Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Telusuri 10 Km Tepian Kanal Peninggalan Belanda

HIJAU: Jalan di sepanjang tepi kanal di Kecamatan Bangorejo.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
HIJAU: Jalan di sepanjang tepi kanal di Kecamatan Bangorejo.

Ajang balap sepeda internasional Banyuwangi Tour de Ijen (BTDI) tak hanya memamerkan kekayaan alam Pantai Pulau Merah dan panorama Gunung Ijen. Peserta akan menyusuri jalanan asri di sepanjang kanal sejauh 10 kilometer di Kecamatan Tegalsari dan Bangorejo.

ROMBONGAN tim survei BDTI terlihat berhenti selama beberapa di pertigaan Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari. Ada petugas yang mengecat jalan untuk rambu balapan. Sedang anggota rombongan lainnya mengamati pemandangan sungai yang ada di simpang tiga tersebut. Sungai Pekalen Sampean, begitu warga biasa menyebut kanal di sepanjang tepi jalan Desa Karangdoro ini tampak cukup lebar.

Air yang jernih pada sungai itu mengalir dengan tenang. Berjarak sekitar 100 meter dari jalan simpang tiga itu, tampak bendungan yang cukup kokoh. “Bendungan itu peninggalan Belanda,” ujar kepala Dinas Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo  Aliran sungai Pekalen Sampean ini hampir tidak pernah mati, kecuali pada hari tertentu karena jadwal rutin penggelontoran.

Aliran sungai selebar sekitar 10 meter itu berada di sepanjang tepi jalan raya yang akan jadikan rute etape satu BTDI. “Peserta BTDI akan kita ajak menyusuri kanal peninggalan Belanda itu,” jelas Guntur. Jalan tepi sungai yang menjadi rute BTDI ini penuh dengan tanjakan. Setiap melintas pada tanjakan, pemandangan sungai akan tampak lebih bagus karena berada di bawah seperti jurang. “Sungai yang cukup lebar berada di bawah seperti jurang,” ungkapnya.

Pemandangan lain yang indah pada sungai ini adalah banyaknya pepohonan. Di sepanjang jalan yang ada di tepi sungai itu, dipenuhi pohon beraneka jenis yang umumnya sudah besar. ”Jalan di tepi sungai itu mulai Kecamatan Tegalsari sampai Kecamatan Bangorejo,” jelasnya. Dengan nada serius Guntur menyebut, kanal Pekalen Sampean itu dibangun semasa penjajahan Belanda. Sepanjang aliran sungai itu, ada beberapa bendungan yang hingga kini masih tetap utuh.

“Ada jembatan yang merangkap jadi talang, itu juga peninggalan Belanda,” cetusnya. Kanal Pekalen Sampean ini, merupakan anak sungai dari aliran Sungai Kalisetail. Dengan lebar sungai sekitar 10 meter, debit air pada sungai ini mencapai 18 meter kubik setiap detik. “Kanal itu mengaliri 16 ribu ha lahan pertanian,” ungkapnya. Daerah pertanian yang mendapat  pasokan dari sungai ini, berada di wilayah 12 kecamatan yang ada di daerah Banyuwangi Selatan.

Bila sungai ini mati, maka belasan kecamatan akan kekeringan. “Kebutuhan air warga yang ada di 12 kecamatan, ya dari sungai itu,” katanya. Dengan ekstrem Guntur menyampaikan, bila jembatan talang peninggalan Belanda itu rusak atau jebol, sejumlah daerah seperti di wilayah Kecamatan Gambiran, Cluring, dan sebagian Srono akan kesulitan air. “Untuk menjaga keamanan, jembatan talang tidak dilewati rute BTDI,” jelasnya. (radar)