Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Waspadai TBC-HIV!

EVALUASI:Kepala Dinkes Hariadji Sugito memberikan paparan di Hotel Ketapang Indah, beberapa waktu lalu.
EVALUASI:Kepala Dinkes Hariadji Sugito memberikan paparan di Hotel Ketapang Indah, beberapa waktu lalu.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
EVALUASI:Kepala Dinkes Hariadji Sugito memberikan paparan di Hotel  Ketapang Indah, beberapa waktu lalu.
EVALUASI:Kepala Dinkes Hariadji Sugito memberikan paparan di Hotel Ketapang Indah, beberapa waktu lalu.

BANYUWANG I-S emakin ba-nyaknya kasus HIV/AIDS di Ka-bupaten Banyuwangi mendorong
Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam proses penanggulangan kasus tersebut. Pertemuan monitoring dan evaluasi program TBC telah dihelat di Hotel Ketapang Indah, pada Senin (10/9) dan Selasa (11/9).

Sasaran pertemuan adalah semua pengelola program TBC di 45 Pusk-esmas dan pengelola program TBC RSUD Blambangan dan RSUD Gen-teng. Narasumber pertemuan terse-but adalah Kepala Dinkes H. Hari-adji Sugito, SKM, MM; Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Waluyo, SKp, MM; dan Pengelola Program Provinsi Jawa Timur dr. Setyo.

Data Dinkes Jawa Timur menye-butkan, TBC merupakan penyakit pembunuh nomor satu dari orang yang menderita HIV/AIDS (ODHA). Sementara itu, penurunan kekebalan akibat HIV akan memudahkan orang terserang TBC. Sehingga antara TB dan HIV saling berkaitan.

Tujuan pertemuan Dinkes adalah melakukan monitoring dan evalua-si kegiatan yang telah dilaksanakan. Sekaligus untuk memantapkan langkah serta merumuskan strategi yang tepat dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Targetnya adalah menurunkan beban TB
dan HIV di masyarakat. Dengan harapan, program itu dapat menu-runkan beban TBC pada ODHA dan menurunkan beban HIV pada orang yang menderita TBC.

Dalam pengarahannya, Kepala Dinkes Hariadji Sugito menyam-paikan bahwa seir ing denga n
maraknya perkembangan HIV di Banyuwangi, maka perlu dilakukan penilaian faktor risiko yang lebih ketat untuk menemukan penderita TBC dan HIV. Penilaian faktor re-siko HIV dilakukan pada semua penderita TBC dan juga semua klien yang datang di semua layanan kesehatan, termasuk Puskesmas. “Hal itu dilakukan untuk dapat menemukan penderita secara dini atau early diagnosis,” terangnya.

Penemuan secara dini itu sangat bermanfaat untuk dapat melakukan tata laksana secara optimal dan bisa sembuh dengan optimal pula. Selain itu, penemuan penderita secara dini juga dapat menurunkan angka penularan dari orang yang sakit kepada orang lain. “Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam upaya penanggulangan TBC dan HIV/AIDS,” harapnya.

Masih menurut Hariadji, bila ada penutupan lokalisasi pelacuran di beberapa tempat, petugas kesehat-an dari Puskesmas tetap melakukan kegiatan pencarian kasus TBC dan HIV. Caranya dengan penelusuran terhadap kontak penderita yang berada di masyarakat maupun yang berkunjung ke tempat pela yanan kesehatan. “Dalam proses ini, peran kader sangat penting untuk melakukan pendampingan dan skriningdi sekitar wilayah kader tersebut,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Bidang P2P Waluyo menambahkan bahwa suspectTBC pada trimester I pada Januari-Juni 2012 yang diobati se-banyak 767 kasus. “Dari kasus terse-but, 97 persen sudah mengalami konversi,” ungkapnya.

Kepala Seksi Pemberantasan Pe-nyakit Dinkes Sudarto, SNN, SKM, MKes juga mengungkapkan bahwa tingkat keberhasilan pengobatan TBC di Kabupaten Banyuwangi sudah sangat baik, yaitu mencapai angka 92 persen. Diakui, keberhasi-lan itu merupakan prestasi bersama.
“Sehingga perlu adanya sinergisitas yang baik antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, kader, dan masyarakat untuk dapat menanggulangi masalahTBC, HIV, dan masalah kesehatan lainnya,” cetusnya. (Radar)