Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tasyakuran Atas Gelar Anugerah Pahlawan Nasional KHR As’ad Syamsul Arifin

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tokoh-senior-iksass-banyuwangi-h-ikrom-hasan-menceritakan-sekilas-tentang-keteladanan-almarhum-khr-asad-syamsul-arifin

ROGOJAMPI – Ikatan Santri Salafiyah Syafiiyah Sukorejo (IKSASS) Rayon Banyuwangi, menggelar doa bersama dan  tasyakuran atas dikukuhkannya almarhum   KHR. As’ad Syamsul Arifin sebagai Pahlawan Nasional di Masjid Besar Baiturrohiem,  Kecamatan Rogojampi, kemarin (11/11).

Acara doa dan pembacaan tahlil yang di pimpin Kiai Husaini Hafidz berlangsung khidmad, dengan diikuti oleh ratusan  alumni santri se-Banyuwangi. “ Kita semua bersyukur setelah sekian lama, guru kami  Kiai As’ad Syamsul Arifin akhirnya dikukuhkan sebagai pahlawan nasional,” ujar salah  satu alumni senior santri, H Ikrom Hasan.

Menurut Ikrom, selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, dan sebagai alumni, dirinya mengenal sosok Kiai As’ad adalah figur yang penuh teladan. Dari sisi perjuangan, Kiai As’ad terkenal gigih dan pemberani.

Selain KH Hasyim Asyari, tokoh lain yang ikut berperan menggerakkan rakyat dan santri kala itu adalah KHR As’ad Syamsul Arifin, ulama muda pemimpin Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Situbondo. “Kiai As’ad adalah  salah satu ulama yang menjadi peserta  pada pertemuan PBNU di Surabaya, 22  Oktober 1945, dan pertemuan itu kemudian  menghasilkan Resolusi Jihad yang berisi  lima poin terkait kewajiban umat Islam, khususnya warga NU untuk berperang  melawan penjajah sebagai “fardlu ain”  (kewajiban setiap individu),” ujarnya.

Setelah pertemuan itu usai, Kiai As’ad bergerilya ke ulama-ulama di Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Karesidenan Besuki. Kiai As’ad juga menggerakkan warga untuk ikut berperang melawan Belanda yang membonceng tentara  Inggris ke Surabaya.

“Laskar pelopor dari Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi, kemudian terlebih dahulu dikumpulkan di Sukorejo, sebagai persiapan lahir batin dalam menghadapi pertempuran dan di pompa  semangatnya oleh Kiai As’ad secara langsung,”  jelasnya.

Selain menggerakkan warga ke Surabaya, disebutkan bahwa Kiai As’ad ikut dalam pertemuan untuk mengatur strategi pada pertempuran 10 November di Kota  Surabaya, bersama dengan ulama lainnya.   Pengukuhan Kiai As’ad sebagai pahlawan nasional sudah merupakan perjalanan panjang, dan melalui berbagai kajian ilmiah termasuk.

Penelitian bahwa  Kiai As’ad pernah berurusan dengan  hukum, karena semasa itu ternyata  berhasil mencuri senjata di gudang milik Belanda di wilayah Dabasah, Bondowoso. Sementara itu, KH. Dzulkarnain yag juga sebagai santri P2S3 Situbondo menambahkan, teladan yang harus diteladani  dari figur Kiai As’ad adalah keberaniannya menyampaikan pendapat secara langsung  kala itu ke hadapan Presiden Soeharto.

“Jadi Kiai As’ad pernah merasa ada isi butir dalam pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila yang kurang cocok, menyampaikannya langsung ke Istana Presiden tanpa mengajak siapa pun. Itu yang harus diteladani,” jelasnya.

Sosok Kiai As’ad sangat mengilhami semua santri, termasuk wasiat untuk berjuang dan mengurus Nahdlatul Ulama  (NU) dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. (radar)