BANYUWANGI – Kampung Temenggungan menggelar pertunjukan musik jazz bertajuk Temenggungan Jazz Ethno di depan Kantor Kelurahan Temenggungan, Sabtu malam kemarin (13/8). Acara yang digelar penuh ke sederhanaan itu mampu mengobati kerinduan warga Bumi Blambangan akan lagu-lagu Banyuwangi lawas.
Tentunya, karena ada embel-embel jazz, suguhan musik tradisional yang dipadukan dengan musik modern ini disajikan sedikit nge-jazz. Namun tidak menghilangkan nilai musik tradisionalnya. Tidak tanggung-tanggung, dalam Temenggungan Jazz Ethno itu, Presiden Jazz en Nord Festival asal Prancis, Claude Colpaert menyempatkan hadir untuk berkolaborasi dengan musisi lokal asal Temenggungan yang tergabung dalam Banyuwangi Jazz Patrol.
Meski tidak ada latihan sebelumnya, kolaborasi Claude Colpaert dengan musisi lokal ini mampu menyuguhkan sajian musik yang menarik. Penonton yang datang sangat menikmati alunan musik jazz ethno ini, terlebih pertunjukan ini disajikan secara gratis kepada penonton yang datang.
Lagu demi lagu meluncur dari panggung jalanan Kampong Wisata Temenggungan. Selain lagu ciptaan grup Banyuwangi Jazz Patrol sen diri, lagu-lagu lawas Banyuwangi tahun 60-an, 70-an, dan 80-an membahana di kampung tertua di Banyuwangi kota ini, tentunya berkumandang dengan aransemen musik jazz.
Berturut-turut dimainkanlah lagu Tebar Jolo, Uki-Uki, Luk-luk Lumbu, Cakrak Ungkal, Bang Cilang-Cilung, Impen-impenan, Layangan dan Dayung. Lagu-lagu ini diciptakan oleh maestro-maestro Banyuwangi pencipta lagu dan pencipta lirik, seperti Andang CY, Muhammad Arief, Endro Wilis, Andi AR, dll.
Walaupun lagu-lagu lawas, namun tidaklah menjadi ketinggalan jaman dengan kemasan warna musik jazz yang dimainkan oleh Banyuwangi Jazz Patrol. Mulai lagu pertama sampai lagu terakhir yang dimainkan, ratusan penonton terhanyut dalam suasana.
Mereka ikut menyanyi, bahkan banyak juga yang ikut menari, bercampur baur antara warga kampung, penonton dari luar kampung, dan para musisi. Tak berbatas, tak berjarak, semua bergembira bersama. Hingga tidak disadari pertunjukan jazz kampung ini pun harus diakhiri sekitar pukul 22.00, Sabtu malam kemarin.
Bachtiar, salah satu personel Banyuwangi Jazz Patrol mengatakan, gelaran musik jazz jalanan ini diadakan untuk menunjukan bahwa musisi lokal Banyuwangi tidak kalah apik mainnya dengan musisi internasional. Bahkan, alat-alat musik Banyuwangi seperti patrol, gendang, angklung, saron dan lain sebagianya ternyata juga menarik didengar saat dipadukan dengan musik jazz.
”Presiden Jazz Prancis sampai menyempatkan datang ke Temenggungan. Dia sebenarnya ada acara musik di Ubud , Bali dan Lombok. Dia tahu kegiatan kami di FB dan ingin datang ke Temenggungan tanggal 13 Agustus (kemarin) ini,” kata Bachtiar.
Claude Colpaert mengaku sangat takjub dengan sajian musik tradisi onal warga Temenggungan ini. Dia berjanji akan menceritakan tentang musisi Temenggungan kepada teman-temannya yang ada di luar negeri. Kolaborasi dengan musik etnik ini adalah kali kedua bagi Claude Colpaert. Sebelumnya, dia juga pernah melakukan kolaborasi dengan musik tradisional yang ada di Burma.
”Saya ingin mengeksplorasi musik tradisional. makanya saya datang ke Temenggungan. Saya tahu kegiatan warga Temenggungan ini dari Facebook dan saya tertarik untuk berkolaborasi dengan mereka,” pungkasnya. (radar)