Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Sosial  

Bisnis Rumah Kos Mulai Layu Akibat Sistem Zonasi PPDB

Foto: Times Indonesia
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: Times Indonesia

BANYUWANGI – Dampak penerapan sistem zonasi dalam pendaftaran siswa baru dirasakan betul pemilik rumah kos di Banyuwangi. Sejumlah pemilik usaha kos, khususnya pada rumah kos yang mangsa pasarnya merupakan anak sekolah menengah atas pun menjadi layu alias sepi.

Seperti yang terjadi di wilayah Lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Rosyid (39), pemilik rumah kos ini mengaku usahanya mendadak sepi pada tahun ini. Hal ini diakibatkan lantaran penerapan sistem zonasi.

“Biasanya kalau sudah masuk masa pendaftaran SMA atau SMK sudah banyak yang pesan kamar kos, sekarang sama sekali tidak ada,” kata Rosyid, pemilik rumah kos di Jalan Teratai Gang II, Lingkungan Sukorojo, Banjarsari, seperti dilansir dari Times Banyuwangi, Senin (24/6/2019).

Usaha rumah kos miliknya ini memang menyasar siswa SMA/SMK yang bersekolah di SMAN I Glagah, SMAN 1 Giri, SMKN 1 Banyuwangi dan SMKN 1 Glagah.

Sebelum penerapan sistem zonasi, lanjut Rosyid, banyak siswa sekolah tersebut berasal dari Kecamatan lain. Mayoritas berasal dari Banyuwangi Selatan seperti Srono, Cluring, Bangorejo, Purwoharjo, Gambiran dan sekitarnya.

“Sekarang ke-9 kamar, semua kosong. Mana ada siswa yang mau kos kalau tinggalnya saja di sekitar sekolah,” katanya.

Rosyid menambahkan, meski banyak kamar kos miliknya yang kosong, namun dirinya tetap harus mengeluarkan biaya operasional. Sebab dia tetap harus mengeluarkan biaya listrik, wifi, biaya kebersihan dan perawatan.

“Mau bagaimana lagi, kalau tidak dirawat ya malah rusak, tambah besar kerugian saya,” jelasnya.

Muhammad Ikbal, yang juga memiliki usaha rumah kos mengeluhkan fase yang serupa. Namun, kali ini lebih parah lagi, lantaran selama empat semester ini usaha miliknya belum pernah sekalipun terjamah oleh penyewa. Padahal, dirinya sudah memasang papan pengumuman di rumah kos miliknya.

“Sistem zonasi ini sangatlah berdampak terhadap kelangsungan usaha rumah kos di semua daerah tentunya. Dulu saja, banyak siswa yang bingung cari tempat kos. Nah sekarang, Sama sekali tidak ada,” katanya.

Dia berharap, pemerintah yang telah menerapkan sistem zonasi tersebut bisa merubah sedikit peraturannya. Setidaknya, harus memberikan kuota khusus untuk pelajar dari luar daerah. Sehingga usaha rumah kos bisa bermekaran dan tidak layu seperti tahun ini, khususnya di Banyuwangi.

Exit mobile version