Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Event  

Tanem dan Tandur Dinobatkan Sebagai Pasangan Kembar Tertua di Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

 

BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi kembali menggelar Festival Kembar, hari ini, Senin (9/7/2018). Bertempat di Gedung Seni Budaya (Gesibu) Banyuwangi, sebanyak 173 orang dari berbagai usia berkumpul bersama pasangan kembar masing-masing.

Mulai dari pemandangan ‘sama’ antar saudara, lomba mewarnai bareng saudara kembar, hingga lomba bayi kembar sehat meramaikan suasana di festival yang digelar kedua kalinya itu. Anak kembar di sini bukan hanya anak-anak, lho. Tapi mereka yang remaja hingga lansia juga saling “meet and greet” di sana.

Seperti kehadiran dua nenek berumur 73 tahun, Tanem dan Tandur. Mereka mengaku senang ada festival kembar karena bisa melihat orang kembar lainnya.

Tandur menuturkan bahwa sejak kecil hingga setua ini mereka tidak pernah terpisah jauh. Bahkan mereka masih selalu memakai baju yang sama setiap hari. “Kalau bajunya tidak sama badannya panas. Makanya kalau ke pasar mesti bareng-bareng. Kalau saya beli baju merah, Tanem juga beli merah. Jadi sama terus,” terangnya.

Bahkan, imbuh Tandur, saat menikah pun mereka juga bersamaan. “Dulu nikahnya duduk di pelaminan yang sama. Sekarang anak kami juga sama-sama banyak, anak saya enam, anaknya Tanem tujuh,” ceritanya sambil tersipu.

Mereka selama ini tingal bersama suaminya masing-masing, namun berdekatan rumahnya. Di festival kembar tahun ini, Tanem dan Tandur asal Desa Kedungrejo Kecamatan Tegaldlimo Banyuwangi, ini dinobatkan sebagai pasangan kembar tertua. Meski lansia, banyak pengunjung yang mereka berswafoto.

Peserta Festival Kembar ini, tidak hanya didominasi kembar dua, namun ada juga yang kembar tiga. Seperti Nadira, Naura, dan Nayra (8) yang merupakan putri “kedua” pasangan Imam Supriyanto dan Yeni Ratnasari yang mengaku kaget saat bertemu banyak pasangan kembar lain di festival ini.

“Tadi kaget lihat banyak orang kembar. Biasanya cuma lihat ada satu atau dua, tapi di sini ada banyak pasangan kembar. Lucu, soalnya tidak hanya wajah, baju yang dipake juga kembar-kembar,” kata Nadira.

Sementara sang ibu, Yeni, mengatakan sengaja ikut festival ini untuk mengajarkan ketiga putri kembarnya bersosialisasi. “Saya ingin mengenalkan komunitas kembar di Banyuwangi ke mereka,” jelasnya.

Festival Kembar 2018 diikuti sebanyak 72 pasangan kembar atau sebanyak 173 peserta, mulai usia 0-73 tahun dari seluruh Banyuwangi. Uniknya lagi, ada seorang ibu kembar yang datang bersama kembarannya sekaligus membawa anak kembarnya juga.

“Menjadi kembar memang sangat pas dan istimewa bagi kami. Kami sangat dekat, kami saling membantu dan selalu mengecek satu sama lain. Bahkan, kembaran saya turut merawat bayi kembar saya waktu dia belum nikah,” kata Zulfa Farihah (30), asal Penataban Banyuwangi.

Sekretaris Daerah Banyuwangi Djadjat Sudrajat mengatakan, Festival Kembar ini digelar untuk menciptakan komunitas kembar yang positif.

“Kalian adalah istimewa dan merupakan anugerah. Kami ingin ada komunitas sebagai tempat sharing dan beraktivitas positif bagi pasangan kembar. Semoga lewat festival, sharing antar pasangan kembar bisa berlanjut di suatu wadah,” pungkas Djajat.

“Melihat animo yang besar ini, ada kemungkinan festival kembar ini akan kami perluas skupnya. Tidak hanya dari Banyuwangi saja, namun kami undang pasangan kembar dari daerah lain,” pungkas Djajat.