BLIMBINGSARI – Cuaca ekstrem dengan ombak tinggi dan angin kencang, masih terlihat di sekitar Selat Bali kemarin (14/2). Para nelayan yang ada di sekitar Pantai Blimbingsari dan Bomo, Kecamatan Blimbingsari, tidak ada yang berani melaut.
Salah seorang nelayan, Wahyudi, 45, asal Desa/Kecamatan Blimbingsari, mengatakan hampir dua pekan ini para nelayan tidak ada yang melaut. Selain sering turun hujan, ombak masih tinggi dengan angin yang kencang. “Kami nelayan kecil menggunakan jukung, ombak tinggi membahayakan,” katanya.
Dengan cuaca yang tidak bersahabat itu, selama dua pekan ini para nelayan memilih memarkir perahu hingga ke daratan. Itu dilakukan untuk menghindari terjangan ombak tinggi. “Kalau tidak diparkir ke daratan, perahu bisa terseret ombak,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan, Sapii, 38. Nelayan asal Dusun Blibis, Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, itu mengaku tidak berani melaut karena cuaca buruk. Untuk mencari ikan, dia lebih memilih memancing di tepi pantai sambil memantau cuaca di Selat Bali.
“Ombaknya kasar dan sangat berbahaya,” cetusnya. Nelayan lain, Ali Sodikin, 43, asal Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari menyampaikan cuaca di Selat Bali sangat ekstrem. Para nelayan tidak ada yang berani melaut. “Saya sementara ini cari obyekan (kerjaan) lain, pokoknya seadanya,” terang bapak satu anak itu.
Sementara itu, dari pantauan Jawa Pos adar Genteng di Pantai Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari, ombak terlihat juga cukup besar. Ombak yang bergerak dari tengah laut, terlihat menghepas ke plengsengan. Para pengunjung di lokasi wisata kuliner yang menjadi andalan di Kota Gandrung itu, juga tidak ada yang berani mendekat ke bibir pantai. Wisata laut dengan naik perahu, terpaksa juga ditutup sementara.(radar)