Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tradisi Puter Kayun Diikuti 20 Dokar

NAPAK TILAS: Iring-iringan dokar yang mengikuti tradisi Puter Kayun melintas di depan Pendapa Sabha Swagata Blambangan. Perjalanan dari Boyolangu ke Watudodol kali ini diikuti sekitar 20 dokar.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
NAPAK TILAS: Iring-iringan dokar yang mengikuti tradisi Puter Kayun melintas di depan Pendapa Sabha Swagata Blambangan. Perjalanan dari Boyolangu ke Watudodol kali ini diikuti sekitar 20 dokar.

GIRI – Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, menggelar napak tilas pembangunan jalan dari Panarukan menuju Banyuwangi kemarin (28/8). Yang me- reka kunjungi adalah kawasan Watudodol, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Sebab, saat pembukaan jalan dari Panarukan menuju Banyuwangi, Kompeni menemui kendala di kawasan Watudodol yang lokasinya berbatu dan konon angker.

Nah, leluhur masyarakat Boyolanglah yang berjasa dalam membuka jalan di Watudodol itu. Sang leluhur itu bernama Buyut Jaksa. Tradisi yang biasa disebut Puter Kayun tersebut dilaksanakan warga Boyolangu setiap tanggal 10 Syawal. Kini, tradisi tersebut dirayakan dengan cara mengendarai dokar sejauh 15 km dari Boyolangu menuju Watudodol. Kemarin, sebanyak 20 dokar turut serta dalam Puter Kayun yang dimulai pukul 10.00 tersebut.

Jajaran pejabat Pemkab Banyuwangi dan muspida turut hadir dalam acara tersebut. Pejabat yang hadir, di antaranya Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, Dandim 0825 Letkol (Inf ) Muslimin Fasyah, dan jajaran muspida lain. Para tamu kehormatan itu pun didapuk menunggang dokar di urutan paling depan. Namun, mereka hanya me ngikuti prosesi Puter Kayun se paro perjalanan.

Persis di de pan Pendapa Swagatha Blambangan, para pejabat muspida itu turun. Meski demikian, kemeriahan Puter Kayun tidak hilang. Iring- iringan dokar itu tetap melaju hingga Watudodol dengan meriah. Menurut warga Boyolangu, Puter Kayun dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Mahaesa. Selain itu, juga un tuk mengenang jasa Buyut Jaksa dan menepati janji Buyut Jaksa saat membuka jalan di ka wasan Watudodol.

“Konon, Buyut Jaksa berjanji kepada raja jin penunggu Watudodol bahwa anak cucunya akan mengunjungi Watudodol setiap tahun,” ujar salah seorang peserta Puter Kayun. Demi mengikuti ritual ini, pemilik dokar biasanya mengistirahatkan kuda-kuda mereka selama dua hari. Nah, pada hari ke sepuluh Lebaran, para penarik dokar itu bersiap mengiring para warga melaksanakan Puter Kayun ke Watudodol.

Seorang peserta Puter Kayun yang enggan dikorankan namanya menceritakan, dulu nenek moyang warga Boyolangu, yakni Buyut Jaksa atau Buyut Boyolangu, sangat berjasa dalam membuka jalan di kawasan Watudodol yang berbatu dan angker. Tidak ada yang mampu membuka dan menghancurkan batu yang menutup jalan di sana. Baik pihak Kompeni maupun Pribumi sudah menyerah, karena sudah terlalu banyak memakan korban.

Akhirnya, Kompeni melalui Mas Alit meminta ban tuan Buyut Jaksa. Sebab, saat itu Buyut Jaksa dikenal sakti dan bisa berkomunikasi dengan makhluk halus. Nah, ternyata Buyut Jaksa benar- benar bisa membuka jalan di Watudodol dengan syarat; disisakan sebuah batu di tengah jalan dan keturunan Buyut Jaksa harus melakukan napak tilas setahun sekali.

“Konon begitulah perjanjian Buyut jaksa dengan raja jin di situ,” ungkap seorang warga yang ikut iring- iringan dokar tersebut. Ketika ditemui wartawan ko ran ini, ketua panitia Puter Kayun, Samsul Hadi, berharap napak tilas tersebut te rus dilestarikan. “Semoga ke giatan ini bisa terus menjadi agenda wisata di Banyuwangi,” bebernya. (radar)