Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tiga Janda Tinggal Serumah di Desa Wringinpitu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Tiga-Janda-Tinggal-Serumah-di-Desa-Wringinpitu

Yang Termuda Memijat untuk Menghidupi Ibu dan Kakaknya

RUMAH sederhana itu tak jauh dari jalan raya desa, dengan jarak sekitar 10 meter. Lokasinya persis di belakang tempat produksi batu bata. Rumah berukuran enam meter kali tujuh meter itu terbuat dari anyaman bambu (gedheg).

Pintu masuk rumah, juga terbuat dari gedheg.  Dinding gedheg di rumah itu, sudah ada yang hancur dan reyot  hingga harus diberi penyangga.  Di dalam rumah itu ada dua ruang kamar, satu ruang tamu,  dan satu ruang dapur. Setiap ruangan itu hanya diberi sekat  bilik bambu yang usang dan  reyot.

Di ruang tamu hanya ada tempat duduk dari bambu berukuran dua meter kali satu  meter.  Seluruh ruangan yang ada di  rumah itu masih berlantai tanah. Ruang untuk kamar dengan ukuran 2,5 meter kali dua meter  terlihat sangat sempit.

Dari dua  kamar itu, hanya satu kamar yang ada kasurnya. di dapur hanya  ada tungku tradisional dari tumpukan batu bata. Di rumah sangat  sederhana itulah, ketiga janda  tua yang terdiri ibu dan dua  anaknya itu tinggal.

Ketiga janda tua itu adalah Misiah, 80, dan dua anaknya Ponirah, 60, dan Sani, 55. Misiah kini hanya  bisa duduk dan tiduran di atas kasur. Sedang Ponirah, tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua matanya buta terkena katarak. Praktis, Saini yang kondisinya masih sehat harus merawat sang  ibu dan sang kakak.

“Sampun gangsal tahun ngeramut ngeten niki (sudah lima tahun merawat seperti ini),” ungkap Saini. Sebelum tinggal di Dusun Bayatrejo, RT 38, RW 8, Desa  Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, Saini bersama ibu dan kakaknya menetap di Sumatera sebagai transmigran.

“Karena keluarga ada yang di Banyuwangi,   kami pulang ke sini,” katanya dalam bahasa Jawa.  Tanah yang ditempati oleh  ketiga nenek itu, milik Gemi, 65, salah satu saudaranya. Rumah reyot yang ditempati itu juga  hasil kerja gotong-royong warga  setempat.

“Rumah ini dibangun secara gotong royong oleh masyarakat,” terang Gemi, 65, salah satu saudaranya. Selama tinggal dan hidup di rumah reyot itu, Saini yang merawat  dan menjadi tulang punggung bagi Misiah dan Ponirah. Untuk bertahan hidup, Saini bekerja  sebagai buruh tukang pijat, dan  buruh tani di sawah.

“Sejak dua tahun ini sudah tidak bisa kerja di sawah, karena Mbah Misiah tidak bisa ditinggal, kondisinya sudah tua sering cerewet,” jelas Mbah Gemi. Jika ditinggal sebentar oleh Saini, Mbah Misiah sering teriak-teriak, hingga terkadang sampai  terjatuh dari tempat tidur.

Setiap hari, Saini telaten merawat ibu dan kakaknya dengan sabar,  mulai urusan memasak, mencuci  baju, termasuk memandikan  Misiah dan mengganti pakaian. “Kasihan Saini, setiap hari harus disibukkan merawat ibu dan  kakaknya. Tidak bisa pergi ke mana-mana, hanya di sekitar  rumah saja,” terangnya.

Bila tidak ada yang meminta  untuk pijat atau buruh tani, tak banyak yang bisa dilakukan Saini.  Dia hanya bisa pasrah menunggu pemberian dari para tetangga yang sebagian besar pengusaha   batu bata. Kalaupun tidak ada  yang memberi, terpaksa ikut “ngampung” makan dengan Mbah Gemi yang rumahnya berada  di sampingnya.

“Semoga saja masih ada yang peduli dan memperhatikan nasib mereka,”  tandas Mbah Gemi.  Meski sudah lima tahun menetap di Dusun Bayatrejo, RT  38, RW 8, Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, ketiga janda tua itu baru diketahui pihak   kantor Kecamatan Tegaldlimo  pada Rabu lalu (3/8).

Bahkan, dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan, dan keamanan ketiganya diungsikan ke rumah Mbah Gemi yang lebih layak. “Kami baru tahu Rabu lalu (3/9)  dan langsung kita ungsikan dan  memberi bantuan,” ujar Camat Tegaldlimo, Ahmad Laini.

Camat baru tahu setelah ada pesan singkat melalui media sosial twitter yang dikirim Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.  Setelah mengetahui kondisi itu,  rumah yang ditempati janda jompo   itu secepatnya akan dibongkar dan dibangun.

“Sudah kita siapkan materialnya, mohon doanya bisa cepat dibangun,” katanya.  Kesehatan ketiga janda tua itu,  selama ini sudah dalam pantauan Puskesmas Tegaldlimo. Setelah  dilakukan pemeriksaan kesehatan, kondisi ketiga nenek itu masih cukup baik.

“Kondisi kesehatannya masih baik, dan akan kita terus pantau,” terang Kepala Puskesmas Tegaldlimo, dr. Rudi Hartawan. (radar)