Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Festival Kitab Kuning di Banyuwangi, Kenalkan Warisan Keilmuan Ulama Nusantara ke Generasi Muda

Laporan Wartawan Tribun Jatiim Network, Aflahul Abidin

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI – Festival Kitab Kuning Banyuwangi mengangkat khazanah kitab kuning Kiai Saleh Lateng resmi dibuka, Sabtu Malam (9/6/2023).

Acara berbentuk pameran dan serangkaian acara lainnya itu, menonjolkan koleksi Kiai Saleh dalam merekonstruksi sejarah literasi Islam di Asia Tenggara.

Hal tersebut ditegaskan oleh peneliti Islam Nusantara sekaligus dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Dr. KH Ginanjar Sya’ban.

“Ada banyak koleksi dari Kiai Saleh ini, yang kemudian memiliki signifikansi luar biasa dalam membaca sejarah literasi keislaman. Tidak hanya dalam tingkat lokal, tapi di Asia Tenggara,” ujar filolog yang juga pengurus LTN PBNU itu.

Ginanjar mencontohkan di antaranya adalah dengan ditemukannya manuskrip KHR Asnawi Kudus yang membantah fatwa seorang mufti Mekkah, Sayyid Abdullah bin Sayyid Shalih Zawawi al-Makki.

“Manuskrip ini satu-satunya ditemukan di koleksi Kiai Saleh,” tegasnya.

Selain itu, ada banyak pula deretan kitab karya ulama Nusantara lainnya yang ditemukan di Kiai Saleh. Kitab-kitab tersebut rerata sudah langka dan tak tercetak lagi.

“Berkat dibukanya koleksi Kiai Saleh ini, bisa menjadikan Banyuwangi sebagai salah satu jujukan penelitian Islam Nusantara,” imbuhnya.

Selain kitab-kitab ulama Nusantara yang terbit pada paruh pertama abad 20 (1900-1930-an), juga ada sejumlah manuskrip kuno.

Di antaranya Al-Quran yg ditulis di Banyuwangi pada 1866, Maulid Nabi, Manaqib Syekh Abdul Qadir, karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan karya-karya lainnya yang rerata dibuat pada abad 19.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang membuka acara, berharap kegiatan Festival Kitab Kuning ini menjadi bagian dari transfer knowledge (pengetahuan) sekaligus menginspirasi anak-anak muda Banyuwangi lebih getol belajar kitab kuning.

“Festival kitab kuning adalah upaya untuk lebih menggaungkan belajar kitab kuning kepada generasi muda khususnya, sehingga warisan keilmuan ulama nusantara dapat terus hidup dan berkembang di tengah-tengah mereka,” katanya.

Ipuk juga mendorong preservasi dan digitalisasi dari koleksi Kiai Saleh tersebut. Sehingga dapat diakses dan dipelajari secara luas.


source