Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

56 Tahun Jualan Jamu Sehari Dapatnya Rp50 Ribu, Mbah Parmi Hanya Ingin Sehat: Tidak Ingin Merepotkan – Tribunjatim.com

56-tahun-jualan-jamu-sehari-dapatnya-rp50-ribu,-mbah-parmi-hanya-ingin-sehat:-tidak-ingin-merepotkan-–-tribunjatim.com
56 Tahun Jualan Jamu Sehari Dapatnya Rp50 Ribu, Mbah Parmi Hanya Ingin Sehat: Tidak Ingin Merepotkan – Tribunjatim.com

Tayang: Selasa, 14 Januari 2025 10:07 WIB

zoom-inlihat foto 56 Tahun Jualan Jamu Sehari Dapatnya Rp50 Ribu, Mbah Parmi Hanya Ingin Sehat: Tidak Ingin Merepotkan

KOMPAS.com/FITRI

Mbah Parmi jualan jamu gendong di area Taman Blambangan, Banyuwangi, Jumat (10/1/2025). 

TRIBUNJATIM.COM – Seorang lansia penjual jamu gendong bernama Mbah Parmi jualan jamu di Taman Blambangan, Banyuwangi.

Wanita berusia 70 tahun ini sudah 56 tahun jualan jamu gendong.

Dari inilah, Mbah Parmi bisa menghidupi dirinya sendiri.

Baca juga: Siswa SD Rela Berenang Seberangi Sungai Arus Deras Demi ke Sekolah, Kades Miris Tak Ada Jembatan

Langkah lambat Mbah Parmi tampak kontras dengan lalu lalang kendaraan yang lewat sekitar Taman Blambangan.

Ia menyusuri jalanan sambil menggendong tenggok atau keranjang jamu gendong.

Isinya lima botol besar jamu, satu termos air, dan gelas-gelas kecil.

Mbah Parmi juga menenteng ember kecil.

“Ini buatan saya sendiri, gulanya pakai gula Jawa asli, mau nduk?” tanya Parmi kepada pembeli yang tampak tertarik pada dagangannya tersebut.

Ketika pembeli mengangguk tanda setuju, dengan hati-hati tangannya yang sudah dipenuhi garis-garis keriput melepas tali gendongan dengan cekatan dan segera menurunkan keranjang jamu.

“Ada macam-macam jamunya. Kunyit asam, beras kencur, kunci suruh, ada banyak,” urainya dengan suara lirih.

Parmi mendengarkan permasalahan tubuh yang dihadapi pembeli.

Ia kemudian meracik segelas jamu yang dinikmati pembeli.

Tak lupa dengan perasan jeruk nipis di bagian akhir, jamu yang dijualnya Rp5.000 per gelas ini pun siap disajikan.

“Saya persiapan mulai jam 3 pagi, setelah turun (usai) subuh saya keliling, sampai rumah lagi biasanya jam 11 atau 12 siang,” cerita Parmi.