MUNCAR-Pelabuhan Muncar berdarah kemarin malam (30/5). Seorang pemuda, Priyo Anggodo, 28, asal Dusun Bayatrejo, RT 38, RW 8, Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, tewas dengan luka cukup parah di bagian kepala setelah dikeroyok oleh kelompok preman Bilis Merah.
Bukan hanya Priyo, tujuh temannya yang saat itu sedang kongkow di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, juga mengalami luka yang cukup parah. Para korban ini, oleh warga dilarikan ke PKU Khadijah Muncar.
Tawuran ini terjadi sekitar pukul 24.00. Saat kejadian, Priyo bersama tujuh temannya yang bekerja sebagai nelayan ini, sedang bermain di sekitar pantai. “Kami biasa berada di laut, jadi kami menghabiskan malam di tepi laut,” ujar Hendrik, 20, salah satu teman korban.
Menurut Hendrik, saat asyik bermain di tepi pantai itu, tiba-tiba ada seorang remaja datang. Remaja yang tidak dikenal ini, berperilaku aneh. “Anak itu menghitung jumlah kami, kita juga jadi heran,” katanya. Tidak lama kemudian, jelas dia, muncul gerombolan pemuda yang diketahui kelompok geng Bilis Merah.
Tanpa banyak bicara, gerombolan yang berjumlah 30 orang itu langsung menyerangnya. “Jumlahnya sangat banyak, mereka langsung menyerang,” ujarnya. Tanpa ampun, para preman yang sebenarnya juga nelayan itu menghajar delapan pemuda yang sedang duduk-duduk di pantai dengan senjata mulai dari rantai motor dan batu.
“Saya juga dipukul hingga pingsan,” terang Samsul, 25, salah satu korban sambil menunjukkan kepalanya yang bocor. Samsul mengaku mencoba melawan pada gerombolan preman itu, tapi karena jumlah lawan yang cukup banyak, dia bersama teman-temannya hanya bisa pasrah.
“Kami jadi sansak hidup, kepala Priyo dihantam batu rejeng hingga pecah,” ungkapnya. Usai mengajar para korban, kawanan preman Bilis Merah langsung kabur. Priyo terkulai lemas dan tidak sadarkan diri dengan luka cukup parah di bagian kepala.
Oleh warga yang ada di sekitar lokasi, para korban dilarikan ke RSIA PKU Khodijah Muncar. Khusus untuk Priyo, karena lukanya yang cukup parah, selanjutnya dirujuk ke RSNU Mangir, Kecamatan Rogojampi. Tapi naas, sekitar pukul 02.00, Minggu (31/5), korban meninggal. “Saya tidak terima, pelaku harus ditangkap dan dihukum mati,” tuntut Halimah, 40, ibu angkat Priyo.
Priyo ini sebenarnya asli warga Dusun Bayatrejo, Desa Ringin Pitu, Kecamatan Tegaldlimo. Sejak kedua orang tuanya meninggal, tinggal bersama keluarga Rinto, 50, dan Halimah, di Dusun Kalimoro, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar. “Anaknya (Priyo) itu pendiam dan tidak pernah neko-neko, kerjanya rajin sekali,” cetus Rinto ayah angkat korban. (radar)