Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Syekh Siti Jenar, Dua Bulan Berdakwah di Blambangan

SITUS: Di lokasi dekat beringin inilah, Syekh Siti Jenar pernah tinggal selama dua bulan.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
SITUS: Di lokasi dekat beringin inilah, Syekh Siti Jenar pernah tinggal selama dua bulan.

SINGOJURUH – Syekh Siti Jenar yang dikenal kontroversial dalam dakwahnya dan bertentangan dengan kelompok Wali Songo, ternyata pernah menyebarkan Islam ke Kerajaan Blambangan. Malahan, di ujung timur Pulau Jawa ini, Syekh Siti Jenar sempat tinggal hingga dua bulan lamanya.

Bukti Syekh Siti Jenar pernah datang ke Bumi Blambangan ini dikuatkan adanya situs Lastono Syekh Siti Jenar yang ada di Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh. Di tempat ini, ditemukan beberapa kuburan kuno. Di antara kuburan yang ada, dipercaya sebagai pembantunya Syekh Siti Jenar.

“Bukan makam Syekh Siti Jenar, tapi pembantunya,” cetus juru kunci Lastono Siti Jenar, Turin. Menurut Turin, Syekh Siti Jenar yang memiliki nama kecil Abdul Jalil atau Ali Hasani datang ke Blambangan sekitar abad ke-15. Kedatangannya, mulanya untuk mengobati rakyat di Kerajaan Blambangan yang sedang terkena penyakit pagebluk.

“Penyakit pagebluk berlangsung cukup lama,” terangnya. Dalam mengobati pagebluk ini, Syekh Siti Jenar sempat mengambil darahnya dari bagian tubuhnya. Selanjutnya, darah itu ditanam ke tanah yang ada di di Desa Lemahbang Kulon ini. “Dari cerita yang disampaikan orang tua, Syekh Siti Jenar mampu men-gobati penyakit pagebluk itu,” ungkapnya.

Selama berada di Bumi Blam bangan, wali kelahiran Persia (Iran), pada 829 H/1348 C/1426 M, ini juga menyebarkan agama Islam pada masyarakat. Bahkan, kegiatan dakwah ini dilakukan hampir dua bulan lamanya. “Syekh Siti Jenar tinggal di Blambangan ini selama dua bulan,” cetusnya. Dakwah Islam yang dilakukan, jelas dia, ternyata berhasil.

Meski tidak terlalu lama bermukim di Blambangan, tapi pengikutnya sudah cukup banyak. Para pengikutnya ini, tidak jarang diajak mengaji bersama di daerah Desa Lemahbang Kulon ini. “Pengikutnya Syekh Siti Jenar semakin banyak,” jelasnya. Dua bulan berada di Blambangan, masih kata dia, telah banyak dilakukan oleh Syekh Siti Jenar.

Nama Desa Lemahbang, sebenarnya juga diambil dari nama wali yang sempat dikabarkan bermu-suhan dengan Wali Songo itu. “Yang memberi nama Desa Lemahbang ya Syekh Siti Jenar itu,” sebutnya. Nama Siti, jelas dia, berarti lemah atau tanah. Sedangkan Jenar, masih kata dia, itu artinya abang atau merah.

Nama ini, jelas dia, kebetulan juga sesuai dengan tanah yang ada saat itu juga berwarna merah. “Nama Desa Lemahbang dipakai sampai sekarang,” ungkapnya. Dari cerita yang disampaikan secara turun temurun, lanjut dia, pengikut Islam atas ajakan Syekh Siti Jenar terus bertambah. Tapi sayang, Waliyullah itu tidak bisa lama berada di Blambangan dan pergi.

“Untuk kegiatan dak-wah, dilanjutkan oleh tiga abdi dalemnya,” katanya. Di bawah asuhan tiga abdi dalem Syekh Siti Jenar, penyebaran Islam masih terus berlangsung. Orang dari luar Banyuwangi banyak yang berdatangan untuk belajar agama. “Banyak makam-makam tua di sini. Kalau makam tiga abdi dalem Syekh Siti Jenar berada di dalam bangunan memanjang itu,” cetusnya. (radar)