Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Tak Digaji 3 Tahun, Kabur lalu Dibunuh

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

takdigajiPerjalanan Endang Sulistiowati mencari nafkah di Arab Saudi penuh penderitaan. Selama tiga tahun bekerja, TKI asal Dusun Krajan, Desa Kaligung, Kecamatan Rogojampi, itu tidak digaji. Hingga akhirnya, dia pulang tinggal nama. PERJALANAN hidup Endang yang satu ini begitu berat sejak bekerja di Arab Saudi. Bayangkan, ibu satu anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) ter sebut tidak digaji majikan se jak pertama datang tahun 2007 silam.

Kenyataan pahit itu ber langsung selama tiga tahun. Karena tidak menerima gaji, pe rempuan yang sudah bercerai de ngan suaminya itu akhirnya me milih melarikan diri. Ke mudian, yang bersangkutan berhasil mendapatkan pekerjaan atas bantuan teman. Meski begitu, almarhum sering berpindah tempat kerja de ngan beragam pertimbangan. Se hingga, sebelum dikabarkan me ninggal dunia, almarhum rajin mengirim uang kepada keluarganya di Bumi Blambangan.

Bahkan, ibunda Riska Nur vianti, 19, itu mengirim sejumlah uang tiap bulan. Almarhum pun menjadi sering berkomunikasi de ngan keluarga, termasuk pu trinya. Komunikasi melalui sambungan telepon tersebut berlangsung lancar tanpa ken dala. Namun, keluarga kaget bukan main saat menerima kabar ke matian almarhum. Sebab, be lum genap sehari almarhum ber cakap-cakap melalui sambu ngan telepon.

Pada saat itu, ti dak ada pesan khusus dari al marhum. Riska Nurvianti, 19, me nge nang, kala itu dirinya dihubungi ibunya pagi hari sebelum me ninggal dunia malam harinya. Dia mengaku tidak punya fi rasat apa pun jelang kematian sang ibu ‘’Bagaimana tidak kaget, ibu saya dibunuh,” katanya. Dia pun bertanya kepada sang ibu kapan pu lang. Sang ibu berjanji akan lekas pulang se belum bulan Puasa biar bisa Lebaran ber sama keluarga.

‘’Pulang dimajukan sebelum bulan Ramadan. Jadi, puasa sudah ada di rumah,’’ kenang gadis yang sudah di tinggal pergi ibunya sejak kelas dua SMP itu. Selama ini, biaya hidup Riska—sapaan akrab Riska Nurvianti—berasal dari kiri man ibu. Saat tidak dikirimi uang, bibinya yang memenuhi biaya sehari-hari hingga biaya sekolah mulai tingkat SMP hingga kuliah. ‘’Saya gak boleh kerja sama ibu. Di suruh kuliah sampai selesai lalu bekerja,” ka tanya.

Atas saran itu, Riska pun menurut. Dia me milih kuliah di Denpasar, Bali. Sampai saat ini, dia masih aktif di kampus semester dua. ‘’Saya mengambil program satu tahun. Tahun ini semoga saya lulus dan bisa bekerja,’’ katanya sambil berlinang air mata. Sementara itu, Susiyowati, 41, mengaku sangat kehilangan sosok kakaknya itu. Se bab, sejak pergi ke luar negeri, yang ber sangkutan tidak pernah pulang.

’Gak per nah pulang. Jasadnya juga gak dikirim,’’ sesalnya. Dia menyebut, menerima kiriman sekitar 1,5 juta setiap bulan dari korban. Itu tergantung nilai kurs real dengan rupiah. ‘’Jika ditotal, selama tiga tahun ini uang yang dikirim sekitar Rp 40 juta,’’ sebutnya. Pihak keluarga juga sangat terkejut saat tiba-tiba barang milik almarhum tiba di rumah duka kemarin.

‘’Yang datang bukan jenazah kakak saya, malah barang pe rabotan,” sesalnya. Sejak kematian itu, keluarga sudah meng gelar selamatan untuk mendoakan al marhum. Selamatan berupa doa bersama itu digelar selama tujuh hari berturut-turut. ‘’Baru beberapa hari lalu kami selamatan 40 harinya,” pungkasnya.

TKW TEWAS di ARAB  KELUARGA CURIGA ENDANG di BUNUH

ROGOJAMPI – Kabar duka kembali menghampiri warga Banyuwangi saat bekerja di luar negeri. Kali ini, dialami Endang Sulistiowati, warga Dusun Krajan, Desa Kaligung, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Tenaga kerja wanita (TKW) tersebut meninggal dunia di Arab Saudi dalam usia 43 tahun. Ibu satu anak tersebut meninggal akibat dibunuh. Jasad almarhum dimakamkan di Arab Saudi tanpa sepengetahuan dan persetujuan keluarga.

Hal itulah yang membuat pihak keluarga sangat terpukul. Diperoleh keterangan, Endang mengembuskan napas terakhir pada 7 Mei 2013 lalu di rumah sakit. Janda tersebut dinyatakan meninggal setelah mengalami pendarahan hebat. Susiyowati, 41, adik almarhum mengaku menerima kabar kematian itu dari teman-teman kakaknya yang juga bekerja di  Arab Saudi.

Kabar awal, korban meninggal lantaran terjatuh dari kamar mandi. ‘’Tapi, ada kabar lagi meninggal karena dibunuh orang,’’ katanya. Kabar tersebut jelas mengejutkan pihak keluarga. Apalagi, hingga kini pemerintah sama sekali tidak memberikan informasi terkait kematian tersebut. ‘’Yang kasih kabar itu temantemannya, bukan dari pemerintah. Itu yang membuat keluarga sangat tidak terima,’’ tandasnya. Bukan hanya pemerintah, pihak yang membawa kakaknya tersebut juga harus bertanggung jawab.

Sebab, hingga kini pertanggungjawaban dari PT pengerah tenaga kerja nyaris tidak pernah ada. ‘’Sudah saya tanyakan, tapi jawabannya suruh ikhlaskan saja,’’ sesalnya. Menurut Susiyowati, jawaban tersebut sangat tidak pantas dan membuat keluarga benarbenar geram. Mengingat, kakaknya tersebut pergi ke luar negeri juga karena orang tersebut.

‘’Barang bisa dibeli, kalau nyawa tidak bisa dibeli,’’ ujar Susiyowati dengan nada penuh emosional. Dia menyebut, orang yang membawa kakaknya pergi ke luar negeri tahun 2007 silam itu beralamat di Kecamatan Giri. Namun, orang tersebut tidak menunjukkan kepedulian apalagi tanggung jawab. ‘’Kalau bawa orang, ya harus dikembalikan,’’ desaknya. Riska Nurvianti, 19, putri tunggal almarhum mengaku, sangat kehilangan atas kepergian sang ibu. (radar)

Kata kunci yang digunakan :