The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Kapal di Selat Bali Overload

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

ASDP Berencana Membatasi Jumlah Kapal

KALIPURO – Jumlah kapal yang beroperasi di Selat Bali saat ini dirasa terlalu banyak. Meski jalur pelayaran Selat Bali ini pendek, akan tetapi jumlah kapal yang beroperasi di perairan penghubung Pulau Jawa dan Bali saat ini sudah mencapai 50 boat.

Pihak ASDP berencana akan membatasi jumlah kapal yang beroperasi di Selat Bali demi kenyamanan para pengguna jasa pelayaran itu sendiri. President director (CEO) PT. Indonesia Ferry (Persero) ASDP, Danang S. Baskoro mengatakan, bahwa ASDP sepakat akan membatasi jumlah kapal di perlintasan pelayaran Ketapang-Gilimanuk ini.

Salah satu alasan mengapa kapal perlu dibatasi agar pelayanan kepada pengguna jasa pelayaran bisa semakin cepat. Because, jika semakin banyak kapal yang beroperasi tentu akan memakan waktu lama proses bongkar muat kapal yang sandar di dermaga.

As known, dengan banyaknya kapal yang beroperasi di Selat Bali, that is to achieve 50 unit, tentu juga berdampak pada penjadwalan kapal. Antrean sandar kapal bisa menjadi cukup lama, bisa mencapai 1,5 hours for one ship.

”Kita sepakat jika ada pembatasan kapal di Selat Bali. Karena jalur pelayaran di Selat Bali ini pendek,” kata Danang. Danang menambahkan, pihaknya mulai mengantisipasi pengelolaan pelabuhan selama 50 tahun ke depan. Penambahan jumlah kapal yang beroperasi di Selat Bali memang perlu dibatasi. Remember, pihak ASDP tidak mungkin akan menambah dermaga baru lagi karena ketersediaan lahan yang ada di area Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk sangat terbatas.

According to him, dengan intensitas jumlah penumpang di Selat Bali yang semakin meningkat setiap tahunnya, memang perlu ada perlu ada perombakan dari segi kapal. ”Sudah saatnya, kapal yang beroperasi di Selat Bali ukurannya harus diperbesar. Jika kecil terus seperti ini, harus ada pembatasan jumlah kapal nantinya," he said.

Dia tidak menampik akibat overload kapal, jam operasional masing-masing kapal menjadi lebih pendek Sehingga, pendapatan kapal lebih kecil. Not again, kualitas pelayanan yang dikeluhkan akibat antrean sandar terlalu lama. Menurut Danang, saat ini pihaknya sedang menghitung terkait standar jumlah kapal di Selat Bali.

”Kita akan hitung, berapa butuh waktu sandar, penumpang berapa hingga bagaimana caranya agar pengusaha kapal tetap bisa untung.” tegasnya. Ditanya berapa jumlah ideal seharusnya kapal yang beroperasi di Selat Bali, Danang masih belum bisa menyebutkan.

However, dia menargetkan tahun ini hitungan berapa jumlah ideal kapal yang beroperasi di Selat Bali bisa segera diketahui. Besides that, jumlah kapal di Selat Bali akan berkurang jumlahnya ketika masa operasional kapal landing craft tank (LCT) dihentikan September mendatang.

”Otomatis kalau LCT sudah tidak boleh operasi, jumlah kapal juga akan berkurang. Nah, setelah itu baru kita akan tahu berapa kebutuhan standar kapal di Selat Bali ini," he concluded. Just knowing, keluhan overload kapal ini pernah disampaikan Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Jawa Timur, Khoiri Soetomo.

Pria ini menegaskan, jumlah kapal di Selat Bali terlalu banyak. even though, jarak lintasan sangat pendek. Penumpang ramai di Selat Bali juga tidak terjadi setiap hari, melainkan saat momen-monet tertentu saja misal saat long weekend dan arus mudik Lebaran.

Khoiri mengungkapkan, idealnya jumlah kapal di Selat Bali hanya 36 unit. In fact, total kapal yang beroperasi mencapai 50 unit sampai saat ini. ”Dampaknya jika kapal terlalu banyak, pasti akan muncul persaingan tidak sehat, kemudian pelayanan ke penumpang menjadi tidak maksimal,” jelas Khoiri. (radar)

Exit mobile version