Radarbanyuwangi.id – Pemkab Banyuwangi terus mencari inovasi untuk mendorong peningkatan pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata. Dinas Komunikasi Informasi dan Persandian Banyuwangi melakukan study practice ke Kabupaten Sleman pada Selasa (16/7).
Pada tahun 2023, Kabupaten Sleman berhasil mengumpulkan PAD sampai Rp 1,1 triliun. Sekitar 31 persen di antaranya atau sekitar Rp 354 miliar berasal dari pariwisata.
Inovasi yang dilakukan Pemkab Sleman tersebut pun menarik perhatian Pemkab Banyuwangi. Melalui Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Diskominfo), pemkab menyerap beberapa metode inovasi yang dilakukan Kabupaten Sleman untuk bisa mengoptimalkan PAD dari sektor pariwisata.
Dalam kesempatan tersebut, pihak Diskominfo Banyuwangi juga mengajak puluhan jurnalis dari lintas organisasi wartawan, seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang ada di Banyuwangi.
Rombongan asal Bumi Blambangan ditemui langsung oleh Asisten Bidang Administrasi Umum yang merangkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kominfo Sleman Eka Surya Prihantoro. Hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Sleman Ishadi Zayid dan Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Sleman Cicilia Lusiani.
Baca Juga: Kasus Ibu Melahirkan di Mobil Jadi Evaluasi Dinkes Banyuwangi: 24 Jam Bidan dan Perawat Wajib Siaga
Terkait dengan optimalisasi PAD di bidang pariwisata, Kepala Dinas Pariwisata Sleman Ishadi Zayid mengatakan, Pemkab Sleman mengelola 7 candi dan wisata Gunung Merapi yang selama ini dijual kepada wisatawan. Di luar itu salah satu yang menjadi andalan adalah desa wisata.
Desa-desa tersebut menjual budaya yang bisa menarik wisatawan sehingga mau tinggal lama dan menikmati wahana yang ada di sana.
Baca Juga: Angkasa Pura II Rijig-Rijig Area Airside Bandara Banyuwangi: Runway dan Apron Jadi Prioritas
”Kami mendampingi mereka (desa wisata). Kami datangkan pendamping selama beberapa bulan sampai desa tersebut bisa menjalankan peranya sebagai desa wisata,” kata Zayid
Dukungan dari Pemkab Sleman tak hanya berkaitan dengan pendampingan teknis. Dukungan anggaran dan promosi juga didorong sehingga desa benar-benar bisa menarik wisatawan.
Untuk mengoptimalkan PAD, imbuh Zayid, selain mengemas pariwisata menarik, kebocoran tax monitor juga harus terus diantisipasi. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) serta Inspektorat dilibatkan untuk rutin melakukan pengecekan. ”Minimal bisa mengurangi kebocoran sehingga PAD bisa maksimal,” jelasnya.
Zayid menambahkan, pariwisata tak hanya tentang PAD. Tolok ukur keberhasilan dalam pengelolaan wisata salah satunya berhasil menggerakan ekonomi masyarakat terutama yang ada di desa wisata atau kawasan wisata.
”Kami mulai melakukan pengembangan pariwisata tahun 2000-an. Sekarang ada 80 desa wisata, 12 desa mandiri, 17 desa maju, dan 18 desa wisata berkembang. Sisanya masih merintis,” ungkapnya.
Kepala Diskominfo Banyuwangi Budi Santoso mengatakan, Banyuwangi dan Sleman memiliki dinamika yang berbeda dalam memulai pengelolaan pariwisata. Sleman sejak awal sudah membawa nama besar Jogjakarta sehingga bisa menopang pamornya terhadap kunjungan wisatawan.
Page 2
Meski demikian, Sleman juga terus melakukan inovasi sehingga bisa meningkatkan PAD-nya terutama dari sisi pariwisata. Hal itulah yang menurutnya akan coba dikembangkan di Banyuwangi. Salah satunya terkait desa wisata yang jumlahnya mencapai 80 desa di Sleman.
”Semua desa wisata di Sleman memiliki kekhasan tersendiri. Sampai pengunjung rela membayar hanya demi ikut membersihkan kotoran kerbau. Ini mungkin yang harus kita coba di Banyuwangi,” kata Budi.
