Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Ukur Pendengaran dengan Audiometri

CANGGIH: Klinik THT menyediakan alat audiometri untuk mengukur pendengaran.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CANGGIH: Klinik THT menyediakan alat audiometriuntuk mengukur pendengaran.
CANGGIH: Klinik THT menyediakan alat audiometri untuk mengukur pendengaran.

BANYUWANGI-Klinik THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) RS Al Huda menyediakan layanan pemeriksaan tes pendengaran. Pemeriksaannya menggunakan Audiometri Interacousticseri AD. Kepala Instalasi Rawat Jalan RS Al Huda, dr. H. Suryadinata menjelaskan, Audiometri Interacoustic AD adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat atau ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap  suara (audioproof chamber).“Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, namun juga dapat digunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran,” terangnya kemarin. Alat tersebut, kata dia, digunakan untuk mengetahui derajat ketulian pasien mulai dari tingkat ringan, sedang atau berat.

Di samping itu juga untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan pendengaran, telinga berbunyi berdengung (tinitus), rasa penuh di telinga, riwayat keluar cairan dari telinga, riwayat terpapar bising, seperti sopir, pengatur lalu lintas, pekerja pertambangan, pekerja di airport runway.

Selain itu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada pasien yang bekerja sebagai mekanik mesin atau pekerja pabrik, riwayat trauma, seperti benturan, pukulan atau kecelakaan, riwayat pemakaian obat ototoksik, mempunyai riwayat gangguan pendengaran atau riwayat tuli pada keluarga, dan gangguan keseimbangan. “Pemeriksaan tes pendengaran ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosa penyakit telinga, pencegahan atau deteksi dini ketulian pada anak-anak balita dan SD, memonitor tingkat atau ambang batas pendengaran pada pekerja-pekerja di tempat bising,” paparnya.

Dengan pemeriksaan ini dapat pencegahan lebih dini adanya suatu penyakit, pengobatan atau pasien membutuhkan alat bantu mendengar atau pendidikan khusus, serta ganti rugi misalkan dalam bidang kedokteran, kehakiman dan asuransi. “Layanan ini sudah banyak dimanfaatkan, termasuk bekerjasama dengan sekolah dan perusahaan baik skala regional dan internasional,” jelas Suryadinata. Surya menambahkan, pada pemeriksaan ini tidak membutuhkan persiapan khusus.

Prinsip pemeriksaannya adalah bermacammacam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara pasien yang tidak dapat didengar dicatat (recorded) melalui program komputer berupa grafik. “Tahapan selanjutnya setelah selesai semuanya dilanjutkan analisa dan disimpulkan oleh dokter spesialis THT,” tuturnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :