RADARBANYUWANGI.ID – Berapa gaji Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri di tahun 2025? Pertanyaan ini selalu jadi topik hangat, terutama di tengah minat masyarakat Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri demi upah yang dianggap lebih menjanjikan dibanding di tanah air.
Ternyata, nominalnya bervariasi, mulai dari jutaan rupiah untuk asisten rumah tangga (ART) di Singapura hingga puluhan juta rupiah bagi perawat lansia di Eropa.
Taiwan: Surga Pekerja Pabrik hingga Caregiver
Taiwan masih menjadi salah satu tujuan favorit pekerja migran Indonesia. Berdasarkan data terbaru, upah minimum di Taiwan per Januari 2025 mencapai NT$28.590 atau setara Rp15,6 juta per bulan.
Meski demikian, nominal gaji sangat bergantung pada sektor kerja.
Untuk sektor rumah tangga, asisten rumah tangga (ART) biasanya digaji NT$20.000–25.000 (Rp11–14 juta).
Sementara itu, pekerja pabrik bisa mendapatkan penghasilan NT$25.000–40.000 (Rp14–22 juta), bahkan lebih jika sering lembur.
Sektor perawatan lansia di panti jompo juga cukup diminati, dengan rentang gaji NT$28.000–33.000 (Rp15–18 juta).
Menariknya, posisi caregiver ini kini mulai diisi pekerja laki-laki untuk pasien pria, meskipun dominasi masih dipegang oleh pekerja perempuan.
Baca Juga: Resmi Pertamina: BBM Naik Mulai 1 Juli 2025, Cek Harga Terbarunya
Korea Selatan: Peluang Besar di Manufaktur dan Perikanan
Tak kalah menarik, Korea Selatan menawarkan upah minimum sekitar 2.096.270 KRW (Rp23 juta) per bulan, dengan perhitungan 209 jam kerja.
Pekerja di bidang manufaktur, perikanan, pertanian, hingga peternakan memiliki peluang serupa.
Sektor konstruksi juga masih cukup terbuka, terutama bagi pekerja laki-laki yang sanggup dengan kondisi kerja lapangan yang lebih berat.
Sementara itu, perempuan Indonesia umumnya lebih banyak mengisi pekerjaan di pabrik garmen atau elektronik.
Jepang: Gaji Tinggi di Sektor Kaigo
Di Jepang, kebutuhan tenaga kerja migran untuk sektor perawatan lansia atau kaigo semakin meningkat. Gaji rata-rata pekerja Indonesia di bidang ini mencapai Rp24–30 juta per bulan.
Page 2
Page 3
Sementara itu, program magang pabrik (IM Japan) menawarkan penghasilan Rp8–12 juta per bulan, dengan peluang bonus pesangon di akhir kontrak.
Pekerjaan di bidang konstruksi dan pertanian juga terbuka luas, lebih banyak diminati pekerja laki-laki, dengan pendapatan di atas Rp20 juta jika lembur sering dilakukan.
Singapura: ART Masih Mendominasi
Singapura juga menjadi salah satu destinasi populer, meski nominal gaji tidak setinggi negara Asia Timur lainnya.
Asisten rumah tangga di Negeri Singa umumnya digaji SGD650–800 (Rp7,7–9,5 juta) per bulan, dengan mayoritas pekerja adalah perempuan.
Baca Juga: PLN Tetapkan Tarif Listrik Juli 2025, Cek Sekarang Sebelum Tagihan Akhir Bengkak
Untuk pekerja pabrik atau konstruksi, upahnya lebih bervariasi, berkisar SGD897–2.279 (Rp10,6–27,1 juta) tergantung posisi dan durasi kerja.
Arab Saudi: Domestik Masih Jadi Primadona
Banyak warga Indonesia yang merantau ke Arab Saudi untuk mengisi sektor domestik seperti ART dengan gaji minimal 1.500 SAR (Rp6,7–7 juta) per bulan.
Namun, rata-rata gaji bisa mencapai Rp11,4 juta, tergantung pengalaman dan keluarga majikan.
Sementara itu, pekerja laki-laki biasanya dipekerjakan sebagai sopir pribadi, tukang kebun, atau penjaga keamanan dengan rata-rata penghasilan Rp6–12 juta per bulan.
Malaysia: Tetangga Dekat, Gaji Relatif Rendah
Malaysia masih jadi pilihan bagi mereka yang ingin bekerja di luar negeri dengan jarak tempuh relatif dekat.
Namun, gaji TKI di Malaysia tergolong paling rendah dibanding negara tujuan lain, yakni sekitar RM1.500 (Rp5,4 juta) per bulan.
Pekerja laki-laki biasanya menempati sektor pabrik dan perkebunan, sedangkan ART sebagian besar masih dipegang oleh pekerja perempuan.
Jerman: Paling Tinggi di Sektor Perawatan
Eropa, khususnya Jerman, kini membuka peluang bagi TKI di sektor kesehatan. Perawat lansia di Jerman rata-rata digaji sekitar €3.000 (Rp52 juta) per bulan, menjadikannya salah satu negara dengan upah tertinggi bagi pekerja migran asal Indonesia.
Laki-laki pun mulai banyak dipekerjakan di rumah sakit atau panti jompo, meskipun perempuan masih mendominasi.
Tentunya, nominal gaji yang besar di luar negeri sebanding dengan kerja keras, risiko, dan tantangan hidup di negeri orang.