Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengenal 17 Penyair Asal Jawa Timur di Hari Puisi Sedunia 2023


Surabaya

Hari ini merupakan Hari Puisi Sedunia 2023. Ada banyak penyair asal Jawa Timur, berikut beberapa di antaranya.

Hari Puisi Sedunia merupakan perayaan serta bentuk melestarikan karya sastra puisi. Dalam KBBI, puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan bait.

Menurut Sastrawan H B Jassin, puisi merupakan suatu karya sastra yang diucapkan dengan sebuah perasaan yang ada dalam puisi tersebut. Puisi juga mengandung suatu pemikiran dan juga berbagai tanggapan yang ada.

Ada banyak sastrawan ternama di Indonesia. Salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono. Banyak juga sastrawan Indonesia yang berasal dari Jawa Timur. Berikut beberapa di antaranya.

Penyair Asal Jawa Timur:

1. Masa Kemerdekaan

Di masa kemerdekaan, penyair asal Jawa Timur kurang terdengar. Sebab, belum melekatnya penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat, termasuk bagi para penulis.

Selain itu, tradisi sastra Jawa (gurit, tembang maupun cerkak) masih mendominasi. Penyair asal Jawa Timur di masa kemerdekaan seperti:

Supii Wishnukuntjahja

Supii lahir di Blitar pada 1928. Salah satu puisi karyanya berjudul Perbuatanku.

Trisno Sumardjo

Trisno Sumardjo lahir di Surabaya pada 1916. Salah satu puisi karyanya berjudul Syair-syair Kecil tentang Hidup.

Kasim Mansur

Kasim Mansur lahir di Surabaya pada 1923. Salah satu puisi karyanya berjudul Alpa.

Muhammad Ali Maricar

Muhammad Ali Maricar lahir di Surabaya pada 1925. Beberapa puisi karyanya seperti 5 Tragedi (1954), Siksa dan Bajangan (1955), Persetudjuan dengan Iblis (1955), Kubur tak Bertanda (1959), Hitam atas Putih (1959).

Roestam Effendi

Roestam Effendi lahir di Padang pada 1903. Beberapa puisi karyanya terdapat pada kumpulan puisi berjudul Percikan Permenungan (1926).

2. Masa Orde Lama

Di masa ini, banyak penyair Jawa Timur yang terinspirasi gerakan kaum sosialis dan komunis. Meski dalam lingkungan politik yang seperti itu, puisi mereka juga memiliki sandaran logis budaya Jawa Timur. Salah satu tokohnya adalah Andi Amaruliah Machmud.

Ia lahir di Pagatan, Kalimatan Selatan pada 1941. Salah satu puisi karyanya berjudul Demi Buah Tin dan Zaitun (Banjarmasin, 1973, 1974).

3. Masa Orde Baru

Di masa Orde Baru, kepenyairan di Jawa Timur bertumbuh subur. Berikut sederet penyair asal Jawa Timur di masa itu.

Abdul Hadi WM

Abdul Hadi WM lahir di Madura pada 1946. Salah satu puisi karyanya berjudul Madura, yang memperoleh Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra Horison.

Zawawi Imron

Zawawi Imron lahir di Madura pada 1945. Salah satu puisi karyanya berjudul Nenek Moyangku Airmata yang menerima penghargaan The S.E.A Write Award di Bangkok, Thailand.

Akhudiat

Akhudiat lahir di Banyuwangi pada 1946. Beberapa puisi karyanya terkumpul dalam buku berjudul Pohon Bernyanyi (2012).

Arief B prasetyo

Arief B prasetyo lahir di Madiun, 1971. Salah satu puisi karyanya berjudul Mahasukka.

W Haryanto

W Haryanto merupakan sastrawan kelahiran 1972. Salah satu puisi karyanya berjudul Rumah Impian.

Mardi Luhung

Mardi Luhung lahir di Gresik pada 1965. Ia memiliki ciri khas puisi yang cukup unik dan antimainstream yakni cenderung menyuarakan diksi khas pesisiran, yang terbuka dan apa adanya serta terkesan kasar atau jorok.

Berbagai karya puisinya di antaranya Terbelah Sudah Jantungku, Wanita yang Kencing di Semak, Ciuman Bibirku yang Kelabu, Buwun/Bawean, Tumpat (1993), Transaksi (1994), Dari Tanah ke Tanah (1994).

Salah satu kumpulan puisi karyanya berjudul Buwun/Bawean yang menerima penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2010.

4. Masa Kini

Indra Tjahyadi

Indra Tjahyadi lahir di Jakarta pada 1974. Karyanya yang berjudul Syair Pemanggul Mayat dinobatkan sebagai karya sastra terbaik di Jawa Timur oleh Balai Bahasa Jawa Timur.

F Aziz Manna

F Aziz Manna lahir di Sidorajo pada 1978. Salah satu karyanya berjudul Playon yang menerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pada 2016.

M Fauzi

M Fauzi lahir di Jakarta pada 1974. Sajak-sajak puisi karyanya terkumpul dalam buku berjudul Tak Ada Luka yang Lebih Sederhana.

Aming Aminoedhin

Aming Aminoedhin lahir di Ngawi pada 1957. Beberapa puisi karyanya di antaranya Kereta Puisi (1990), Embong Malang (2005), Memutih Putih Begitu Jernih (2008), Sajak Kunang-Kunang dan Kupu-Kupu (2008).

Eka Budianta

Eka Budianta lahir di Lamongan pada 1956. Beberapa puisi karyanya di antaranya Sajak yang Mengenang (1977), Catatan Ibu Kota (1979), Perjalanan Senja (1979), Keberangkatan (1980), Malam Terakhir di Stevens Road (1980), Mesjid Negara Kuala Lumpur (1980), Pada Suatu Malam (1980), Seperti Angin (1980).

Simak Video “Hilal Tak Terlihat di Pantai Wotgalih Lumajang
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)

source