The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Fighting for the Fruit-Vegetable Tumpeng

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

MUNCAR – Ratusan warga Dusun Krajan, Tembokrejo Village, Muncar District, berebut tumpeng agung kemarin (31/10). Grebek tumpeng agung yang diselenggarakan Paguyuban Sastro Jendro Hayuningrat Pangruate Jagad tersebut rutin diselenggarakan tiga tahun sekali setiap bulan Suro.

“Grebeg tumpeng ini kita gelar tiap tanggal 20 Suro tiga tahun sekali,” ujar salah seorang panitia, R. Suwoko Hadiyono. Menurut Suwoko, tumpeng agung tersebut terdiri atas lima jenis tumpeng besar. Dua di antaranya tumpeng nasi guntingan, yakni nasi kuning dan nasi putih, satu tumpeng bungkil atau palawija, tumpeng jajan pasar, dan tumpeng buah-buahan.

Dalam adat Jawa, kelima tumpeng itu mempunyai makna atau pesan tersendiri. Intinya tumpeng adalah simbol limpahan hasil bumi masyarakat dan disedekahkan kepada seluruh masyarakat katanya. Tumpeng itu murni swadaya masyarakat, terutama dari Paguyuban Sastro Jendro Hayuningrat Pangruate Jagad yang ingin terus melestarikan warisan budaya bangsa.

Usai dikirab keliling kampung. lima tumpeng agung tersebut diletakkan di halaman lalu dilakukan doa bersama. Setelah pemotongan tumpeng raksasa secara simbolis, ratusan warga langsung berebut tumpeng raksasa tersebut.

Tidak hanya orang tua, ratusan anak-anak juga berebut dengan cara memanjat pinggang orang dewasa demi mendapatkan tumpeng yang diinginkan. “Seru bisa berebut dengan teman-teman,” ujar Fitri, 19, salah seorang remaja yang ikut berebut tumpeng agung.

Kegiatan Grebeg Tumpeng Agung tersebut tidak hanya dihadiri warga sekitar Desa Tembokrejo, Muncar District. Beberapa pengunjung ternyata ada yang datang dari luar daerah, seperti Jember, Lumajang, Surabaya, Poor, and Kediri.

Sejumlah orang tua, mulai bapak hingga ibu rumah tangga, juga ikut berebut tumpeng raksasa berisi sayur dan palawija itu. “Sayurnya masih segar. Lumayan bisa dimasak,” pungkas Asiyah, 34, local people. (radar)

Exit mobile version