TIMES BANYUWANGI – Tradisi kungkum atau berendam di sumber air yang dipercaya sebagai bentuk penyucian diri secara spiritual, terutama saat malam 1 Muharram dalam kalender Islam atau malam 1 Suro.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Taufik Rohman, mengatakan bahwa ritual kungkum pada malam satu Suro merupakan tradisi yang masih sering dijalankan oleh warga Banyuwangi, khususnya oleh masyarakat Jawa, Osing, dan Hindu Bali.
“Bagi orang Jawa, Osing dan umat Hindu Bali, malam satu suro dianggap sakral dan suci. Biasanya mereka melakukan ritual kungkum atau berendam untuk membersihkan diri atau menolak bala,” kata Taufik, Rabu (25/6/2025).
Menurut Taufik, kungkum bukan hanya dimaknai sebagai proses membersihkan diri secara lahiriah, tetapi juga sebagai refleksi batin untuk menyadari kesalahan di masa lalu dan memohon ampunan kepada Tuhan.
Di Banyuwangi, sejumlah destinasi wisata kerap dijadikan lokasi kungkum oleh warga maupun peziarah karena dipercaya memiliki energi alam yang kuat serta nilai leluhur yang tinggi.
Berikut Tiga Destinasi Wisata yang Dijadikan Tempat Kungkum Saat Malam Satu Suro di Banyuwangi:
1. Sendang Seruni: Keteduhan Alam dan Getar Spiritualitas
Terletak di Dusun Sumberwatu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, sendang ini berada di wilayah pegunungan yang tenang dan jauh dari keramaian.
Dikelilingi vegetasi hijau dan udara sejuk, sendang ini menjadi tempat favorit untuk kungkum saat malam satu Bulan Suro. Suasana malam yang hening ini memperkuat nuansa sakral tempat ini.
2. Beji Antaboga: Jejak Spiritualitas dalam Kolam Suci
Salah satu sumber mata air di Beji Antaboga, Banyuwangi. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Beji Antaboga merupakan sebuah kawasan wisata religi dan hutan yang terletak di lereng Gunung Raung, tepatnya di Dusun Selorejo, Desa Kaligondo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.
Di Beji Antaboga, terdapat sejumlah sumber mata air yang dianggap suci oleh masyarakat setempat. Mata air tersebut menjadi tempat kungkum yang diyakini mampu membersihkan diri secara spiritual sekaligus memperkuat koneksi batin dengan alam dan Sang Pencipta.
Nuansa hening di tengah rindangnya hutan, semakin menambah kekhusyukan bagi mereka yang melakukan ritual ini, menjadikannya tempat yang sakral sekaligus menenangkan.
3. Situs Rowo Bayu: Antara Sejarah dan Alam Gaib
Kolam situs Rowo Bayu, Banyuwangi. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Lebih dari sekadar situs sejarah, Rowo Bayu menyimpan kisah perlawanan kerajaan Blambangan yang melegenda.
Malam Satu Bulan Suro di sini serasa membawa siapa pun yang datang ke lorong waktu masa lampau. Kabut tipis, gemercik air, dan rimbunan pohon tua membuat tempat ini kental dengan aura magis.
Tak sedikit yang datang untuk kungkum sambil memanjatkan doa keselamatan dan kekuatan spiritual di tempat yang terletak di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, itu.
Dengan keberadaan tiga destinasi tersebut, Banyuwangi tak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan pelestarian nilai-nilai spiritual yang tumbuh dari kearifan lokal.
Tradisi kungkum pada malam satu Suro menjadi bukti hidupnya budaya leluhur yang terus dijaga, sekaligus memperkaya pesona wisata budaya di ujung timur Pulau Jawa. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |