GAMBIRAN-Satu lagi kabar pembunuhan terjadi. Imam Khotib, 38, asal Dusun Salamrejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, tewas karena di bunuh di daerah tempatnya bekerja di area lokasi tambang batu bara PT Bukit Baiduri Enterprese (BBE), Kelurahan Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Mayat Imam Khotib ditemukan pada Senin (25/4, setelah sebelumnya dinyatakan hilang sejak pukul 19.00 pada Sabtu (23/4). Kemarin (26/4), jenazah korban tiba di rumah mertuanya di Dusun Krajan, RT 9, RW 3, Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, pukul 15.40.
Seperti diberitakan di harian Samarinda Pos (Jawa Pos Group), jenazah Imam Khotib, 38, ditemukan pada Senin (25/4) sekitar pukul 09.30 WITA, di area lokasi tambang batu bara PT Bukit Baiduri Enterprese (BBE), Sungai Kunjang.
Lokasi itu berjarak sekitar 3,5 kilometer dari permukiman warga. Saat ditemukan, keadaan mayat sudah mulai membusuk. Korban masih mengenakan helm, baju dan celana pendek hitam. Posisi mayat miring ke kanan dengan sandal kulit warna cokelat masih terpasang di kakinya.
Wakapolsekta Sungai Kunjang, AKP M Ishak, pada wartawan mengungkapkan polisi masih melakukan penyelidikan untuk menguak misteri kematian Imam. “Masih proses penyelidikan. Kami juga akan melakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian korban,” ucap Ishak seperti dikutip Samarinda Pos.
Sementara itu, motor Suzuki Satria FU yang dikendarai korban, ternyata juga raib. Tapi, polisi menemukan hand phone (HP) milik korban di celananya. “Kami menemukan HP di kantong celana korban,” ungkapnya. Kedatangan jenazah korban disambut hujan tangis keluarganya.
Istri korban, Indah Pujiati, 35, terus menangis dan nyaris pingsan. Mereka tidak menyangka korban yang sudah lima tahun bekerja di Kalimantan, itu pulang tinggal mayat. “Dari kemarin sudah dengar, tapi saya belum bisa memberi kepastian,” cetus Ny Anapa, 50, ibu kandung Indah Pujiati.
Menurut Ny Anapa, menantunya itu selama ini bekerja di pabrik batu bara. Selama berada di Kalimantan, putrinya yang juga istri korban ikut serta. “Mereka tinggal di Kalimantan, selama ini terus kontak melalui HP,” katanya.
Dari cerita putrinya yang juga istri korban, jelas dia, pada Sabtu (23/4) Khotib keluar dari rumah sekitar pukul 08.00. Tapi hingga pukul 19.00, belum kembali ke rumah dan tidak memberi kabar. “Saya oleh Indah ditelepon kalau suaminya belum pulang,” ujarnya.
Menurut Ny Anapa, putrinya sudah berusaha menghubungi suaminya hingga beberapa kali. Meski terdengar nada sambung, tapi tetap tidak diangkat. “Lalu Indah lapor ke polisi, dan saya ke rumah orang pintar,” ungkapnya. (radar)