Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

TKI BWI Juara Pertama Bela Diri Tai Chi Tingkat Internasional di Taiwan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

dina-mariana-tki-berprestasi-asal-sumbermulyo-pesanggaran

RUMAH bercat kuning dengan teras beratap asbes di pinggir jalan raya Dusun Tembakur, RT 1, RW 4, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, terlihat sepi. Pintu rumahnya tampak terbuka, tapi tidak ada orang di dalamnya.

Tetapi, tidak lama kemudian, seorang ibu paro baya muncul dari samping rumah. Dengan ramah, ibu yang rambutnya terlihat sudah mulai memutih itu menyapa dengan ramah. “Cari siapa, Mas,” tanya ibu itu.

Saat Jawa Pos Radar Banyuwangi mengenalkan diri sambil menyampaikan keinginan bertemu keluarga Dina Mariana, TKI yang  baru menyabet juara satu kejuaraan tai chi di Taiwan, ibu yang mengaku bernama Mualimah, 63, itu langsung mengajak masuk ke rumah.

“Ya  ini rumahnya, saya ini ibunya,” katanya. Mualimah ternyata sudah mengetahui prestasi yang diraih putri kesayangannya itu. Malahan, dia bersama keluarga merasa senang dan bersyukur. “Ana (Dina Mariana) ngabari menjadi juara itu siang   kemarin (kemarin lusa),” ujarnya.

Dari raut wajahnya, terlihat jelas ibu empat anak itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya  atas prestasi yang diraih putrinya  itu. “Ana itu ragil (bungsu) saya. Kakaknya ada tiga,” terang Mualimah sambil memanggil Kasiyanto,  salah satu kakak kandung Ana.

Di keluarga itu Ana adalah satu-satunya anak perempuan. Ketiga  kakaknya laki-laki, yakni Kasiyadi,  40; Kasiyano, 35; dan Kasmiyadi, 30. Ana sebenarnya tidak pernah belajar bela diri. Sejak kecil dikenal pendiam dan tidak pernah ikut olahraga bela diri. Kalau sudah punya keinginan, anak bungsu itu sangat sulit dicegah.

“Saat kecil itu kalau diajak ke pasar ditawari apa-apa sering menolak, tapi kalau ingin sesuatu sulit dicegah,” kata Kasido, 67,  ayah kandung Ana yang datang belakangan dari sawah.  Kasido mengaku semua keluarga merasa bangga dan bersyukur  atas hasil yang diperoleh putrinya itu.

Meski berstatus sebagai TKI, tapi dia memiliki prestasi yang bisa dibanggakan. Dari hasil kerjanya di Taiwan, Ana kini sedang membangun rumah tidak jauh dari SMAN Pesanggaran. “Ini rumahnya sedang dibangun,sekitar 75 persen,” ujarnya.

Ana berangkat ke Taiwan menjadi TKI pada Februari 2009 atau dua tahun setelah lulus SMK17 Agustus 1945 Cluring. Saat akan berangkat ke Taiwan, salah seorang kerabatnya sebenarnya ada yang mencegah, tapi tekad Ana sudah kuat. “Saya tidak  menyuruh, tapi ya tidak mencegah,” jelas Mualimah, sang ibu.

Menurut Mualimah, putrinya itu sudah bercerita atas keberhasilannya menjuarai kejuaraan tai chi. Dalam ceritanya, keberhasilan putri keempat dari empat bersaudara itu tidak lepas dari dorongan dan dukungan majikan. “Belajar bela diri tai chi dari Akong, kakek yang dirawat,” kata  Ana melalui messenger yang dikirim kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi sambil menyebut Akong sudah berumur 80 tahun kemarin (27/10).

Saat tiba di Taiwan tujuh tahun lalu, Ana bekerja sebagai perawat  istri Akong. Setelah juragannya itu meninggal, dia diminta merawat Akong yang sudah berumur lanjut. Rupanya Akong  memiliki keahlian bela diri tai chi. “Awalnya cuma iseng niru gerakan Akong,” ujarnya.

Rupanya Akong tahu Ana sering menirukan gerakannya dan melihat perawatnya itu seperti punya bakat. Selanjutnya, Akong  mengajari dia di rumahnya.  “Akong juga mendaftarkan saya  ke perguruan tai chi,” terang Ana dalam pesannya itu.

Keseriusannya belajar tai chi  mendapat dukungan serius  keluarga majikan. Bahkan, segala keperluan terkait tai chi dicukupi. Apalagi, kakek itu tinggal terpisah  dengan anaknya dan menganggap Ana seperti cucunya sendiri.  “Mulai biaya dan seragam, semua   ditanggung Akong,” jelasnya.

Sebelum menjuarai kejuaraan tai chi tingkat internasional yang digelar pada 22-23 Oktober 2016, gadis yang menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 3  Sumbermulyo, MTsN Pesanggaran,  dan SMK 17 Agustus 1945 Cluring, itu juga beberapa kali mengikuti  kejuaraan tingkat nasional dan berhasil menyabet juara.

“Juara  internasional baru pertama kali ini. Kalau yang nasional sudah dua kali di kelas perorangan, dan satu kali beregu,” bebernya. Putra Indonesia asal Banyuwangi yang berprestasi di luar  negeri sebenarnya cukup banyak. Dia berharap para pemuda Banyuwangi yang kini bekerja di luar negeri itu bisa mencintai negeri dan tanah kelahirannya dengan cara baik, dengan mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki dengan benar.

“Bersemangatlah demi kemajuan dan nama baik Banyuwangi kita,  Banyuwangi jenggirat tangi,”   harapnya.  Setelah menjuarai tai chi tingkat internasional ini Ana berencana  di tahun depan akan kembali  mengikuti kejuaraan tai chi yang cukup bergengsi. Setelah itu, dia akan memperdalam lagi ilmu tai chi untuk dikembangkan di   kampung halamannya saat pulang nanti. “Saya nanti akan pulang  dan mengembangkan tai chi di   kampung halaman,” ungkapnya. (radar)