Baca Juga: Terjunkan Srikandi Terbaiknya, PLN Banyuwangi Turut Meriahkan BEC 2024
Salah satu kunci yang membuat desa wisata bisa terus berkembang, menurut Budi, adalah bagaimana Dinas Pariwisata terus mendampingi sampai desa tersebut bisa menjadi mandiri. Sehingga, desa bisa menjadi penyumbang PAD sekaligus menggerakan ekonominya secara mandiri.
Sedangkan berkaitan publikasi, Banyuwangi dan Sleman memiliki teknik yang berbeda. Namun, imbuh Budi, hal tersebut menunjukan ciri khas tersendiri dengan tujuan yang sama, yaitu efektivitas publikasi untuk mengangkat nama daerah. ”Ada beberapa cara yang digunakan. Termasuk melibatkan media secara langsung di desa-desa wisata,” tegasnya. (fre/sgt/c1)
Page 3
Radarbanyuwangi.id – Pemkab Banyuwangi terus mencari inovasi untuk mendorong peningkatan pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata. Dinas Komunikasi Informasi dan Persandian Banyuwangi melakukan study practice ke Kabupaten Sleman pada Selasa (16/7).
Pada tahun 2023, Kabupaten Sleman berhasil mengumpulkan PAD sampai Rp 1,1 triliun. Sekitar 31 persen di antaranya atau sekitar Rp 354 miliar berasal dari pariwisata.
Inovasi yang dilakukan Pemkab Sleman tersebut pun menarik perhatian Pemkab Banyuwangi. Melalui Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Diskominfo), pemkab menyerap beberapa metode inovasi yang dilakukan Kabupaten Sleman untuk bisa mengoptimalkan PAD dari sektor pariwisata.
Dalam kesempatan tersebut, pihak Diskominfo Banyuwangi juga mengajak puluhan jurnalis dari lintas organisasi wartawan, seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang ada di Banyuwangi.
Rombongan asal Bumi Blambangan ditemui langsung oleh Asisten Bidang Administrasi Umum yang merangkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kominfo Sleman Eka Surya Prihantoro. Hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Sleman Ishadi Zayid dan Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Sleman Cicilia Lusiani.
Baca Juga: Kasus Ibu Melahirkan di Mobil Jadi Evaluasi Dinkes Banyuwangi: 24 Jam Bidan dan Perawat Wajib Siaga
Terkait dengan optimalisasi PAD di bidang pariwisata, Kepala Dinas Pariwisata Sleman Ishadi Zayid mengatakan, Pemkab Sleman mengelola 7 candi dan wisata Gunung Merapi yang selama ini dijual kepada wisatawan. Di luar itu salah satu yang menjadi andalan adalah desa wisata.
Desa-desa tersebut menjual budaya yang bisa menarik wisatawan sehingga mau tinggal lama dan menikmati wahana yang ada di sana.
Baca Juga: Angkasa Pura II Rijig-Rijig Area Airside Bandara Banyuwangi: Runway dan Apron Jadi Prioritas
”Kami mendampingi mereka (desa wisata). Kami datangkan pendamping selama beberapa bulan sampai desa tersebut bisa menjalankan peranya sebagai desa wisata,” kata Zayid
Dukungan dari Pemkab Sleman tak hanya berkaitan dengan pendampingan teknis. Dukungan anggaran dan promosi juga didorong sehingga desa benar-benar bisa menarik wisatawan.
Untuk mengoptimalkan PAD, imbuh Zayid, selain mengemas pariwisata menarik, kebocoran tax monitor juga harus terus diantisipasi. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) serta Inspektorat dilibatkan untuk rutin melakukan pengecekan. ”Minimal bisa mengurangi kebocoran sehingga PAD bisa maksimal,” jelasnya.
Zayid menambahkan, pariwisata tak hanya tentang PAD. Tolok ukur keberhasilan dalam pengelolaan wisata salah satunya berhasil menggerakan ekonomi masyarakat terutama yang ada di desa wisata atau kawasan wisata.
”Kami mulai melakukan pengembangan pariwisata tahun 2000-an. Sekarang ada 80 desa wisata, 12 desa mandiri, 17 desa maju, dan 18 desa wisata berkembang. Sisanya masih merintis,” ungkapnya.
Kepala Diskominfo Banyuwangi Budi Santoso mengatakan, Banyuwangi dan Sleman memiliki dinamika yang berbeda dalam memulai pengelolaan pariwisata. Sleman sejak awal sudah membawa nama besar Jogjakarta sehingga bisa menopang pamornya terhadap kunjungan wisatawan.