Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Terapkan Buka-tutup Pintu Surga

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KH. Abdul Latif Harun bersama jamaah umrah Panji Mas Wisata berjalan disekitar masjid Nabawi.

JIKA di Masjidilharam ada Hajar Aswad yang menjadi buruan ibadah, maka di Madinah ada Raudah dan makam nabi pembawa risalah nabi sebelumnya, Muhammad SAW. Untuk menuju dua kawasan ziarah di Masjid Nabawi tidaklah mudah. Diperlukan tenaga ekstra seperti halnya saat kita tawaf atau memaksakan diri mencium Hajar Aswad.

Saling berebut dan terkadang bisa jatuh terinjak. Yang paling apes tewas kehabisan energi akibat terjepit jamaah lainnya. Padahal syariat ibadahnya tidak menganjurkan seperti itu, menyakiti orang lain demi kepuasan dan kebanggaan.

Padahal ada cara mudah untuk mencium Hajar Aswad, yakni lambaikan tangan kita kearah Hajar Aswad. Meski berjauhan, namun kelak dia akan menjadi saksi bahwa lambaian tangan kita pernah menyentuhnya. Jadi bagi Anda yang akan menunaikan ibadah haji bulan September atau yang  merencanakan umrah jangan mau mati koyol karena gara- gara berebut mencium Hajar Aswad, wkwkwkwk.

Di Madinah, Raudah dan makam Nabi Muhammad berada satu kompleks dengan Masjid Nabawi dan selalu menjadi incaran jamaah yang singgah di Madinah. Sama seperti di Makkah, kompleks makam Nabi pun tak pernah sepi dari peziarah setiap hari dan selama 24 jam nonstop.

Tidak mudah untuk bisa ke Raudah. Harus mencari waktu supaya bisa melaksanakan salat dua rakaat di Raudah, dilanjutkan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Supaya tidak antre panjang, kita dianjurkan datang di atas jam 12 malam.

Saat jam-jam itulah, jamaah yang berada di Masjid Nabawi tidak terlalu berdesak-desakan. Kami pun mencoba untuk masuk Raudah pukul 23.30 melalui pintu Abu Bakar Assidik yang berada di sisi paling barat.

Kami harus antre 30 menit dengan penuh kesabaran. Sebab, untuk bisa masuk Raudah, keamanan Masjid Nabawi menerapkan sistem buka-tutup. Raudah disekat menjadi beberapa bagian dengan tirai putih, termasuk bagian untuk jamaah putri.

Begitu sudah masuk di karpet warna hijau, kami dipersilakan untuk salat dan doa kurang lebih 10 menit saja. Setelah itu jamaah diminta segera keluar. Bahkan dengan sedikit paksaan, agar gantian dengan jamaah lain yang sudah menunggu.

“Meski sebentar kami bersyukur bisa di dalam raudah sekaligus berselawat ke Rasulullah,” kata Bodos Syaifudin, pensiunan Bank Mandiri. Mutawif Panji Mas Wisata Muhammad Soleh menjelaskan, selain menjadi lokasi Rasulullah SAW dan para sahabatnya beribadah dan tempat turunnya wahyu, Raudah juga merupakan taman surga.

“Ruang antara rumahku dan mimbarku adalah satu taman daripada taman-taman surga,” kata Sholeh, salah seorang santri Rubath Malikiyah, Makkah.  Tidaklah heran, berjubelnya jamaah dari berbagai penjuru dunia berebut supaya memperoleh kesempatan ziarah ke Raudah dengan cara salat baik fardhu maupun sunnah.

“Dengan kata lain, tempat ini sangat mustajab untuk memohonkan sesuatu kepada Allah. Paling tidak kita dapat merasakan nikmatnya beribadah di taman surga,” Samsul Hadi bin H. Idris, jamaah umrah lainnya.

Sebelumnya,  jamaah Umrah Panji Mas Wisata telah berada di Madinah Al Munawarah pada Senin malam (1/5) pukul 19.35 WAS. Menempati  Al Sahliyah Hotel, kami serombongan tidak kesulian dalam menempuh perjalanan ke masjid Nabawi Madinah.

Usai makan malam, jamaah langsung dipandu pembimbing umrah KH. Abdul Latif Harun dan mutawif Mohammad Sholeh untuk menjalani orientasi atau pengenalan sekitar Masjid Nabawi.

“Orientasi atau masa pengenalan ini bertujuan agar jamaah tidak tersesat selama ada di Madinah sekaligus memberikan pemahaman teknis lainnya,” kata Abdul Latif. (radar)