuki Titan warna merah bernopol P 6434 VM. Krisan Permata Dewi, 52, warga sekitar mengatakan, sesaat sebelum kejadian, dirinya merasa tanah di rumahnya bergetar.

Dia mengira itu merupakan gempa bumi. Sejurus kemudian, Krisan mendengar suara gemuruh dari arah rumah tersebut. Beberapa detik berselang, plengsengan ambrol. “Kejadiannya sangat cepat, hanya dalam hitungan detik,” ujarnya.

Krisan menuturkan, tiga hari sebelum rumah yang ditempati joni dan Leni itu ambruk, kondisi tanah di sekitar lokasi terlihat retak “Sebenarnya saya ingin lapor kepada pihak Kelurahan Pengantigan, tapi belum sempat saya laporkan, peristiwa ini telah terjadi.” akunya.

Sukardi warga lain menambahkan, bagian bawah plengsengan itu telah berlubang lantaran terkikis air sungai. Dia menduga, selain faktor plengsengan yang sudah ngerong, ambrolnyra rumah tersebut terjadi akibat dapur yang berdiri di atas plengsengan itu terlalu berat.

“Plengsengan ini dibangun sejak zaman Belanda, sedangkan rumah tersebut dibangun beberapa tahun lalu. Mungkin beban dapur rumah itu terlalu berat, sehinga plengsengan tidak mampu menahan beban dan akhirnya ambrol,” kata mantan kepala Lingkungan Gesari tersebut.

Keterangan lain menyebutkan, rumah yang ambrol itu milik Balilah, 70. Namun, sejak bebetapa tahun terakhir, Balilah pindah ke perumahan di Kelurahan Giri. Rumah yang berlokasi di Pengantigan itu ditempati anak Balilah dan keluarganya, yakni pasangan Joni dan Leni.

Sumber yang enggan namanya dikorankan itu menuturkan, beberapa tahun lalu pihak dinas Pekerjaan Umum (PU)-Pengairan telah melayangkan surat agar pemilik rumah membongkar dapur yang dibangun di atas plengsengan tersebut.

“Sampean lihat sendiri, antara rumah utama dan dapur diselat jalan paving. Karena jalan ini sebenarnya memang jalan umum. lni kan tanah pengairan,” kata pria itu seraya mewanti-wanti namanya tidak dikorankan.

Sementara itu, Balilah mengakui bagian rumah yang ambrol itu berdiri di atas lahan pengairan. Dia mengatakan, bagian yang ambrol tersebut sebenarnya bangunan sementara yang dimanfaatkan sebagai dapur dan kamar kecil. “lni sifatnya sementara karena tanahnya milik pengairan.

Makanya seperti yang anda lihat, bangunannya bukan beton. Hanya bagian-bagian tertentu saja yang dicor agar kuat,” tuturnya. Balilah menambahkan, dirinya pernah diberi saran Dinas PU Pengairan. Dinas PU Pengairan melarang bangunan tersebut permanen.

“Tanahnya milik pengairan. Ini juga jalan umum. Makanya rumah bagian utara terpisah dengan bagian dapur terangnya. Dia mengatakan, langkah sementara yang akan dialakukan adalah membersihkan puing-puing sisa reruntuhan rumah tersebut.

Menurut dia, kerugian yang dialami akibat peristiwa tersebut mencapai Rp 75 juta. “Langkah selanjutnya adalah dibersihkan dulu,” pungkasnya. Dikonfirmasi saat meninjau lokasi kejadian, Kepala Kelurahan Pengantigan, Wahyu Widodo mengatakan, pihaknya telah melaporkan kejadian ambruknya satu rumah tersebut kepada camat Banyuwangi.

Selain melapor kepada camat, Wahyu menguku akan melayangkan laporan tertulis kepada Dinas PU Pengairan. “Peristiwa ini akan segera kami laporkan secara tertulis kepada Dinas PU Pengairan,” puugkasnya. (radar)

Exit mobile version