Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Takut Dirusak, Mesin Becghoe Ditarik

CARI SELAMAT: Mesin beghoe ini sudah tidak ada di lokasi penambangan Dusun Krajan, Desa Bedewang, Kecamatan Songgon.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CARI SELAMAT: Mesin beghoe ini sudah tidak ada di lokasi penambangan Dusun rajan, Desa Bedewang, Kecamatan Songgon.

SONGGON – Pasca demo penolakan tambang pasir, mesin becghoe yang beroperasi di lokasi penambangan di Dusun Krajan, Desa Bedewang, Kecamatan Songgon langsung disingkirkan.

Usut punya usut, alat berat tersebut sudah ditarik oleh pemiliknya. Penarikan alat berat tersebut diakui Taslim, selaku pengelola tambang pasir.

Pihaknya menarik alat berat tersebut sebagai upaya menjaga diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. ’’Kita kembalikan ke pemiliknya, karena takut,’’ akunya.

Warga Dusun Melik, Desa Parijatah Kulon, Ke camatan Srono itu menjelaskan, dalam penarikan mesin becghoe itu dalam upaya mengantisipasi.

Takut diserang seperti demo beberapa waktu lalu,’’ jelasnya. Hengkangya mesin becghoe tersebut disambut semringah oleh warga yang melakukan aksi demo beberapa hari lalu.’

Syukur kalau gitu, berarti usaha kami benar-benar berhasil. mereka tidak lagi menambang lagi,’’ ungkap Hadi Yitno, warga Desa Parang Harjo. Diberitakan sebelumnya, puluhan warga kembali menutup salah satu galian pasir di Dusun Krajan, Desa Bedewang, Kecamatan Songgon.

Selain menutup, mereka juga mengeluarkan paksa mesin becghoe yang berada di lokasi galian. Jumlah warga yang ikut demo kali ini lebih besar dibandingkan aksi sebelumnya di Dusun Arjosari.

Sebab, aksi penolakan kali ini melibatkan dua desa yang berdampingan, yakni Desa Bedewang dan Desa Parangharjo. Jumlah pendemo sekitar 50 orang. Awalnya, warga meminta agar satu mesin becghoe itu dikeluarkan dari di lahan seluas sekitar setengah hektare itu.

Setelah alat berat tersebut di pindah di tepi jalan, mereka langsung menutup pintu masuk dengan menggunakan bambu. Lebih dari itu, mereka juga memasang poster berisi tulisan tentang larangan adanya penambangan karena merusak lingkungan.

Di sela-sela penutupan, terjadi dialog antara warga dengan Muspika. Warga tetap menuntut jika penambangan pasir tersebut dilarang beroperasi. (Radar)